10 5.  Gangguan gizi
Hal  ini  terjadi  karena  asupan  makanan  yang  kurang  dan  keluaran yang  berlebihan  dan  akan  bertambah  berat  bila  pemberian  makanan
dihentikan serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi.
2.1.3   Penyebab Diare
Menurut  KEPMENKES  RI  No.  1216MENKESSKXI2001  penyebab diare dikelompokkan menjadi 6 golongan besar, yaitu :
1.  Infeksi : a.  Bakteri  :  Shigella,  Salmonella,  Escherichia  coli,  Golongan  vibrio,
Basilus  cereus,  Clostridium  perfringen,  Staphylococcus  aureus, Camphylo bacter, Aeromonas
b. Virus : rotavirus, adenovirus
c.  Parasit  :  Protozoa,  Entamuba  histolytica,  Guardian  lamblia, Balantidium  coli,  cryptosporidium,  Cacing  perut,  Ascaris,  Trichuris,
Stringloides, Blastissistis 2.  Mal absorbsi
3.  Alergi 4.  Keracunan
a.  Keracunan bahan-bahan kimia b.  Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi :
  Jasad renik, algae   Ikan, buah-buahan, sayur-sayuran
Universitas Sumatera Utara
11 5.  Imunodefisiensi
6.  Sebab-sebab lainnya.
2.1.4   Jenis-jenis Diare
Terdapat dua jenis diare, yaitu : Kemenkes RI, 2010 1.  Diare akut, diare yang terjadi mendadak dan berlangsung selama beberapa
jam hingga 14 hari 2.  Diare kronis, diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
Menurut  Suharyono  2008  yang  mengutip  pendapat  Rendle  Short mengklasifikasikan diare berdasarkan pada ada tidaknya infeksi, yaitu :
1.  Diare  infeksi  spesifik  :  tifus  abdomen  dan  paratifus,  disentri  basil shigella, enterokolitis stafilokok
2.  Diare non spesifik : diare dietetic
2.1.5 Patogenesis Diare
Patogenesis diare dalam Listiono 2010 dapat dibagi menjadi : 1.  Diare oleh virus
Patogenesis  terjadi  diare  oleh  virus  yaitu  pertama  virus  masuk  ke dalam  tubuh  bersama  makanan  dan  minuman,  setelah  sampai  ke  dalam
enterosit  sel  epitel  usus  halus  menyebabkan  infeksi  serta  kerusakan jonjot-jonjot  usus  halus.  Kemudian  usus  yang  rusak  digantikan  oleh
enterosit yang berbentuk kuboit atau sel epitel gepeng yang belum matang, dimana fungsinya belum optimal. Jonjot-jonjot usus mengalami atrofi fan
tidak  dapat  mengabsorbsi  cairan  dan  makanan  dengan  baik.  Cairan  dan makanan  yang  tidak  terserap  dan  tercerna  tersebut  akan  meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
12 koloid osmotic usus. Kemudian terjadi motolitas usus sehingga cairan dan
makanan yang tidak terserap tadi akan terdorong keluar usus melalui anus dan terjadilah diare.
Diare  yang  disebabkan  oleh  virus  ini  tidak  berlangsung  lama, biasanya  antar  3-4  hari  dapat  sembuh  sendiri  tanpa  pengobatan  setelah
enterosit  usus  yang  rusak  diganti  oleh  entrosit  yang  baru,  normal  dan sudah matang mature.
2.  Diare oleh bakteri a.  Bakteri non invasive :
Pathogenesis  terjadinya  diare  oleh  bakteri  non  invasive  yaitu pertama  bakteri  masuk  ke  dalam  tubuh  bersama  makanan  dan  minuman,
setalah  sampai  ke  dalam  lambung,  bakteri  akan  dibunuh  oleh  asam lambung. Bila jumlah bakteri banyak, maka akan ada yang lolos sampai ke
usus  dua  belas  jari.  Disini  bakteri  akan  berkembang  biak  hingga  bisa mencapai  100.000.000  koloni  atau  lebih  per  millimeter  cairan  usus  halus
dengan  memproduksi  enzim  micinase,  lapisan  lender  yang  menutupi permukaan sel epitel usus halus menjadi cair sehingga bakteri dapat masuk
ke dalam membrane epitel. Di dalam membrane epitel, bakteri mengeluarkan toksin sub unit A
dan  sub  unit  B  serta  CAMP  cyclic  adenosine  monophosphate  yang merangsang  sekresi  cairan  usus  dibagian  cripta  villi  dan  menghambat
absorbsi  cairan  di  bagian  apical  villi  tanpa  menimbulkan  kerusakan  sel epitel  tersebut.  Hal  ini  menimbulkan  cairan  di  dalam  lumen  usus
Universitas Sumatera Utara
13 bertambah  banyak  sehingga  lumen  usus  mengelembung  dan  tegang,
kemudian  dinding  usus  mengadakan  kontruksi  sehingga  hipermolitas  dan hiperperistaltik untuk mengeluarkan cairan ke usus besar kemudian keluar
anus.  Dalam  keadaan  normal  usus  besar  mempunyai  kemampuan mengabsorbsi  sampai  dengan  4500  ml,  apabila  melebihi  kapasitas  akan
terjadi diare. b.  Diare bakteri invansive
Pathogenesis  tejadinya  diare  bakteri  invansive  hamoit  sama prinsipnya  dengan  terjadinya  diare  yang  disebabkan  oleh  baktei  non
invansive.  Perbedaannya  bakteri  Salmonella  sp  dan  Shigella  sp  dapat menimbulkan mukosa usus halus sehingga dapat ditemukan adanya darah
dalam tinja dan dapat menimbulkan reaksi sistematik seperti demam, kram perut dan sebagainya.
2.1.6 Teori Simpul Diare