Kasus 4 Kasus 5 Evaluasi Drug Related Problems DRPs

bakteri yang diberikan dengan dosis 2 gramhari secara IV Yellin, Hassett, Fernandes, Geib, Adeyi, Woods, et al, 2016. Pemeriksaan WBC pasien pada hari pertama rawat nap 141013 menunjukkan peningkatan, hasil pemeriksaan netrofil pasien juga menunjukkan nilai diatas normal, diduga pasien mengalami infeksi bakteri.. Hasil lab pasien menunjukkan adanya perbaikan kondisi pasien setelah diberikan terapi antibiotik sehingga terapi yang diberikan sesuai. Dilakukan transfusi PRC pada hari 1-2 pasien rawat inap. Transfusi yang dilakukan sudah tepat karena kadar Hb awal pasien yaitu 2,4 gdL menjadi 8.3 gdL. Pada kasus ini ditemukan DRPs berupa dibutuhkan tambahan obat asam folat untuk mencegah anemia megaloblastik. Rekomendasi yang diberikan untuk pasien yaitu pemberianasam folat dengan dosis 1 mghari. Monitoring terhadap kadar Hb dan Hct pasien serta efek samping obat-obatan yang digunakan, terkhusus pada penggunaan metilprednisolon jangka panjang dan ceftriaxon yang termasuk dalam golongan obat yang dapat menginduksi terjadinya drug-induced hemolytic anemia Reardon, 2006.

4. Kasus 4

Pasien merupakan seorang perempuan berusia 32 tahun dengan berat badan 57 kg, datang dengan keluhan lemas, pemeriksaan darah pasien menunjukkan kadar Hb 4,2 gdL yang tergolong dalam kategori anemia berat World Health Organization, 2011, ICT 2+, dan DCT 4+. Pasien menjalani rawat inap di rumah sakit selama 7 hari dan keluar dengan status membaik dan Hb 13,3 gdL. Selama rawat inap pasien mendapatkan terapi metilprednisolon secara IV dengan dosis 500 mghari pada hari 2-6 dan transfusi PRC pada hari 1-2. Terapi yang diberikan sudah tepat karena kadar Hb awal pasien yaitu 4,2 gdL menjadi 13,3 gdL. Pada kasus ini ditemukan DRPs berupa dibutuhkan tambahan obat asam folat untuk mencegah anemia megaloblastik. Rekomendasi untuk terapi pasien yaitu diberikan tambahan asam folat dengan dosis 1 mghari. Monitoring terhadap kadar Hb dan Hct pasien serta pemantauan terhadap efek samping metilprednisolon seperti peningkatan kadar gula darah pasien dan risiko osteopirosis yang mungkin terjadi pada penggunaan kortikosteroid jangka panjang.

5. Kasus 5

Pasien merupakan seorang wanita berusia 37 tahun dengan berat badan 35 kg, datang dengan keluhan lemas dan sesak nafas. Pemeriksaan darah pasien menunjukkan kadar Hb 2,3 gdL yang termasuk dalam kategori anemia berat World Health Organization, 2011, ICT 4+, dan DCT 4+. Pasien menjalani rawat inap di rumah sakit selama 21 hari dan keluar dengan status membaik dan Hb 10,1 gdL. Selama rawat inap pasien mendapatkan terapi metilprednisolon, cefotaxim, asam folat, mikofenolat mofetil, dan transfusi WRC. Metilprednisolon diberikan secara IV dengan dosis 500 mghari pada hari 2-9, 250 mghari pada hari 10, dilanjuttkan pemberian secara oral dengan dosis 80-48-0 mghari pada hari 11-13, dan 32-16-0 mghari pada hari 14-20. Cefotaxim diberikan pada hari 6-19 dengan dosis 1 gram8 jam untuk mengatasi infeksi bakteri yang ditunjukkan dengan munculnya demam pada hari ke-6, hasil pemeriksaan laboratorium pasien seperti WBC pasien 25,97µL rujukan: 3,6-11,0 µL, pemeriksaan kultur bakteri pasien menunjukkan adanya infeksi bakteri E.coli yang termasuk dalam golongan bakteri gram negatif. Cefotaxim merupakan antibiotik golongan sefalosporin yang efektif untuk mengatasi infeksi bakteri gram negatif, diberikan dengan dosis 2 gram8 jam secara IV Runyon, 2004. Asam folat diberikan dengan dosis 1,2 mghari selama pasien menjalani rawat inap untuk mencegah terjadinya anemia megaloblastik. Mikofenolat mofetil MMF diberikan selama rawat inap dengan dosis 2x500 mghari. MMF merupakan imunosupresan yang dapat dikombinasikan dengan metilprednisolon, digunakan bagi pasien yang mengaalami kekambuhan selama dilakukan tapering off atau bagi pasien yang tidak memberikan respon positif pada pemberian kortikosteroid tunggal Zanella, 2012. Dosis yang dianjurkan bagi pasien AIHA yaitu 1000 mghari yang diberikan dalam dua kali pemberian Howard, 2001. Transfusi WRC bertujuan untuk mengatasi hemolisis dan memperbaiki penghantaran oksigen ke jaringan, diberikan pada pasien yang mengalami alergi berat, reaksi demam terhadap eritrosit atau pasien yang mengalami defisiensi IgA yang parah dengan antibody PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI anti IgA yang tidak sesuai dengan pendonor Norfolk, 2013. Transfusi WRC dilakukan apabila pasien tidak menunjukkan perbaikan klinis terhadap transfusi PRC, reaksi alergi atau anafilaksis parah terhadap produk transfusi darah. Dilakukan transfusi WRC pada hari 1, 2, 4, 6, dan 9 pasien rawat inap dengan Hb awal pasien 2,3 gdL 10,1 gdL. Terapi yang diberikan sudah sesuai, dapat dilihat dari kadar Hb dan Hct pasien yang menunjukkan peningkatan. Selain terapi untuk AIHA tersebut, pasien mendapat terapi furosemide yang bertujuan untuk mengatasi edema yang disebabkan oleh congestive heart failure, yaitu kondisi dimana darah yang masuk ke jantung tiap menitnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen. Pada kasus ini ditemukan DRPs berupa dosis kurang yang terjadi karena adanya interaksi antara asam folat dengan furosemid yang dapat menurunkan kadar asam folat dengan meningkatkan clearance di ginjal Medscape, 2016. Serta DRPs interaksi dan efek samping obat yang terjadi karena adanya interaksi antara metilprednisolon dan furosemid yang menyebabkan hipokalemia, ditunjukkan pemeriksaan kalium pasien setelah pemberian terapi tersebut menjadi 2,12 mmolL rujukan 3,4-5,4 mmolL. Rekomendari untuk terapi pasien yaitu memberikan jeda antara penggunaan furosemid dengan metilprednisolon dan asam folat. Monitoring yang dilakukan yaitu pemantauan terhadap kadar Hb dan Hct pasien serta pemantauan terhadap efek samping obat-obatan yang digunakan terutapa pada penggunaan metilprednisolon jangka panjang, monitoring kadar kalium pasien sebagai akibat interaksi antara furosemid dengan metilorednisolon, monitoring penggunaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI cefotaxim yang tergolong dalam antibiotik sefalosporin yang diduga dapat menginduksi drug-induced hemolytic anemia.

6. Kasus 6

Dokumen yang terkait

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

2 39 174

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

1 17 174

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN GANGGUAN LAMBUNG DI INSTALASI RAWAT Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Gangguan Lambung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2015.

0 2 12

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RS “Y” Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

4 37 21

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

0 7 13

Evaluasi Drug Related Problems (DRPS) pada pasien Autoimmune Hemolytic anemia (AIHA) dengan komplikasi Systemic Lupus Erythematosus (SLE) di instalasi rawat inap RSUP dr. Sardjito Yogyakarta periode tahun 2009-2014.

1 11 117

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien lansia dengan diagnosis Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2009-2014.

1 17 110

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) anak rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2009-2014.

1 9 161

Evaluasi drug related problems (DRPs) pada pasien anak dengue shock syndrome (DSS) di instalasi rawat inap RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 - USD Repository

1 1 98

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien asma pediatri rawat inap : studi kasus di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013 - USD Repository

0 0 141