Tabel 4.4
Karakteristik Surat Kabar
Tanggal Pemberitaan Kompas edisi : Sabtu, 9 Februari 2013
Judul Pemberitaan
SBY Kuasai Penuh Demokrat
Anas Urbaningrum Diminta Fokus Hadapi Kasus Hukum
Rubrik Pemberitaan Politik dan Hukum
Sumber : Harian Kompas 2013
4.3.1 Exclusion Proses Pengeluaran
Strategi Wacana Eksklusi-Pasivasi
Teks ini menyajikan berita tentang bagaimana Yudhoyono mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat, strategi wacana pasivasi terdapat dalam judul
teks
“Anas Urbaningrum diminta fokus hadapi kasus hukum”
Teknik ini terdapat pada sub judul dari teks, kalimat ini menggunakan kalimat pasif sehingga tidak menampikan siapa yang meminta Anas untuk fokus
menghadapi kasus hukum, sehingga ia melindungi aktor yang dihilangkan pada bagian ini. Teks ini secara langsung menyudutkan Anas.
Pengambil alihan Partai Demokrat yang dilakukan oleh Yudhoyono menuai banyak kontroversi dari banyak pihak, banyak pengamat yang
menyayangkan keputusan yang diambil oleh Yudhoyono, karena Yudhoyono yang masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia harus turun tangan
menangani sebuah partai politik dan dasar utama pengambil alihan ini pun tidak cukup kuat karena Anas belum memiliki status hukum apa pun di KPK.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini berbanding terbalik dari teks yang ditampikan melalui teknik pasivasi menyatakan
“Anas diberi kesempatan menghadapi masalah hukum yang ditangani KPK”
8
Disini melalui kalimat aktif Anas kembali disudutkan, teks juga tetap tidak menghadirkan aktorpelaku yang ‘memberikan’ kesempatan bagi Anas. Melalui
teks ini Anas menjadi subjek dan fokus pembaca, belum lagi penggambaran seolah Anas memiliki masalah hukum di KPK dengan menyajikan kata
‘ditangani’ yang memberikan definisi seolah masalah hukum yang menjerat Anas sedang berjalan atau sedang dalam proses oleh KPK.
Menarik melalui wacana yang dihadirkan disini teks seolah menyajikan sebuah definisi dimana seolah Anas sudah divonis akan memiliki status hukum di
KPK, hal ini akan berbanding terbalik apabila kita bandingkan realita yang terjadi ketika berita ini diturunkan Anas belum memiliki status hukum apapun di KPK,
hanya namanya hanya terus disebut-sebut dalam persidangan M Nazaruddin sehingga hal ini menjadi terus diberitakan oleh media dan orang-orang pun terus
mempertanyakan status hukum Anas, hal ini tentu akan menjadi sebuah ‘batu sandungan’ bagi partai Demokrat karena pemberitaan negatif yang terus-menerus
akan menurunkan elektabilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap Demokrat. Sehingga melalui strategi pasivasi Anas dimarginalkan dengan ditampilkan seolah
telah memiliki status hukum di KPK.
Strategi Wacana Inklusi Nominalisasi
Strategi wacana nominalisasi hampir sampa prosesnya dengan strategi wacana eksklusi pasifasi yaitu terjadi penghilangan sosok atau pelakuaktor.
Nominalisasi tidak membutuhkan subjek karena nomalisasi pada dasarnya adalah proses mengubah kata kerja yang bermakna tindakkankegiatan menjadi kata kerja
yang bermakna peristiwa. Teknik nominalisasi ada pada bagian teks sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
“Kedelapan, Demokrat mengutamakan penataan, penertiban, dan pembersihan
partai dari unsur-unsur negatif”
9
Disini teks melindungi aktorpelaku yang dalam konteks teks ini dihadirkan yaitu SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, karena kata penataan,
penertiban dan pembersihan tidak memerlukan kehadiran subjek, unsur-unsur negatif menjadi fokus pembaca. Sebutan unsur-unsur negatif ini pun
menghadirkan definisi yang multitafsir, karena teks ini sedang menghadirkan berita mengenai pengambil alihan partai Demokrat yang dipimpin oleh SBY dari
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, sehingga unsur-unsur negatif ini bisa ditafsirkan sebagai Anas Urbaningrum dan pendukungnya.Tentu hal ini
adalah bentuk pengkonstruksian buruk teks terhadap sosok Anas Urbaningrum yang digambarkan sebagai sesuatu yang harus segera dibersihkan seperti lalang
diantara gandum. Tentu hal ini memarginalkan dan menyudutkan Anas Urbaningrum.
4.3.2 Inclusion Proses Pemasukkan