Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini dipaparkan lebih rinci dalam Gambar 2. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kinerja
program dikelompokkan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program yang berasal dari
institusi pemberi program dalam hal ini PKH yaitu meliputi: 1 Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan program PKH, 2 Kemampuan pendamping PKH
dalam menjalankan tugas, dan 3 Kriteria peserta PKH. Faktor eksternal ialah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program yang berasal dari luar institusi
pemberi program dalam hal ini PKH yang meliputi: 1 Kondisi tempat pelaksanaan PKH dan 2 Tingkat pendidikan peserta PKH.
Berdasarkan kerangka pemikiran sebagaimana tertera pada Gambar 2, kinerja PKH yang terpengaruh faktor-faktor tersebut akan mempunyai pengaruh
atas dampak terhadap taraf hidup peserta program, yaitu rumah tangga sangat miskin di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat. Penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan hubungan antar faktor- faktor tersebut.
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan program PKH, kemampuan pendamping, dan kriteria peserta PKH diduga memiliki hubungan positif
terhadap kinerja PKH. 2. Kondisi tempat pelaksanaan PKH dan tingkat pendidikan peserta PKH
memiliki hubungan positif terhadap kinerja PKH 3. Tingginya kinerja PKH diduga memiliki hubungan positif terhadap
peningkatan taraf hidup peserta PKH.
2.7 Definisi Operasional
Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program yang berasal dari institusi pemberi PKH, terdiri dari:
a. Kemampuan pendamping adalah kemampuan yang dimiliki pendamping PKH dalam menjalankan tugasnya yaitu:
1. Menyelenggarakan pertemuan awal dengan seluruh peserta PKH. 2. Memberikan informasi mengenai PKH kepada peserta PKH.
3. Mengelompokkan peserta ke dalam kelompok yang terdiri dari 20-25 orangkelompok.
4. Melakukan pemilihan ketua kelompok. 5. Membantu peserta PKH dalam mengisi formulir klarifikasi data dan
menandatangani surat persetujuan PKH. 6. Mengkoordinasikan kunjungan awal ke puskesmas dan pendaftaran
sekolah. 7. Melakukan pertemuan dengan seluruh peserta setiap enam bulan sekali.
8. Melakukan pertemuan insidentil kepada peserta PKH yang tidak memenuhi komitmen.
9. Melakukan koordinasi dengan aparat setempat dan pemberi pelayanan kesehatan dan pendidikan.
10. Melakukan pendampingan rutin. 11. Menerima segala pengaduan dari peserta.
12. Memberikan sanksi bagi peserta yang tidak mematuhi aturan. Skor 3: Semua tugas dijalankan
Skor 2: Satu sampai tiga tugas tidak dijalankan Skor 1: lebih dari tiga tugas tidak dijalankan
b. Kriteria peserta PKH yaitu sejumlah persyaratan yang harus terpenuhi oleh peserta PKH untuk mendapatkan manfaat program.
Hal tersebut dapat diukur melalui
1
: 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m
2
per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan.
1
14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga rumah tanggadikategorikan miskin oleh Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bamburumbiakayu berkualitas rendahtembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumurmata air tidak terlindungsungaiair
hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak
tanah. 8. Hanya mengkonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satudua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmaspoliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
500 m
2
, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp600.000,00 per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolahtidak tamat SDhanya tamat SD.
14. Tidak memiliki tabunganbarang yang mudah dijual dengan minimal Rp500.000,00 seperti sepeda motor kreditnon kredit, emas, ternak, kapal
motor, atau barang modal lainnya. Skor 3: minimal 10 kriteria kemiskinan terpenuhi RTSM
Skor 2: 6 sampai 9 kriteria kemiskinan terpenuhi RTM Skor 1: kurang dari 6 kriteria kemiskinan terpenuhi Non RTM
B. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program yang
berasal dari luar institusi pemberi PKH, terdiri dari: a. Kondisi tempat pelaksanaan PKH adalah kesesuaian kegiatan program dengan
keadaan tempat tinggal peserta dilihat dari adanya fasilitas kesehatan seperti puskesmas, puskemas pembantu pustu, polindes, posyandu, atau praktek
bidan yang mudah dijangkau oleh peserta yang menjadi mitra PKH, adanya
sekolah SD maupun SLTP yang mudah dijangkau oleh peserta program untuk menyekolahkan anggota keluarganya yang berusia 6-18 tahun, adanya kantor
pos yang mudah dijangkau oleh peserta untuk pengambilan uang tunai langsung.
Skor 3: Memiliki semua fasilitas yang mendukung pelaksanaan PKH. Skor 2: Tidak terdapat salah satu fasilitas yang mendukung pelaksanaan PKH.
Skor 1: Tidak memiliki semua fasilitas yang mendukung pelaksanaan PKH. b. Tingkat pendidikan peserta PKH yaitu jenjang sekolah formal terakhir yang
pernah dilaksanakan oleh peserta PKH, antara lain tidak bersekolah, Sekolah Dasar SD, Madrasah Ibtidaiyah, SMP UmumKejuruan, Madrasah
Tsanawiyah, SMA, Madrasah Aliyah, SMK, Program D.ID.II, Program D.III, dan Program D.IVS1.
Skor 3: Lulus program D.ID.IIDIIIS1 Skor 2: Lulus SMP sampai SMA
Skor 1: Tidak bersekolah atau tamat SD
C. Kinerja Program 1. Ketepatan memilih peserta PKH yaitu seluruh peserta PKH memenuhi
persyaratan dari 14 kriteria peserta PKH. Skor 2: Peserta PKH memenuhi minimal 9 kriteria kemiskinan
Skor 1: Peserta PKH memenuhi kurang dari 9 kriteria kemiskinan 2. Jumlah anak yang bersekolah yaitu banyaknya anak peserta PKH yang
memiliki usia 6-18 tahun terdaftar pada lembaga pelayanan pendidikan. Diukur memalui anak peserta PKH yang memiliki usia sekolah dan terdaftar
di sekolah. Skor 2: Anak peserta PKH yang memiliki usia sekolah terdaftar di sekolah.
Skor 1: Anak peserta PKH yang memiliki usia sekolah tidak terdaftar di sekolah.
3. Persentase kehadiran anak sekolah yaitu kehadiran anak peserta PKH yang bersekolah yang memiliki persentasi kehadiran minimal 85 persen setiap
bulannya.
Skor 2: Kehadiran anak peserta PKH yang bersekolah lebih dari 85 persen setiap bulannya.
Skor 1: Kehadiran anak peserta PKH yang bersekolah kurang dari 85 persen setiap bulannya.
4. Kunjungan ke puskemas atau posyandu adalah rutinitas peserta PKH untuk memeriksakan kesehatan setiap bulan ke puskesmas atau posyandu terdekat.
Skor 3: Peserta PKH, baik ibu hamil, nifas, maupun balitanya memeriksa kesehatannya ke lembaga pelayanan kesehatan setiap bulan.
Skor 2: Peserta PKH, baik ibu hamil, nifas, maupun balitanya tidak memeriksa kesehatannya ke lembaga pelayanan kesehatan setiap bulan secara rutin.
Skor 1: Peserta PKH, baik ibu hamil, nifas, maupun balitanya tidak memeriksa kesehatannya ke lembaga pelayanan kesehatan setiap bulan.
D. Taraf Hidup Peningkatan taraf hidup peserta program adalah suatu perubahan yang dirasakan
oleh peserta terhadap setelah adanya program PKH. Diukur melalui:
1. Peningkatan taraf pendidikan peserta PKH yaitu banyaknya anak peserta PKH yang berada pada usia 6-18 tahun telah terdaftar di lembaga pelayan
pendidikan dan memiliki persentase kehadiran minimal 85 persen setiap bulannya.
Skor 3: Anak peserta PKH usia sekolah terdaftar di sekolah dan memiliki persentase kehadiran minimal 85 persen setiap bulan.
Skor 2: Anak peserta PKH usia sekolah terdaftar di sekolah tetapi memiliki persentase kehadiran minimal 85 persen setiap bulan.
Skor 1: Anak peserta PKH usia sekolah tidak terdaftar di sekolah. 2. Peningkatan akses pendidikan yaitu anak peserta PKH usia sekolah dapat
mengunjungi lembaga pelayanan pendidikan yang ada dan peserta PKH merasa terbantu dalam pembiayaan anak bersekolah.
Skor 3: Peserta PKH merasa terbantu dengan adanya PKH dalam pembiayaan anak bersekolah dan anak peserta PKH dapat mengunjungi lembaga pelayanan
pendidikan.
Skor 2: Peserta PKH merasa terbantu dengan adanya PKH dalam pembiayaan anak bersekolah namun anak peserta PKH tidak dapat mengunjungi lembaga
pelayanan pendidikan atau kebalikannya. Skor 1: Peserta PKH tidak merasa terbantu dengan adanya PKH dalam
pembiayaan anak bersekolah dan anak peserta PKH tidak dapat mengunjungi lembaga pelayanan pendidikan.
3. Peningkatan taraf kesehatan yaitu riwayat kesehatan yang dialami oleh peserta PKH.
Skor 2: satu bulan terakhir tidak pernah mengalami sakit. Skor 1: Satu bulan terakhir pernah mengalami sakit
4. Peningkatan akses kesehatan yaitu kemudahan peserta PKH untuk berkunjung ke lembaga pelayan kesehatan untuk mengecek kesehatannya setiap bulannya
dan merasa terbantu dalam pembiayaan pengobatan. Skor 3: Peserta PKH merasa terbantu dengan adanya PKH dalam pembiayaan
pengobatan dan dapat mengunjungi lembaga pelayanan kesehatan. Skor 2: Peserta PKH merasa terbantu dengan adanya PKH dalam pembiayaan
pengobatan namun peserta PKH tidak dapat mengunjungi lembaga pelayanan kesehatan atau kebalikannya.
Skor 1: Peserta PKH tidak merasa terbantu dengan adanya PKH dalam pembiayaan pengobatan dan tidak dapat mengunjungi lembaga pelayanan
pendidikan.
BAB III PENDEKATAN LAPANG
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program penanggulangan kemiskinan di pedesaan kasus Program Keluarga Harapan,
dilaksanakan di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Lampiran 1. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja Purposive.
Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa di Desa Petir memiliki program penanggulangan kemiskinan, yaitu Program Keluarga Harapan yang
telah melaksanakan PKH sejak tahun 2007.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data
lapangan, penulisan draft skripsi, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.
3.2 Metode Penelitian
Tipe penelitian ini adalah explanatory research, karena akan menghubungkan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis
Singarimbun dan Effendi 1989. Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif,
serta melakukan pengamatan langsung di lapangan. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei yaitu wawancara yang dipandu
kuesioner Lampiran 2 dan pedoman pertanyaan kualitatif lampiran 3. Populasi
dan kerangka sampling dalam penelitian ini adalah rumah tangga sangat miskin yang mengikuti Program Keluarga Harapan yang berada di Desa Petir dan yang
menjadi sampel penelitian ini yaitu ibu atau wanita yang mengurus anak pada rumah tangga bersangkutan yang ikut program PKH Lampiran 4.
Selanjutnya, untuk melengkapi data primer yang didapat berdasarkan hasil pengisian kuesioner, dilakukan pendekatan kualitatif melalui wawancara
mendalam dan studi literatur. Hal ini dilakukan agar memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci tentang suatu peristiwa atau gejala sosial.