5. Kemiskinan massal. Terjadi jika sebagian besar dari masyarakat mengalami kemiskinan.
6. Kemiskinan individual. Terjadi jika hanya beberapa orang atau sebagian kecil masyarakat mengalami kemiskinan.
Krisnamurthi 2006 juga menjelaskan penyebab kemiskinan jika dilihat dari konsep dan teori, diantaranya:
1. Teori lingkaran setan kemiskinan. Teori ini menegaskan bahwa kemiskinan terjadi karena suatu kondisi yang dihadapi oleh masyarakat miskin sehingga
membuat kemiskinan tersebut tetap berada dalam masyarakat tersebut. 2. Teori eksploitasi. Kemiskinan dapat pula dipandang sebagai hasil dari
eksploitasi suatu kelompok masyarakat atas masyarakat lain. 3. Teori kemiskinan struktural. Kemiskinan juga dapat dikonsepkan sebagai
kondisi logis dari persaingan yang tidak ‘fair’. Persaingan yang tidak sehat ini akhirnya akan membuat kegiatan masyarakat miskin semakin miskin.
4. Teori ketidakmampuan mengatasi kemiskinan. Kemiskinan yang berkembang juga disebabkan oleh ketidakmampuan para pengambil keputusan dalam
mengatasi kemiskinan yang sudah ada. Ketidakmampuan tersebut timbul baik karena kurangnya komitmen dalam penanggulangan kemiskinan maupun
tertinggal berbagai keterbatasan dalam kemampuan menanggulangi kemiskinan atau gabungan dari keduanya.
2.1.3 Ukuran Kemiskinan
Menurut Sayogyo 1977, kemiskinan poverty pada dasarnya menggambarkan kondisi kesejahteraan yang buruk. Indikator yang digunakan
yaitu dengan pendekatan konsumsi atau pengeluaran. Pendekatan ini lebih baik dari pendekatan pendapatan, karena: dalam survei lebih tepat dilaporkan daripada
angka penghasilan, selain itu pendekatan pengeluaran sudah mencakup penghasilan bukan uang, pemakaian tabungan masa lalu, dan pinjaman.
BPS 2009b menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar basic need approach untuk mengukur kemiskinan. Melalui pendekatan ini
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Adapun 14 kriteria keluarga miskin yang dikeluarkan oleh BPS dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Sosial oleh Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat 2008 sebagai berikut:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m
2
per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanahbambookayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bamboorumbiakayu berkualitas rendahtembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumurmata air tidak terlindungsungaiair
hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak
tanah. 8. Hanya mengkonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satudua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmaspoliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
500 m
2
, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp600.000,00 per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolahtidak tamat SDhanya tamat SD.
14. Tidak memiliki tabunganbarang yang mudah dijual dengan minimal Rp500.000,00 seperti sepeda motor kreditnon kredit, emas, ternak, kapal
motor, atau barang modal lainnya.
2.1.4 Penanggulangan Kemiskinan