Teori Simpul Diare Pencegahan Diare

13 bertambah banyak sehingga lumen usus mengelembung dan tegang, kemudian dinding usus mengadakan kontruksi sehingga hipermolitas dan hiperperistaltik untuk mengeluarkan cairan ke usus besar kemudian keluar anus. Dalam keadaan normal usus besar mempunyai kemampuan mengabsorbsi sampai dengan 4500 ml, apabila melebihi kapasitas akan terjadi diare. b. Diare bakteri invansive Pathogenesis tejadinya diare bakteri invansive hamoit sama prinsipnya dengan terjadinya diare yang disebabkan oleh baktei non invansive. Perbedaannya bakteri Salmonella sp dan Shigella sp dapat menimbulkan mukosa usus halus sehingga dapat ditemukan adanya darah dalam tinja dan dapat menimbulkan reaksi sistematik seperti demam, kram perut dan sebagainya.

2.1.6 Teori Simpul Diare

Pathogenesis penyakit dalam perspektif lingkungan dan kependudukan dapat digambarkan dalam teori Simpul. Teori simpul tersebut menggambarkan interaksi antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dengan manusia. Berdasarkan teori simpul Ahmadi faktor-faktor yang mempengaruhi diare antara lain sebagai berikut : a. Agent Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral atara lain melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita. Penyebaran tidak langsung terjadi melalui Universitas Sumatera Utara 14 perantara yaitu vektor binatang seperti lalat, tikus, kecoa dan lain-lain. Binatang tersebut dapat menjadi penyebaran kuman tidak langsung karena kontak langsung dengan feses yang mengandung kuman penyebab diare lalu mengkontaminasi makanan dan minuman. b. Media transmisi  Lingkungan biologis seperti vektor penyakit tertentu terutama penyakit menular.  Keadaan iklim yang dapat mempengaruhi diare seperti curah hujan yang tinggi dapat menimbulkan sumber air dapat tercemar, suhu udara dan kelembaban udara yang mempengaruhi tumbuh kembang mikroorganisme dan vektor.  Diare biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi lingkungan yang buruk Kemenkes, 2010. c. Host atau penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare  Keadaan imunitas dan reaksi tubuh terhadap berbagai unsur dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri.  Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasaan hidup yang tidak sehat, misalnya memberikan susu formula dalam botol kepada bayi, karena memakai botol akan meningkatkan risiko pencemaran kuman dan menimbulkan diare.  Gizi kurang.  Tidak mendapatkan ASI sehingga mempengaruhi kondisi imunitas tubuh. Universitas Sumatera Utara 15

2.1.7 Pencegahan Diare

Menurut Kemenkes RI tahun 2010, pencegahan diare dapat dilakukan antara lain : 1. Perilaku sehat a. Pemberian ASI b. Makanan pendamping ASI c. Menggunakan air bersih yang cukup d. Mencuci tangan e. Menggunakan jamban f. Membuang tinja bayi yang benar g. Pemberian imunisasi campak 2. Penyehatan lingkungan a. Penyediaan air bersih Air mempunyai peran besar dalam penyebaran beberapa penyakit menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit disebabkan keadaan air itu sendiri sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikroorganisme Rahadi, 2005. Air dapat berperan sebagai transmisi penularan suatu penyakit melalui kuman-kuman yang ditularkan lewat jalur air water borne disease atau jalur peralatan yang dicuci dengan air water washed disease Chandra, 2007. Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi bakteri yang ditularkan melalui cara oro-fecal. Diare dapat ditularkan melalui cairan atau bahan yang tercemar dengan tinja seperti air minum, Universitas Sumatera Utara 16 tangan atau jari-jari, makanan yang disiapkan dalam panci yang telah dicuci dengan air tercemar Subagyo, 2008. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405MenkesSKXI2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Kesehatan lingkungan dengan penyediaan air bersih, yakni pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia. Dengan demikian air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari selain memenuhi atau mencukupi dalam kuantitas juga harus memenuhi kualitas yang telah ditetapkan. Pentingnya air bersih berkualitas baik perlu disediakan untuk memenuhi kebutuhan dasar kebutuhan dasar dalam mencegah penyebaran penyakit menular melalui air Ginanjar, 2008. Hasil penelitian dari Febriani, Emi 2013 dapat disimpulkan adanya hubungan yang bermakna antara penggunaan air bersih dengan kejadian diare pada anak di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu p = 0,029. Universitas Sumatera Utara 17 Hasil penelitian Fauziah 2013 juga menyimpulkan ada hubungan antara kondisi sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013 p = 0,023. Air yang diperuntukan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain: Mubarak dan Chayatin, 2009 :  Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit  Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun  Tidak berasa dan tidak berbau  Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga  Memenuhi standart minimal yang ditentukan Departemen Kesehatan RI b. Pengelolaan sampah Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan dalam suatu kegiatan manusia atau dibuang Notoatmodjo, 2003. Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dan lain-lain. Hasil penelitian Emi Febriani 2013 dapat Universitas Sumatera Utara 18 disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pembuangan sampah dengan kejadian diare pada anak p = 0,035. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, hasil penelitian Lindayani, Sintari dan Azizah, R 2009 dapat disimpulkan ada hubungan antara sarana pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung p= 0,004, hubungan ini ditunjukan dengan angka kejadian diare pada balita lebih besar pada responden yang memiliki sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat. Selain itu sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakitKemenkes RI, 2010. Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya tahap pengumpulan dan penyimpanana di tempat sumber, tahap pengangkutan dan tahap pemusnaahan Sumantri, 2010. c. Sarana pembuangan air limbah Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa pengelolahan ke dalam suatu badan air. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan yang Universitas Sumatera Utara 19 berwujud cair. Air limbah dapar berasal dari rumah tangga maupun industri. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk baik terhadap mahkluk hidup dan maupun lingkungannya. Salah satu dampak buruknya terhadap mahkluk hidup adalah gangguan kesehatan. Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air waterborne disease salah satunya adalah diare. adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit misalnya nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan lain-lain Sumantri, 2010 . Hasil penelitian Lindayani, Sintari dan Azizah, R 2009 dapat disimpulkan ada hubungan antara sarana pembuangan air limbah dengan kejadian diare di Desa Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung p= 0,048, secara umum pembuangan air limbah warga masih menggunakan galian tanah dan saluran tersebut tidak lancar, terbuka dan menimbulkan bau. Beberapa metode sederhana yang dapat digunakan untuk mengelola air limbah, diantaranya Mubarak dan Chayatin, 2009 : 1. Pengenceran disposal by dilution 2. Kolam oksidasi oxidation ponds 3. Irigasi irrigation Universitas Sumatera Utara 20

2.2 IKLIM

Dokumen yang terkait

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

1 6 140

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 15

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 2

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 8

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 2 41

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 4 4

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.1.1 Pengertian Diare - Hubungan Iklim (Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin) Dengan Kejadian Diare di Kota Jakarta Pusat pada Periode Tahun 2004-2013

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Iklim (Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin) Dengan Kejadian Diare di Kota Jakarta Pusat pada Periode Tahun 2004-2013

0 0 7

HUBUNGAN IKLIM (CURAH HUJAN, SUHU UDARA, KELEMBABAN UDARA DAN KECEPATAN ANGIN) DENGAN KEJADIAN DIARE DI KOTA JAKARTA PUSAT PADA PERIODE TAHUN 2004-2013 SKRIPSI

0 0 16