Pengaruh Suhu Udara Terhadap Kejadian Diare

26 perubahan iklim, ketersediaan air bersih dan kondisi sanitasi suatu daerah dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya air, potensi banjir dan potensi kekeringan, semua itu akan berdampak secara tidak langsung bagi timbulnya penyakit diare. Bappenas,2010.

2.3.1 Pengaruh Suhu Udara Terhadap Kejadian Diare

Perubahan suhu mempengaruhi populasi vektor yang dapat menimbulkan kerugian bagi kesehatan Haines, dkk, 2002. Perubahan suhu berhubungan dengan perubahan dinamika siklus terhadap spesies vektor dan organism pathogen seperti protozoa, bakteri dan virus sehingga akan meningkatkan potensi transmisi penyebab penyakit WHO, 2003. Jenis mikroorganisme tergantung pada suhu, seperti bakteri pathogen dan telur cacing dapat hidup selama kurang lebih 5 hari dalam kondisi yang basah dan lembab pada tanah berpasir ataupun kurang lebih 3 bulan dalam air buangan Kusnoputranto, 2000. Pada musim hujan, suhu yang rendah dapat menyebabkan kuman diare dapat berkembang dengan cepat dan begitu pula dengan perkembangan serangga vektor seperti tikus, kecoa, lalat. Pada tahun 1997 ketika suhu lebih tinggi dari suhu normal selama kejadian El nino, banyak pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan diare dan dehidrasi di Lima, Peru. Analisis time series data harian rumah sakit menguatkan efek suhu pada kunjungan rumah sakit karena diare dengan estimasi peningkatan 8 setiap peningkatan suhu 1 C WHO, 2003. Berdasarkan pendapat Ernayasih 2012 yang mengutip pernyataan WHO secara statistik ada hubungan yang signifikan akibat perubahan suhu bulan dengan Universitas Sumatera Utara 27 kejadian diare di Pulau Fiji tahun 1978-1992, diperkirakan kenaikan 3 dalam kejadian diare perpeningkatan suhu 1 C. Berdasarkan Kurniawan 2009 yang mengutip hasil penelitian Kolstad Johnsson dapat disimpulkan bahwa peningkatan suhu 1 C akan menyebabkan peningkatan kasus diare sebesar 5 dan diestimasikan perubahan suhu 1 C menyebabkan peningkatan kasus diare sebesar 0-10. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nersan 2006 suhu udara memiliki hubungan atas peningkatan prevalensi diare di Kota Palembang pada tahun 2000-2004. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang lemah antara peningkatan suhu dan prevalensi diare r=0,11, yang dapat diartikan bahwa peningkatan suhu sebesar 1 C meningkatkan prevalensi diare sebanyak 1 per 1000 penduduk.

2.3.2 Pengaruh Curah Hujan Terhadap Kejadian Diare

Dokumen yang terkait

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

1 6 140

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 15

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 2

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 8

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 2 41

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 4 4

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kecepatan Angin, Kelembaban, dan Temperatur Udara) Terhadap Kejadian DBD di Kota Medan tahun 2010-2014

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.1.1 Pengertian Diare - Hubungan Iklim (Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin) Dengan Kejadian Diare di Kota Jakarta Pusat pada Periode Tahun 2004-2013

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Iklim (Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin) Dengan Kejadian Diare di Kota Jakarta Pusat pada Periode Tahun 2004-2013

0 0 7

HUBUNGAN IKLIM (CURAH HUJAN, SUHU UDARA, KELEMBABAN UDARA DAN KECEPATAN ANGIN) DENGAN KEJADIAN DIARE DI KOTA JAKARTA PUSAT PADA PERIODE TAHUN 2004-2013 SKRIPSI

0 0 16