Deskripsi Singkat Harian Kompas

3.2.1 Deskripsi Singkat Harian Kompas

Harian umum Kompas merupakan surat kabar nasional yang tidak bisa dilupakan peranannya dalaam sejarah perjalanan perjalanan pers nasional di Indonesia. Hal ini karena harian kompas termasuk harian yang memberi masukan dalam sejarah jurnalistik, khususnya jurnalistik surat kabar. Hal lain yang perlu diingat dari harian ini adalah manajemen yang diterapkan dalam organisasi harian merupakan sumbangsih terbesar yang diberikan oleh harian Kompas kepada jurnalistik di Indonesia. Sejumlah uraian di atas merupakan hasil kerja keras dari kedua tokoh pendiri harian kompas yang sekaligus merupakan tokah pers nasional. Petrus Kanisius PK Ojong dan Jakob Oetama merupakan nama pendiri harian kompas. Pada tahun 1965, merupakan masa-masa dimana mendirikan Kompas tersebut tercetus. Pada masa itu PKI merajalela, hubungan PKI dan militer menburuk terutama Angkatan Darat, sampai akhirnya Let. Jend Ahmad Yani sebagai Menteri Panglima Angkatatan Darat 1962-1965 melemparkan ide agar Frans Seda Menteri Perkebunan 19964-19966 menerbitkan koran. Ide itu sejalan dengan terbitnya koran-koran yang bernaung di bawah partai atau corong partai. Frans Seda selaku Ketua umum Partai Katholik menanggapi ide tersebut. Jakob Oetama dan PK Ojong menggarap ide mendirikan koran tersebut. Ditetapkan nama Bentara Rakyat yang secara harafiah berarti pegawai rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI catatan : waktu itu semua yang berbau PKI memakai kata rakyat. Suatu saat, ketika Bentara Rakyat hampir terbit, Frans Seda datang ke Presiden Soekarno untuk urusan dinas selaku Menteri Perkebunan. Bung Karno mendesak Partai Katholik untuk menerbitkan koran. Bung karno sudah mendengar bahwa Frans Seda dengan rekan-rekannya dari Partai Katholik akan mendirikan koran. Ketika disebut nama Bentara Rakyat, Bung Karno menyarakan nama “Kompas” agar jelas sebagai petunjuk arah. Jadilah dipillih nama Kompas sedangkan Bentara Rakyat dipilih menjadi nama yayasan yang menerbitkan Kompas. PKI bereaksi keras dengan terbitnya Kompas, dengan menghasut masyarakat dengan ledekan kepanjangan Kompas Komando Pastor. Plesetan kata “Komando Pastor” lebih gencar ditiupkan oleh kaum komunis pada Universitas Sumatera Utara masa itu, dengan menghasut dan menjatuhkan nama baik Kompas menjadi “Komt Pas Morgen” artinya Kompas yang akan datang, pada keesokan harinya karena memang sering telat terbit. Para pendiri yayasan Bentara Rakyat adalah pemimpin dari organisasi- organisasi Katholik, seperti Partai Katholik, Pemuda Katholik, Wanita Katholik. Pengasuh sehari-hari dipegang oleh dua serangkai Jakob Oetama dan PK Ojong dengan otonomi profesional yang penuh meski ada restu dari Presiden Soeharto, proses minta izin usaha dan izin terbit menemui kesulitan karena saat itu PKI menguasai aparatur khususnya aparatur perizinan di pusat dan daerah. PKI agaknya tidak mentolerir saingan dari sebuah harian yang menurut mereka “pasti” merupakan saingan berat namun tahap demi tahap dengan penuh ketekunan dari seluruh kekuatan ormas Katholik dan juag berkat usaha dari Mgr. Soegipranata dan bantuan dari pimpinan Angkatan Darat, semua rintangan dapat diatasi, yakni Daerah Militer V Jaya. Pada tanggal 28 Juni 1965 di Kramat Jaya Jakarta, tepatnya di percetakan PN Eka Grafika, PK Ojong dan Jakob Oetama memulai aktivitas mereka untuk edisi pertama harian Kompas. Penampilan edisi pertama harian Kompas memang masih berantakan. Tatanan wajahanya tidak karuan, memiliki gambar kurang terang sama sekali belum memiliki tambahan pernak pernik untuk mempercantik diri, justru dibalik segala keterbatasan serta kekurangan itu, para pengelolanya seperti dipacu untuk terus-menerus memperbaiki diri. Dalam kondisi serba kekurangan itu, kemudian diletakkan dalam dasar profesional, sehingga ketika meletusnya Gerakan 30 September PKI, tiga bulan kemudian kemudian timbul Orde Baru, Kompas sudah siap menampung dan dengan pesat berkembang menjadi harian yang dapat diandalkan dan dan berpengaruh, baik sebagai sumber pemberitaan maupun sebagai sumber opini. Seperti pada umumnya terjadi dalam pertumbuhan media pers di Indonesia, Kompas selama setahun setelah awal perkembangannya, dicetak di pecetakan orang lain, sebelum membangun percetakan sendiri. Untuk pertama kalinya dicetak, diatas mesin cetak dupleks yang sederhana, sebelum kemudian pindah ke mesin cetak rotasi. Lalu pada tahun 1972, Kompas mulai mencetak sendiri yaitu di percetakan Gramedia. Semula Kompas hanya terdiri dari empat halaman, sama Universitas Sumatera Utara seperti harian lainnya kemudian menjadi enam belas halaman, yakni batas maksimum halaman surat kabar yang diperbolehkan pemerintah. Kantor redaksi kompas pertama masih menumpang di kantor redaksi majalah Intisari yang menempati salah satu ruang di kantor percetakan PT Kinta, Jakarta kota. Oleh karena alasan percetakan yang jauh, maka redaksi malam juga menumpang di redaksi majalh Penabur, bertempat di jalan Kramat. Sejak Juli 1986, sesuai dengan ketentuan Pemerintah, dua kali dalam seminggu Kompas dapat menambah halamannya menjadi dua puluh halaman. Kompas semula, yang hanya diarmadai oleh lima belas wartawan pada awal kelahirannya, namun hingga kini ada sekitar 300 wartawan yang bekerja. Sepanjang sejarahnya Kompas pernah dua kali dilarang terbitt oleh pemerintah dan kedua peristiwa itu merupakan larangan massal. Setelah terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965, Kompas berserta kebanyakkan harian lainnya, dilarang terbit mulai edisi 2 Oktober 1965 dan baru diizinkan beredar kembali tanggal 6 Oktober 1965. Larangan ini dikeluarkan oleh pengusaha pelaksana peran daerah Pepelrada Jakarta Raya. Pada saat itu, hanya harian “ Angkatan Bersenjata” dan “Berita Yudha” yang boleh terbit karena keduanya didukung oleh tentara. Larangan terbit kedua dialami, terjadi setelah demonstrasi Mahasiswa pada tahun 1977-1978. Kompas termasuk diantara tujuh harian lainnya yang dilarang terbit, yakni Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos Sore. Pada waktu yang sama pula, dilarang terbit sedikitnya tujuh penerbitan pers Mahasiswa berbagai Universitas Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan Palembang. Saat Ini Kompas memiliki 550.000 eksemplar pada hari biasa dan pada hari minggu rata-rata 600.000-7000.000 eksamplar dimana 80 peminat Kompas ada di Pulau Jawa. Pendapatan Iklannya terbesar di Indonesia kira-kira dapat meraup Rp. 1,5 Milyar per bulannya. Harian Kompas terbit rata-rata 500.000 eksemplar per hari, dengan tingkat keterbacaan 1.850.000 per harinya. Artinya, Kompas rata-rata dibaca oleh 1.850.000 orang per harinya. Sebagai Koran Nasional, Kompas hadir di seluruh provinsi di Indonesia. Dengan sumber daya wartawan yang berjumlah 230 orang, Kompas menyajikan berita dari wartawannya yang ditempatkan di berbagai kota Universitas Sumatera Utara di Jawa, Sumatera, Kalimatan, Nusa Tenggara, Kalimatan, Sulawesi sampai Papua. Sementara di luar negeri, Kompas khusus menempatkan seorang wartawan di Cairo untuk mengikuti situasi dan perkembangan di kawasan Timur Tengah. Kedepan Kompas juga akan mengisi sejumlah tempat lagi seperti Brussels,Washington, New York, Shanghai dan Canberra. Kedatangan yang menjadi salah faktor penting dari sebuah produk surat kabar, coba dipenuhi dengan cetak yang semakin pagi sehingga diharapkan Kompas dapat diterima di tangan pelanggan sebelum pukul 06:00 pagi. Ini tak hanya untuk wilah Jabodetabek, dengan sistem cetak jarak jauh yang sudah dibangun di delapan kota Bandung, Banten-Jateng, Rungkut-Jatim, Bali, Medan, Palembang, Banjarmasin dan Makassar Kompas bisa sampai di tangan pembaca sama pagi dengan yang diterima pembaca di Jakarta dan sekitarnya. Kendati pembaca Kompas terbesar adalah orang-orang terdidik, Kompas tidak melupakan kelompok pembaca muda dan bahkan anak-anak. Setiap pekan, Kompas menyediakan halaman khusus buat orang muda 15-19 tahun, bahkan Kompas juga menyediakan halaman khusus anak. Mulai 2009, Kompas juga meluncurkan rubrik baru yang diberi nama “Kompas Kita”. Rubrik ini berisi tanya jawab antara seorang tokoh politik, olahragawan atau selebritas lainnya, dengan para pembaca Kompas. Setiap senin, Kompas membuat tulisan tematik, mengangkat isu-isu tertentu yang di digarap secara lebih terencana dan terancang. Untuk isu-isu besar dan aktual yang perlu pemaparan secara komprehensif, ada rubrik “Fokus” yang terbit tiap hari Jumat. Pada hari yang sama, pembaca juga mendapatkan halaman khusus olahraga. Pelibatan pembaca, dirasa sangat penting, terutama untuk memberi masukan terhadap isi Kompas. Kompas juga mempunya Forum Pembaca Kompas FPK di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogya, Surabaya dan Medan dengan keanggotaan yang bergilir. Pertemuan berkalasi diadakan di kota-kota tersebut setiap tiga bulan, diluar pertemuan, setiap hati anggota FPK menyampaikan menyampaikan masukannya melalui email atau telepon. Di tingkat yang lebi profesional, ada Ombudsman yang mengkritisi isi Kompas. Anggota Ombudsman terdiri dari sejumlah pakar, setiap bulan bertemu dengan pimpinan dan para editor Kompas, sementara Litbang dan juga Pusat Universitas Sumatera Utara Informasi Kompas adalah unit penting yang menunjang kerja wartawan untuk bisa mengasilkan tulisan-tulisan yang lengkap akurat dan terpercaya. Design dan perwajahan Kompas terus-menerus diperbaiki. Seorang konsultan kelas dunia, Mario Garcia dari Amerika Serikat, tahun 2005 diminta untuk mendandani wajah kompas, sehingga Kompas tampil seperti yang sekarang ini. Konsep “visual thingking” merupakan isu utama konsep yang ditawarkan oleh Mario Garcia, gambar, infografik, ilustrasi, menjadi hal yang sangat penting dari keseluruhan wajah surat kabar. Seorang wartawan di lapangan, tak cukup hanya memikirkan isi berita apa yang akan dia tulis, tetapi wartawan sekaligus dituntut untuk membayangkan, visual seperti apa yang akan ditampilkan untuk memperkuat berita yang dia peroleh. Bersamaan dengan perubahan wajah tersebut, diperkenalkan lembar khusus iklan yan diberi nama Klasika

3.2.2 Visi dan Misi Kompas

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (Suatu Penelitian Deskriptif Kuantitatif di Desa Sukaraja Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Propinsi Aceh)

0 25 94

PENDAHULUAN CITRA KEPEMIMPINAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO SEBAGAI PEMIMPIN POLITIK YANG EFEKTIF (Studi Analisis Isi Pemberitaan Surat Kabar Harian Kompas dan Tempo tentang Citra Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Pemimpin Politik yang Efektif dal

0 3 68

PENUTUP CITRA KEPEMIMPINAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO SEBAGAI PEMIMPIN POLITIK YANG EFEKTIF (Studi Analisis Isi Pemberitaan Surat Kabar Harian Kompas dan Tempo tentang Citra Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Pemimpin Politik yang Efektif dalam P

0 3 22

REPRESENTASI ANAS URBANINGRUM DAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM PEMBERITAAN KASUS HAMBALANG DI HARIAN UMUM PIKIRAN RAKYAT: ANALISIS STRUKTUR MAKRO.

0 3 35

KUASA HARIAN AUSTRALIA THE AGE DAN SYDNEY MORNING HERALD TERHADAP PEMBERITAAN KASUS DUGAAN KORUPSI PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO: ANALISIS WACANA KRITIS.

0 0 6

PEMBERITAAN PENETAPAN ANAS URBANINGRUM SEBAGAI TERSANGKA DI MEDIA (DALAM JARINGAN).

0 0 2

REPRESENTASI ANAS URBANINGRUM DAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM PEMBERITAAN KASUS HAMBALANG DI HARIAN UMUM PIKIRAN RAKYAT: ANALISIS STRUKTUR MAKRO - repository UPI T LIN 1201306 Title

0 0 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kritis - Pertarungan Wacana Dalam Pemberitaan Anas Urbaningrum vs Susilo Bambang Yudhoyono di Harian Kompas

0 1 17

Pertarungan Wacana Dalam Pemberitaan Anas Urbaningrum vs Susilo Bambang Yudhoyono di Harian Kompas

0 0 9

Pertarungan Wacana Dalam Pemberitaan Anas Urbaningrum vs Susilo Bambang Yudhoyono di Harian Kompas

0 0 11