“Lebih jauh lagi, Anas mengungkapkan, apa yang dia alami kini terkait dengan Kongres Demokrat 2010 yang dia menangi, “intinya, kongres itu
ibarat bayi yang lahir. Anas adalah bayi yang tidak diharapkan, katanya.”
9
Melalui strategi wacana pasivasi teks menyajikan teks mengkonstruksikan Anas sebagai korban, hal ini tentu agar dirinya beroleh dukungan masyarakat
disini melalui kalimat pasif tidak disebutkan siapa yang tidak mengharapkan Anas yang dalam konteks ini tidak diharapkan menjadi Ketua Umum Partai Demokrat,
sehingga teks ini melindungi aktorpelaku dan memarjinalkan Anas sebagai korban yang dalam teks diekploitasi karena hanya menampilkan objek
didalamnya. Namun teks menghadirkan definisi bandingan juga melalui strategi wacana pasivasi
“Johan menjamin, dalam sejarahnya KPK tak pernah bisa diintervensi”
13
Disini melalui strategi yang sama KPK dihadirkan melalui pernyataan Johan Budi, juru bicara KPK, yang menyatakan bahwa KPK tak pernah bisa
diintervensi, kehadiran bentuk pasif tentunya akan melindungi aktor yang dinyatakan mengintervensi KPK, sehingga secara konteks keseluruhan definisi
yang dibangun didalam teks mematahkan wacana yang diangkat dan dibangun Anas Urbaningrum yang menyajikan dirinya sebagai korban sebagai korban
keganasaan politik karena KPK dijelaskan disini dalm sejarahnya tak pernah bisa diintervensi.
4.5.2 Inclusion Proses Pemasukkan
Strategi Wacana Inklusi Difrensiasi-Indiferensiasi
Strategi wacana ini didalam teks pada bagian
“Feri menuding, tersangka yang menyatakan terzalimi jelas pembelaan diri semata. “Dalam kasus-kasus korupsi politik, terdakwa
dipersidangan selalu tampil bak korban
. Taktik itu lumrah untuk mengaburkan perspektif publik
,” ujarnya.
14
Universitas Sumatera Utara
Disini teks menghadirkan dua wacana, yang pertama adalah penjelasan bahwa terdakwa di persidangan selalu tampil bak korban, wacana yang kedua adalah
penghadiran wacana yang lebih dominan dan lebih bagus yang berisi sebuah kesimpulan bahwa seorang terdakwa yang tampil sebagai korban adalah sebuah
hal yang lumrah, hal itu adalah sebuah cara yang dipergunakan untuk mengaburkan perspektif publik.
Memainkan perspektif publik penting karena jika satu perspektif tertentu akan sangat berpengaruh terhadap Public Opinion, dan apa yang menjadi
penilaian massa akan sangat berpengaruh terhadap bagaimana subuah peristiwa dilihat dan dimaknai, tentu beroleh dukungan masyarakat akan cukup banyak
membantu seseorang yang tesandung dalam sebuah kasus hukum maupun sosial. Menjadikan diri sebagai korban adalah salah satunya, tentu dengan menghadirkan
perspektif ini. Tentu hal ini akan memarginalisasi Anas Urbaningrum yang coba
mengangkat dirinya yang dijadikan tersangka oleh KPK terjadi karena tekanan politis, teks mengkonstruksikan seolah Anas coba menampilkan dirinya sebagai
korban, namun teks menghadirkan definisi bandingan yang mampu menyudutkan wacana yang Anas bangun.
Melalui teks ini strategi wacana indifrensiasi juga hadir
“Johan mengakui ketika KPK mengusut seorang pengurus partai, selalu muncul persepsi ada kepentingan politik
. Johan menjamin dalam
sejarahnya KPK tak pernah bisa diintervensi .”
13
Disini teks menghadirkan konstruksi bahwa dalam sejarahnya KPK tak pernah diintervensi, tentu ini menguatkan dan mematahkan strategi teks melalui
bangunan konstruksi definisi korban yang dimainkan oleh Anas Urbaningrum, melalui penghadiran pernyataan yang disampaikan oleh oleh Johan Budi yang
merupakan Juru Bicara KPK ini lebih dominan yang menunjukkan bahwa kesalahan buka ada pada pihak KPK yang merupakan Lembaga Negara yang
netral dan tidak mungkin diintervensi oleh kepentingan-kepentingan tertentu, sehingga tuduhan intervensi ini menjadi tidak berdasar sama sekali, sehingga
sekali lagi disini teks menyudutkan Anas Urbaningrum.
Universitas Sumatera Utara
Strategi Wacana Inklusi Asimilasi-Individualisasi
Strategi wacana ini terjadi ketika seorang aktor sosial dalam pemberitaannya disebutkan komunitas atau kelompok, strategi ada pada teks
bagian
“Feri menuding, tersangka yang menyatakan terzalimi jelas pembelaan diri semata. Dalam kasus-kasus korupsi politik, terdakwa di
persidangan selalu tampil bak korban.”
14
Dalam menunjukkan sebuah kelumrahan yang terjadi teks disini melalui strategi wacana asimilasi mengkategorikan aktor sosial yang dalam konteks dimana teks
ini dihadirkan yaitu Anas Urbaningrum dalam komunitas atau kelompok dimana aktor itu berada. Melalui strategi wacana asimilasi pembaca akan diperlihatkan
sebuah bangunan generalisasi seolah semua terdakwa yang tersandung kasus- kasus korupsi politik akan tampil bak terdakwa di persidangan dan hal itu bukalah
barang baru dalam dunia perpolitikan di indonesia, sehingga ketika Anas Urbaningrum yang notabenenya seorang politisi yang tersandung masalah kasus
korupsi maka sudah menjadi hal yang lumrah jika dalam persidangan nanti pun ia akan tampil bak korban. Tentu wacana ini memarginalisasi Anas dan
menyudutkannya.
Universitas Sumatera Utara
4.6 Analisis Wacana Berita 5