metilprednisolon dan transfusi PRC yang dberikan sudah tepat, dapat dilihat dari kadar Hb dan Hct pasien yang menunjukkan peningkatan.
Rekomendasi untuk terapi pasien yaitu pemberian dosis parasetamol sesuai dengan dosis literatur untuk dapat mengatasi demam pasien. Monitoring
terhadap kadar Hb dan Hct pasien serta pemantauan terhadap efek samping obat- obatan yang digunakan terutama pada penggunaan metilprednisolon jangka
panjang.
7. Kasus 7
Pasien merupakan seorang pria berusia 35 tahun, datang dengan keluhan lemas dan demam. Pemeriksaan darah pasien menunjukkan kadar Hb 6,5 gdL
yang termasuk dalam kategori anemia berat World Health Organization, 2011, DCT 4, dan ICT 4+. Pasien menjalani rawat inap di rumah sakit selama 16 hari
dan keluar dengan status membaik dan Hb 10,5 gdL. Selama rawat inap pasien mendapatkan terapi metilprednisolon, asam
folat, dan pantozol. Pasien mendapatkan terapi metilprednisolon secara IV dengan dosis 375 mghari pada hari 2-8, 250 mghari pada hari 9-12, 125 mghari
pada hari 13, dan dilanjutkan dengan pemberian oral pada hari 14-16 dengan dosis 32-32-0. Asam folat diberikan dengan dosis 0,8 mghari selama pasien rawat inap
untuk mencegah anemia megaloblastik. Pasien mendapatkan terapi pantozol dengan dosis 40 mghari pada hari 10-14 untuk mengatasi peptik ulser yang
merupakan salah satu efek samping penggunaan kortikosteroid, dapat dilihat dari keluhan pasien terkait nyeri perut dan mual. Pantozol termasuk dalam golongan
proton pump inhibitors PPI yang dapat digunakan untuk mengatasi peptik ulser dengan dosis 40 mghari Lockrey and Lim, 2011. Terapi yang dberikan sudah
tepat, dapat dilihat dari kadar Hb dan Hct pasien yang menunjukkan peningkatan. Pada kasus ini tidak ditemukan ditemukan DRPs. Monitoring yang
dilakukan yaitu pemantauan terhadap kadar Hb dan Hct pasien serta pemantauan terhadap efek samping metilprednisolon seperti peningkatan kadar gula darah
pasien dan risiko osteopirosis yang mungkin terjadi pada penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
8. Kasus 8
Pasien merupakan seorang wanita berusia 31 tahun, datang dengan keluhan lemas satu bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien merupakan rujukan
daru RSUD Cilacap dengan diagnosis anemia susp. Lupus, tidak dilakukan transfusi karena darah tidak cocok. Pemeriksaan darah pasien menunjukkan kadar
Hb 2,7 gdL yang termasuk dalam kategori anemia berat World Health Organization, 2011, DCT 4+, dan ICT 4+. Pasien menjalani rawat inap di rumah
sakit selama 3 hari dan keluar dengan status meninggal, sebab kematian yaitu shock septic.
Selama rawat inap pasien mendapatkan terapi metilprednisolon, mikofenolat mofetil, antibiotik meropenem dan pantoprazol. Pasien mendapatkan
terapi metilprednisolon secara IV dengan dosis 375 mghari pada hari 1-3. Pemberian metilprednisolon dikombinasikan dengan MMF dengan dosis 2x500
mghari. Pasien diberikan terapi antibiotik meropenem dengan dosis 2 gramhari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pemberian antibiotik tersebut untuk mengatasi infeksi bakteri yang ditunjukkan pada pemeriksaan WBC pasien selama 3 hari rawat inap yaitu 34,75; 31,81; dan
40,04 µL rujukan 3,6-11,0 µL serta pemeriksaan urin pasien positif menunjukkan infeksi bakteri. Meropenem merupakan antibiotik golongan
carbapenem yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri dengan dosis 3 x 500-1000 mghari secara IV Baldwin, 2008. Pantoprazol diberikan untuk
mengatasi peptik ulser dengan dosis 40 mghari pada hari ke-2 pasien rawat inap. Pantoprazol termasuk dalam golongan PPI yang digunakan untuk mengatasi
peptik ulser yang merupakan salah satu efek samping penggunaan kortikosteroid, diberikan dengan dosis 40 mhhari Lockrey and Lim, 2011.
Pasien keluar dengan status meninggal akibat shock septic dd hypovolemic, yang merupakan kejadian dimana tubuh tidak mampu menyediakan
oksigen untuk mencukupi kebutuhan jaringan sehingga dapat mengancam jiwa. Hal tersebut terjadi karena tubuh kehilangan darah cukup banyak Wilson, Thal,
Kindling, Gtifka, anf Ackerman, 1965. Pada kasus ini ditemukan DRPs berupa dosis kurang yang terjadi karena
interaksi obat antara pantoprazole dengan MMF, sehingga menyebabkan penurunan efek MMF Medscape, 2016. Penggunaan PPI dapat meningkatkan
pH intragastrik yang dapat memperlambat hidrolisis MMF, berakibat pada penurunan paparan dan ketersediaan asam mikofenolat sehingga terjadi penurunan
efek Wedenmeyer and Blume, 2014. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Kasus 9