Berbicara Pembelajaran Bahasa Indonesia

3. Membaca

Membaca menurut Zuchdi 2008:19 penafsiran yang bermakna terhadap bahasa tulis. Menurut Emerald dalam Zuchdi 2008:21 membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai maksud penulis. Membaca membutuhkan proses mengingat bacaan sehingga dapat membangkitkan pengalaman. Untuk memahami suatu bacaan diperlukan pemahaman terhadap kata-kata dan kalimat yang dihadapinya. Membaca tidak hanya sekedar menafsirkan bahasa tulis tetapi memahami, membandingkan, dan meyakini wacana. Hakikat membaca proses kegiatan mengamati tulisan berlanjut pada kegiatan berfikir yang bermakna. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar 2009:246 membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Pembaca memerlukan penguasaan dan pengaktifan berbagai proses mental dan sistem kognisinya. Kegiatan membaca bukan kegiatan yang sederhana. Siswa mengukur kemampuan keterbacaan setelah melakukan kegiatan membaca. Kemampuan keterbacaan dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar pembaca. Kegiatan membaca berupa interaksi grafofonik, sintaktik, semantik, dan sekematik. Menurut Tarigan 2008:7 membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-katabahasa tulis. Membaca sebagai proses memahami makna yang tersirat dan tersurat. Ketepatan membaca tergantung pada penafsiran atau interpretasi pembaca. Tujuan membaca menurut Anderson dalam Tarigan 2008:9-10, yaitu: a. membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta reading for details or facts; b. membaca untuk memperoleh ide-ide utama reading for main ideas; c. membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita reading for sequence or organization; d. membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi reading for inference; e. membaca untuk mengklasifikasikan reading to classify; f. membaca untuk mengevaluasi reading to evaluate; g. membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan reading to compare or cintrast. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan menafsirkan makna bahasa tulis. Kegiatan membaca tidak hanya menafsirkan tetapi memahami makna yang tersirat dan tersurat. Membaca melibatkan otak, pengalaman, pengetahuan, kemampuan berbahasa, psikologis, dan emosi untuk memahami wacana. Penafsiran makna tergantung pada kemampuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembaca.

4. Menulis

Suriamiharja 1997:2 mendefinisikan menulis adalah kegiatan yang melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Pikiran dapat berupa pengalaman, pendapat, pengetahuan, keinginan, perasaan hingga gejolak kalbu seseorang. Sejalan dengan pendapat diatas menurut Tarigan 2008:22 keterampilan menulis ialah menurunkanmelukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat memahami. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Menulis pada hakikatnya adalah mengarang yakni memberi bentuk kepada segala sesuatu yang dipikirkan. Melalui pikiran, segala sesuatu yang dirasakan, berupa rangkaian kata, khususnya kata tertulis yang disusun sebaik-baiknya. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar 2009:248 menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Menulis merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri melalui bahasa. Kegiatan menulis perlu memperhatikan isi, penyajian isi, komposisi, kohesi dan koherensi, gaya dan bentuk bahasa, tata bahasa, ejaan, dan tanda baca. Menulis dapat disimpulkan kegiatan menuangkan pikiran dan perasaan dengan mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Menulis berhubungan dengan keterampilan berbahasa lainnya menyimak, berbicara, dan membaca. Menulis perlu memperhatikan tata cara penulisan yang baik. Keterampilan menulis dapat dikuasai dengan berlatih secara rutin.

D. Pengertian Sekolah Menengah Pertama Terbuka

Sekolah Menengah Pertama SMP Terbuka merupakan salah satu satuan pendidikan alternatif yang berfungsi menampung tamatan Sekolah Dasar yang mengalami kesulitan dan kendala menurut Kementrian Pendidikan Nasional 2010:1. Kendala atau kesulitan disebabkan kondisi geografis, ekonomi, transportasi, dan waktu. Siswa SMP Terbuka kesulitan belajar di SMP Umum karena keterbatasan waktu. Pada jam sekolah siswa harus bekerja membantu orang tua memenuhi kebutuhan keluarga. Penyelenggaraan SMP Terbuka menurut Kementrian Pendidikan Nasional 2010:1 bergabung atau menginduk pada SMP Negeri SMP Induk. Perbedaan SMP Terbuka dengan SMP umum adalah cara belajar. Siswa SMP Terbuka