4.7.2 Inclusion Proses Pemasukkan
Strategi Wacana Difrensiasi-Indifrensiasi
Dalam konteks rencana kongres yang diwacanakan, teks melalui strategi indifrensiasi menghadirkan realitas pesimistik yang menggangap bahwa kongres
yang akan dilangsungkan Partai Demokrat hanya menjadi sebuah parodi politik, hal ini tentu saja memarginalkan SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Wacana ini muncul dalam teks
“Pemilihan memang bakal menyajikan tampilan yang demokratis, tetapi peserta bakal diarahkan memilih calon yang dekat dengan
Yudhoyono ”
1
Pada preposisi yang pertama dikatakan bahwa pemilihan bakal menyajikan tampilan yang demokratis, namun pada preposisi yang kedua teks menyajikan
bahwa dalam pemilihan tersebut bakal diarahkan memilih calon yang dekat dengan Yudhoyono. Tentu kehadiran preposisi yang kedua lebih dominan karena
bukan hanya berisi suatu kesimpulan dari sesuatu yang belum terjadi namun ia memisahkan sedemikian rupa, preposisi pertama dan preposisi yang kedua.
Melalui srategi ini yang tergambar pada akhirnya adalah perbedaan pandangan antara cara yang dianggap bagus dengan cara yang dianggap tidak
bagus. Pemilhan yang demokratis tentu bagus, namun pengarahan peserta kongres dalam memilih calon yang dekat dengan Yudhoyono tentu tidak bagus dan sangat
bertentangan dengan azas demokrasi. Startegi wacana ini juga muncul pada bagian teks lainnya
“kalaulah terpilih ketua umum baru lewat proses demokrasi, proses itu sebenarnya hanya dramaturgi politik agar tampak demokratis
saja .”
7
Fokus pembaca dalam teks ini juga akan fokus kepada preposisi yang kedua karena konteks teks yang berisi kesimpulan dan opini terlihat sangat
meyakinkan bahwa pasti kongres yang diadakan oleh Partai Demokrat untuk memililih ketua umum barunya hanya akan menjadi sebuah parodi politik atau
dengan kata lain, sebuah drama, , sesuatu yang tidak benar namun ditampilkan
Universitas Sumatera Utara
benar, sebuah dramaturgi, sebuah lelucon politik, sebuah pemilihan dimana pemenangnya sudah diketahui sebelum suara diberikan, sehingga terlihat sangat
bagus sehingga melalui wacana yang dihadirkan dalam teks ini Yudhoyono dimarginalkan, karena ia merupakan pemimpin tertinggi Partai Demokrat.
Dalam politik, what the peoples think about you adalah sesuatu hal yang sangat penting, bahkan dalam terminologi kekuasaan era demokrasi saat ini,
pembagian kekuasaan distribution of powers bukan hanya terbagi atas tiga pilar, namun empat pilar, yakni kekuasaan Eksekutif , Legeslatif, Yudikatif dan Public
Opinion. Public Opinion adalah kunci menuju kekuasaan dalam era demokrasi, ia menjadi senjata yang mampu membawa seorang penguasa atau partai politik
menuji puncak kekuasaan, atau bahkan terjerumus dalam jurang kegagalan, melaluinya penguasa beroleh legitimasi untuk melakukanmenjalankan sebuah
keputusan, karena bertentangan dengannya bisa jadi dalam pemilihan selanjutnya penguasa atau partai politik tersebut enggan dipilih. Hal ini terjadi karena prinsip
Demokrasi ”one man one vote” sehingga apabila politisi atau partai politik beroleh dukungan masyarakat maka sudah pasti dia akan beroleh kekuasaan.
Sehingga dalam politik praktis saat ini tampilan itu adalah hal yang sangat penting untuk beroleh favour masyarakat. Tampil pintar, baik, sederhana, taat
beragama, rajin sedekah, dermawan dan merakyat bagi dunia politik jauh lebih penting ketimbang latar belakang dan visi misi. Hal ini terjadi karena bangsa kita
yang masih seumuran jagung berdemokrasi, juga tingkat pendidikan masyarakat yang rendah sehingga tampilan luarlah yang sering menjadi pertimbangan bagi
masyarakat dalam memilih. Hal inilah yang dimainkan banyak politisi dan partai politik, how to look good, tentu hal ini jika dilihat dalam perspektif Machiavelli
hal ini adalah sesuatu yang baik, yang cerdik dan yang pintar, namun bagi perspektif manusia yang berasio dan bermoral hal ini adalah membodohi
masyarakat, sesuatu yang licik. Hal inilah yang coba diwacanakan teks dalam kontes kongres yang akan
dilakukan Partai Demokrat, bahwa semua hanyalah dramaturgi politik yang tujuannya tidak lain dan tidak bukan agar kongres yang dilakukan oleh Partai
Demokrat tampak demokratis, dan membodohi masyarakat untuk memenangkan pendapat umum, tanpa menggangu kepentingan dan agenda politik penguasa
Universitas Sumatera Utara
partai. Tentu melalui strategi ini SBY sebgai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang notabenya adalah pemimpin tertinggi partai ini dimarginalkan
didalam teks.
Universitas Sumatera Utara
4.8 Analisis Wacana Berita 7