saling berintegrasi dalam rangka fungsi represif negara. RSA mengamankan kondisi politik yang diciptakan oleh ISA dengan tindak manipulasi kesadaran
warga masyarakat. Justru karena RSA terhadap situasi politik yang diciptakan oleh ISA ini, ISA menyusun suatu kerangka legitimasi yang akan mengabsahkan
tindakan RSA tersebut hingga masyarakat tidak akan melawan tindakkan memaksa RSA, bahkan diterima sebagai kebenaran. Dalam konsepsi ideologi ini,
media ditempatkan Althusser sebagai Ideological State Apparatus, bagaimana mempertahankan kekuasaan melalui seperangkat alat kebahasaan.
2.4 Hegemoni
Konsep hegemoni dipopulerkan ahlih filsafat politik terkemukan Italia, Antonia Gramsci, yang berpendapat bahwa kekuatan dan dominasi kapitalis tidak
hanya melalui dimensi material dari sarana ekonomi dan relasi produksi, tetapi juag kekuatan force dan hegemoni. Jika yang pertama menggunakan daya paksa
untuk membuat orang banyak mengikuti dan mematuhi syarat-syarat suatu cara produksi atau nilai-nilai tertentu, maka yang terakhir meliputi perluasan dan
pelestarian “kepatuhan aktif” dari kelompok-kelompok yang didominasi oleh kelas penguasa lewat penggunaan kepemimpinan intelektual, moral dan politik.
Hegemoni menekankan pada bentuk ekspresi, cara penerapan, mekanisme yang dijalankan untuk mepertahankan dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para
korbannya, sehingga upaya itu berhasil mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka. Proses itu terjadi dan berlangsung melalui pengaruh budaya yang
disebarkan secara sadar dan dapat meresap, serta berperan dalam menafsirkan pengalaman tentang kenyataan.
Hegemoni bekerja melalui dua saluran yaitu ideologi dan budaya. Melalui hegemoni, ideologi kelompok dominan dapat disebarkan, nilai dan kepercayaan
dapat ditularkan. Akan tetapi hal ini sangat berbeda dengan manipulasi dan indoktrinasi, hegemoni justru terlihat wajar, orang menerima sebagai suatu
kewajaran dan sukarela. Ideologi hegemonik itu menyatu tersebar dalam praktik kehidupan, persepsi dan pandangan dunia sebagai sesuatu yang dilakukan dan
dihayati secara sukarela.
Universitas Sumatera Utara
Hegemoni bekerja melalui konsensus ketimbang upaya penindasan satu kelompok terhadap kelompok lain. Salah satu kekuatan hegemoni adalah
bagaimana ia menciptakan cara berpikir atau wacana tertentu yang dominan, yang dianggap benar. Dalam proses produksi berita, proses itu terjadi melalui cara yang
halus, sehingga apa yang diberitakan oleh media tampak sebagai suatu kebenaran, memang begitulah adanya, logis dan bernalar common sense dan semua orang
menganggap itu sebagai suatu yang tidak perlu dipertanyakan Eriyanto 2001:105. Maka dari itu perlu usaha bagi kelompok dominan untuk menyebarkan
ideologi dan kebenarannya tersebut agar diterima, tanpa perlawanan. Salah satunya kunci adalah nalar atau common sense ini, jika ide atau gagasan dari
kelompok dominanberkuasa telah diterima sebagai sesuatu yang common sense dan tidak didasarkan pada kelas sosial, kemudian ideologi itu diterima, maka
hegemoni telah terjadi.
2.5 Analisis Wacana Kritis