9. Kasus 9
Pasien merupakan seorang wanita berusia 38 tahun dengan berat badan 50 kg, datang dengan keluhan lemas. Pasien merupakan rujukan dari RSUD Cilacap
dengan Hb 3,7 dan coomb’s test 4+, tidak dilakukan transfusi karena darah tidak cocok. Pasien menjalani rawat inap di rumah sakit selama 14 hari dan keluar
dengan status membaik dan Hb 9,6 gdL. Selama rawat inap pasien mendapatkan terapi metilprednisolon, asam folat
dan vit B12. Pasien mendapatkan terapi metilprednisolon secara IV dengan dosis 375 mghari pada hari 2-5; 187,5 mghari pada hari ke-6; 93,57 mghari pada hari
7-10, dan pada hari 11-14 dilanjutkan pemberian secara oral dengan dosis 8-4-0 mghari. Asam folat dan vit B12 merupakan suplemen yang berperan dalam
pembentukan sel darah merah, pemberiannya bertujuan untuk mencegah anemia megaloblastik pada pasien AIHA karena mengalami hemolisis aktif. Pada hari 4-
14 pasien diberikan asam folat dengan dosis 0,8 mghari dan vit B12 dengan dosis 2x1 tablet. Pemberian terapi sudah sesuai dilihat dari peningkatan Hb dan Hct
pasien yang mengalami peningkatan. Pada kasus ini tidak ditemukan DRPs, namun perlu dilakukan monitoring
terhadap kadar Hb dan Hct pasien serta pemantauan terhadap efek samping metilprednisolon seperti peningkatan kadar gula darah pasien dan risiko
osteopirosis yang mungkin terjadi pada penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
10. Kasus 10
Pasien merupakan seorang wanita berusia 42 tahun dengan berat badan 73 kg, datang dengan keluhan lemas memberat sejak tiga hari sebelum masuk rumah
sakit. Pemeriksaan darah pasien menunjukkan kadar Hb 5,1 gdL yang termasuk dalam kategori anemia berat World Health Organization, 2011, dan DCT 3+.
Pasien menjalani rawat inap di rumah sakit selama 10 hari dan keluar dengan status meninggal karena hospital acquired pneumonia.
Selama rawat inap pasien mendapatkan terapi metilprednisolon dan transfusi PRC. Pasien mendapatkan terapi metilprednisolon secara IV dengan
dosis 500 mghari pada hari 2-4, 375 mghari pada hari 5-7, dan 125 mghari pada hari 8-10. Dilakukan transfusi PRC pada hari ke-2 pasien rawat inap. Transfusi
yang dilakukan sudah tepat karena kadar Hb awal pasien yaitu 5,1 gdL menjadi 87,7 gdL. Metilprednisolon dan transfusi PRC yang dberikan sudah tepat, dapat
dilihat dari kadar Hb dan Hct pasien yang menunjukkan peningkatan. Pasien keluar dengan status meninggal yang disebabkan hospital acquired
pneumonia HAP, yaitu infeksi paru-paru yang berkembang selama dirawat di rumah sakit 48 jam atau lebih setelah masuk Tarsia, Alberti, Cosentini, and Blasi,
2005. Pathogen yang paling sering terlibat yaitu Staphyllococcus aureus, pasien mengalami demam semenjak hari ke-6 rawat inap, diduga pasien mengalami
infeksi karena penderita AIHA rentan mengalami infeksi. Pada kasus ini ditemukan DRPs berupa dibutuhkan tambahan obat berupa
antibiotik untuk mengatasi HAP. Terapi yang direkomendasikan untuk pasien PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang rawat inap 5 hari yaitu ceftriaxon dengan dosis 1-2 gramhari atau moxifloxacin 400 mghari. Untuk pasien rawat inap selama 5-9 hari diberikan
vancomycin saja atau dengan tambahan cefepime 2 gram tiap 12 jam Beardsley, Williamson, Johnson, Ohl, Karchmer, and Bowton, 2006.
11. Kasus 11