langsung sama pendamping, tapi belum kesampean soalnya pendampingnya ga pernah dateng kerumah saya”
Terkait masalah pemotongan uang bantuan PKH oleh ketua kelompok, tidak banyak dari anggota kelompok yang berani melaporakannya kepada
pendamping PKH, hal ini dikarenakan ketua kelompok telah mengancam kepada anggota kelompoknya, jika hal ini diberi tahu ke pendamping maka status mereka
sebagai peserta PKH akan dicabut sehingga para anggota kelompok ini kebanyakan tidak berani untuk melaporkan kejadian ini ke pendamping PKH. Hal
ini seperti yang dialami oleh Ibu Awg 62 tahun, “ketua kelompok suka minta potongan kalo uang PKH turun, dia pun
bilang kesaya, jangan ngelapor ke pendamping, kalo dilapor nanti saya cabut jadi peserta PKH, katanya.”
Permasalahan pemotongan oleh ketua kelompok ini sebagian kecil anggota kelompok PKH menentang, bahkan mereka ingin melaporkan ke pendamping.
Namun dikarenakan sulitnya bertemu dengan pendamping, anggota kelompok yang menentang ini belum menyampaikan permasalahan tersebut, terlebih
pendamping tidak pernah berkunjung kerumah anggota tersebut. Hal ini seperti yang di alami oleh Ibu Nyi 53 tahun,
“saya ga ngasih a ke ketua kelompok, selain uang yang saya terima makin kesini makin kecil, suami juga ngelarang saya buat ngasih keketua
kelompok, bahkan saya sama suami pengen minta kejelasan mengenai pemotongan ini langsung dari pendamping, tapi belum kesampean, soalnya
pendamping ga pernah dateng kerumah saya, padahal kan kalo dateng ke rumah ketua, pasti ngelewatin rumah saya.”
Permasalahan pemotongan oleh ketua kelompok ini pada dasarnya sudah diketahui oleh pendamping. Bahkan pendamping telah mengingatkan kepada
seluruh ketua kelompok untuk tidak memungut biaya apapun ke pada anggotanya, namun pemotongan ini masih tetap berlangsung.
5.1.2 Kriteria Peserta PKH
Pemilihan peserta PKH didasarkan atas data daftar penerima SLT di Kecamatan Dramaga. Pemilihan peserta SLT sekaligus digunakan pula untuk
memilih peserta PKH menggunakan 14 kriteria kemiskinan untuk mengukur
apakah peserta tersebut layak atau tidak untuk mendapatkan bantuan. Adapun 14 kriteria tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Luas Lantai Bangunan Tempat Tinggal Kriteria pertama yang digunakan untuk mengukur kemiskinan yaitu dari
luas lantai bangunan tempat tinggal. Suatu keluarga dikategorikan miskin apabila luas lantai bangunan tempat tinggalnya kurang dari 8 m
2
. Berdasarkan Tabel 4 diperoleh terdapat 53 persen peserta PKH yang memiliki luas lantai bangunan
tempat tinggal kurang dari 8 m
2
dan 47 persen lainnya memiliki luas lantai bangunan lebih dari 8 m
2.
Tabel 4 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Berdasarkan Luas Lantai Tempat Tinggal di Desa Petir 2011
Luas lantai Jumlah orang
Lebih dari 8 m
2
22 47 Kurang dari 8 m
2
25 53 Total
47 100
Bahkan ada keluarga yang memiliki luas lantai bangunan 20 m
2
ditempati oleh 9 orang, atau dengan kata lain keluarga tersebut hanya memiliki luas lantai
bangunan seluas 2,22 m
2
per orang. Namun disisi lain, terdapat pula keluarga yang memiliki luas bangunan 45 m
2
per orang hanya ditempati 2 orang atau 22,5 m
2
per orang.
2. Jenis Lantai Tempat Tinggal Selain luas lantai tempat tinggal, yang menjadi kriteria kemiskinan yaitu
jenis lantai tempat tinggal peserta PKH. Jenis lantai yang memenuhi kriteria kemiskinan yang digunakan yaitu terbuat dari tanah, bambu, atau kayu murah.
Berdasarkan Tabel 5 rata-rata jenis lantai tempat tinggal peserta PKH yaitu menggunakan semen murah mencapai 83 persen dari seluruh perserta PKH.
Tabel 5 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Jenis Lantai Tempat Tinggal di Desa Petir 2011
Jenis lantai Jumlah orang
Keramik 4 9
Semen murah 39 83
Bambu 2 4
Tanah 2 4
Total 47 100
Selain itu, hasil temuan di lapangan ditemukan terdapat peserta PKH yang memiliki rumah dengan lantai yang terbuat dari keramik sebanyak 9 persen, dan
selebihnya terbuat dari bambu dan tanah, masing-masing sebanyak 4 persen.
3. Jenis Dinding Tempat Tinggal Jenis dinding tempat tinggal pun menjadi salah satu kriteria lainnya yang
digunakan untuk mengukur kemiskinan. Suatu rumah tangga dikategorikan miskin jenis dindingnya terbuat dari bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah, atau
tembok tanpa diplester. Tabel 6 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Jenis Dinding
Tempat Tinggal di Desa Petir 2011
Jenis dinding Jumlah unit
Tembok yang diplester 18 38
Tembok yang belum diplester 9 19
Bilik 20 43
Total 47 100
Berdasarkan Tabel 6, terdapat 38 persen peserta PKH yang dinding rumahnya telah menggunakan tembok yang telah diplester, 19 persen telah
menggunakan tembok namun belum diplester, dan 43 persen peserta PKH lainnya masih menggunakan bilik untuk dinding rumahnya. Tabel 6 pun menunjukkan 62
persen peserta PKH termasuk ke dalam salah satu kriteria kemiskinan menurut BPS karena masih memiliki dinding rumah yang dibuat dari bilik dan tembok
yang belum diplester.
4. Fasilitas Buang Air Besar Kriteria kemiskinan selanjutnya yaitu kepemilikan fasilitas buang air
besar. Dikategorikan miskin apabila rumah tangga tersebut tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri.
Tabel 7 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Fasilitas Buang Air Besar di Desa Petir 2011
Fasilitas buang air besar Jumlah orang
Sendiri 18 38
Umum 29 62
Total 47 100
Berdasarkan Tabel 7 terdapat hanya 38 persen peserta PKH telah memilki fasilitas buang air besar, dan 68 persen tidak memilikinya. Bagi peserta PKH yang
tidak memiliki fasilitas buag air besar sendiri, biasa memanfaatkan sungai sebagai tempat untuk buang air besar.
5. Sumber Penerangan Sumber penerangan menjadi salah satu kriteria kemiskinan lainnya. Suatu
keluarga dikategorikan miskin jika sumber penerangannya tidak menggunakan listrik. Berdasarkan Tabel 8 bahwa semua peserta PKH telah menggunakan listrik
untuk penerangan rumah tangganya. Tabel 8 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Sumber Penerangan
di Desa Petir 2011
Sumber penerangan Jumlah orang
Listri miliki sendiri 7 15
Listri bukan miliki sendiri 40 85
Total 47 100
Berdasarkan kepemilikan listrik tersebut ternyata hanya 15 persen peserta PKH yang memiliki sumber penerangan listrik sendiri, dan sisanya mereka ikut
dengan sanak keluarga atau dengan tetangga terdekat.
6. Sumber Air Minum Suatu keluarga dikatakan miskin jika sumber air minumnya berasal dari
sumur, mata air yang tidak dilindungi, sungai, atau air hujan. Berdasarkan Tabel 9 diperoleh 72 persen peserta PKH masih menggunakan mata air sebagai sumber air
minumnya, dikarenakan kawasan Desa Petir masih cukup banyak mata air yang mengalir.
Tabel 9 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Sumber Air Minum di Desa Petir 2011
Sumber air minum Jumlah orang
Sumur 13 28
Mata air 34 72
Total 47 100
Peserta PKH lainnya menggunakan sumur untuk mendapatkan sumber air minum untuk keperluan sehari-hari. Berdasarkan Tabel 9, peserta yang
menggunakan sumur ditemukan sebanyak 28 persen.
7. Bahan Bakar untuk Memasak Kriteria lainnya yang menjadi indikator kemiskinan yaitu dari bahan bakar
yang digunakan untuk memasak sehari-hari. Suatu keluarga dikategorikan miskin bila masih menggunakan kayu bakar, arang, atau minyak tanah untuk bahan bakar
memasaknya. Tabel 10 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Bahan Bakar
untuk Memasak di Desa Petir 2011
Bahan bakar Jumlah orang
Gas 15 32
Kayu bakar 32 68
Total 47 100
Berdasarkan Tabel 10 terdapat 68 persen peserta PKH masih menggunakan kayu bakar untuk bahan bakar memasak, dan 32 persen lainnya
sudah menggunakan gas. Kepemilikan kompor gas dan tabungnya pada 32 persen
responden ini diperoleh ketika ada konversi minyak tanah ke gas oleh pemerintah pada tahun 2008.
8. Mengkonsumsi DagingSusuAyam Mengkonsumsi dagingsusuayam pun menjadi salah satu kriteria lainnya
yang digunakan untuk mengukur kemiskinan. Dikatakan miskin jika dalam satu minggu hanya mengkonsumsi satu kali. Berdasarkan Tabel 11, hanya 2 persen
peserta PKH yang mampu mengkonsumsi daging lebih dari satu kali dalam satu bulan terakhir, 28 persen hanya mampu satu kali dalam sebulan, dan selebihnya
70 persen belum pernah makan daging dalam satu bulan terakhir. Tabel 11 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Konsumsi
DagingSusuAyam di Desa Petir 2011
Konsumsi daging Susu Ayam perbulan Jumlah orang
Lebih dari 2 kali 1
2 Kurang dari atau sama dengan 2
13 28
Tidak pernah 33
70 Total 47
100
Bagi peserta PKH yang belum pernah mengonsumsi daging dalam satu bulan terakhir hal ini dikarenakan ketidakmampuannya untuk membeli daging.
Bagi mereka untuk merasakan daging hanya ketika ada sanak keluarga atau tetangganya yang sedang hajatan, dikasih oleh tetangga atau ketika hari lebaran
saja. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Mmn 40 tahun, “jarang banget pak kita buat makan daging, kalo ga lebaran, ya
palingan dikasih tetangga atau ada yang hajatan baru kita bisa makan daging.”
9. Pembelian Pakaian Kemampuan membeli pakaian satu kali dalam satu tahun menjadikan salah
satu kriteria lainnya apakah suatu keluarga tergolong miskin atau tidak.
Tabel 12 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Pembelian Pakaian di Desa Petir 2011
Pembelian pakaian Jumlah orang
Satu kali dalam setahun 43 93
Lebih dari satu kali dalam setahun 4 7
Total 47 100
Berdasarkan Tabel 12, diperoleh 93 persen peserta PKH dalam satu tahun hanya mampu membeli pakaian satu kali. Pembelian pakaian ini biasanya pada
saat akan lebaran saja.
10. Frekuensi Makan Kesanggupan mengkonsumsi makanan setiap harinya menjadi salah satu
kriteria yang digunakan dalam mengkategorikan keluarga miskin. Rumah tangga digolongkan ke dalam kategori miskin apabila mengkonsumsi makanan pokok
hanya satu atau dua kali dalam satu hari. Tabel 13 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Frekuensi
Makanan di Desa Petir 2011
Frekuensi Makan Jumlah orang
2 kali sehari 34 72
3 kali sehari 13 28
Total 47 100
Kesanggupan peserta PKH dalam hal ini yaitu 72 persen peserta PKH hanya sanggup mengkonsumsi makanan dua kali dalam satu hari dan 28 persen
lainnya sanggup mengkonsumsi tiga kali dalam satu hari.
11. Kesanggupan Membayar Biaya Pengobatan. Kriteria lainnya untuk mengkategorikan keluarga miskin yaitu
kesanggupan membayar pengobatan di puskesmas poliklinik. Berdasarkan Tabel 14 sebanyak 74 persen peserta PKH mampu membayar pengobatan di puskesmas
dan 26 persen lainnya tidak sanggup membayar pengobatan.
Tabel 14 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Kesanggupan Berobat di Desa Petir 2011
Kesanggupan berobat Jumlah
Sanggup membayar 35 74
Tidak sanggup 12 26
Total 47 100
Bagi peserta PKH yang tidak sanggup membayar pengobatan, mereka menggunakan jamkesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas.
Akan tetapi dari peserta PKH yang memiliki jamkesmas hanya 44 persen saja memanfaatkan jamkesmas tersebut untuk berobat. Sedangkan yang lainnya
walaupun mempunyai jamkesmas, namun tidak digunakan dengan alasan malu jika berobat menggunakan jamkesmas. Bahkan peserta PKH mengaku terkadang
mendapatkan pelayanan yang kurang baik dari puskesmas ketika menggunakan jamkesmas.
12. Sumber Penghasilan Kepala Rumah Tangga. Dilihat dari pekerjaan kepala rumah tangga peserta PKH, rata-rata dari
mereka bekerja sebagai buruh, baik itu buruh tani maupun buruh bangunan. Keterbatasan akses dan rendahnya tingkat pendidikan menjadi alasan mengapa
mereka bekerja sebagai buruh. Rendahnya akses pekerjaan mengakibatkan rendah pendapatan yang diterima oleh kepala keluarga peserta PKH tersebut.
Tabel 15 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Pendapatan per Bulan di Desa Petir 2011
Pendapatan per bulan Jumlah orang
Lebih dari Rp600.000,00 37 79
Kurang dari Rp600.000,00 10 21
Total 47 100
Suatu keluarga dikategorikan miskin jika pendapatan dalam satu bulan kurang dari Rp600.000,00 per bulan. Berdasarkan Tabel 15 terdapat 79 persen
peserta PKH memiliki pendapatan di atas Rp600.000,00 per bulan.
13. Pendidikan Tertinggi Kepala Rumah Tangga. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga pun menjadi kriteria lainnya
yang digunakan untuk mengkategorikan apakah suatu keluarga termasuk keluarga miskin atau tidak.
Tabel 16 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Rumah Tangga di Desa Petir 2011
Pendidikan kepala rumah tangga Jumlah orang
SD 29 69
Tidak tamat SD 18 31
Total 47 100
Berdasarkan Tabel 16 terdapat 69 persen kepala keluarga peserta PKH hanya memiliki pendidikan SD dan 31 persen lainnya tidak tamat SD.
14. Kepemilikan TabunganBarang yang Mudah Dijual. Kepemilikan akan tabungan atau barang yang mudah dijual merupakan
kriteria lainnya yang digunakan untuk mengkategorikan suatu rumah tangga tergolong miskin atau tidak. Jika suatu keluarga hanya memiliki tabungan atau
barang yang mudah dijual hanya sebesar Rp500.000,00 maka keluarga tersebut termasuk keluarga miskin. Berdasarkan Tabel 17 diperoleh 9 persen peserta PKH
tidak memiliki barang apapun, 74 persen peserta PKH hanya memiliki televisi dan radio, dan 19 persen peserta PKH lainnya memiliki televisi, radio, telepon
genggam, dan sepeda motor. Tabel 17 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Kepemilikan
Tabungan di Desa Petir 2011
Kepemilikan tabungan Jumlah orang
Kurang dari Rp500.000,00 43 91
Lebih dari Rp500.000,00 4 9
Total 47 100
Selain 14 kriteria tersebut, ada persyaratan lainnya yang harus terpenuhi agar RTM tersbut dapat menjadi peserta PKH, yaitu calon peserta PKH sedang
hamil, nifas, memiliki keluarga usia 0-15 tahun, danatau memiliki keluarga usia
15-18 tahun namun belum menyelesaikan 9 tahun wajib belajar. Persyaratan ini, semuanya terpenuhi oleh peserta PKH di Desa Petir.
Tabel 18 Jumlah dan Persentase Peserta PKH Menurut Status Kemiskinan
Status Kemiskinan Jumlah orang
RTSM 17 36
RTM 25 53
Non RTM 5 11
Total 47 100
Berdasarkan 14 kriteria kemiskinan yang telah dipaparkan sebelumnya, status kemiskinan peserta PKH yaitu sebagai berikut: 36 persen peserta PKH
tergolong kategori sebagai rumah tangga sangat miskin RTSM sebanyak 36 persen, peserta PKH yang termasuk rumah tangga miskin RTM yaitu sebanyak
53 persen, dan peserta PKH yang tidak tergolong sebagai keluarga miskin yaitu sebesar 11 persen.
5.1.3 Koordinasi Perencanaan dan PelaksanaanProgram PKH