67 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kurniawan 2012 yang
menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna p = 0,147 antara kelembababan udara dengan kejadian diare di Jakarta Selatan tahun 2007-2011.
5.5 Hubungan Kecepatan Angin dengan Kejadian Diare di Kota Jakarta
Pusat pada Tahun 2004-2013
Hubungan kecepatan angin dengan kejadian diare di Kota Jakarta Pusat pada Tahun 2004-2013 apabila dilihat perbulan menunjukan korelasi yang lemah
r = 0,112 dan berpola positif artinya semakin tinggi suhu udara maka kejadian diare semakin tinggi. Berdasarkan tingkat signifikan antara kecepatan angin
dengan kejadian diare tidak terdapat korelasi yang signifikan p = 0,729. Hubungan kecepatan angin dengan kejadian diare di Kota Jakarta Pusat
pada Tahun 2004-2013 apabila dilihat dari data pertahun menunjukan korelasi yang kuat r = 0,697 dan berpola positif artinya semakin tinggi kecepatan angin
maka kejadian diare akan semakin tinggi juga. Berdasarkan tingkat signifikansi menunjukan bahwa secara statistik terdapat korelasi yang signifikan antara
kecepatan angin dengan kejadian diare p=0,025. Hasil analisis regresi linier sederhana memprediksi bahwa variabel
kecepatan angin berhubungan dengan jumlah kasus diare secara signifikan dengan koefisien sebesar 216,729. Artinya, jumlah kasus diare diprediksikan akan
bertambah sebesar 216,729 jika nilai kecepatan angin bertambah satu satuan. Dengan kata lain jika nilai kecepatan angin naik atau turun sebesar saru satuan,
maka mengakibatkan perubahan jumlah kasus diare naik atau turun sebesar 216,729.
Universitas Sumatera Utara
68 Untuk infeksi karena vektor penyakit, distribusi dan peningkatan
organisme vektor dan penjamu host dipengaruhi oleh faktor fisik seperti angin serta faktor biotik seperti vegetasi, spesies penjamu, predator, kompetitior, parasit
dan intervensi manusia. Hal ini dapat meningkatkan kejadian diare karena penularan tidak langsung yang disebabkan vector borne disease WHO, 2003.
Keberadaan benua Asia dan Australia yang mengapit kepulauan Indonesia mempengaruhi pola pergerakan angin. Arah angin sangat penting peranannya
dalam mempengaruhi pola curah hujan. Antara bulan Oktober sampai Maret Indonesia mengalami angin muson timut laut, angin ini sangat banyak
mengandung uap sehingga mengakibatkan curah hujan meningkat. Tingginya curah hujan hujan menyebabkan kuman dan vektor penyakit diare berkembang
baik dan menimbulkan wabah diare. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Erniyasih
2012 menunjukan adanya hubungan r = -0,569 antara kecepatan angin dengan kejadian diare di DKI Jakarta pada tahun 2007-2011.
5.6 Keterbatasan penelitian