Uji Kesesuaian Test Goodnes Of Fit Model dan Uji Hipotesis

Tabel 23. Uji asumsi normalitas model penambahan populasi ternak sapi menggunakan uji kolmogorov- smirnov No. Uraian N Kolmogorov- Smirvov Z Asymp.Sig 2-tailed 1. Unstandardized Residual 71 0,823 0,508 Penambahan Populsi Ternak Sumber data Primer 2013 Tabel 23 menunjukkan bahwa nilai signifikansi kolmogorov smirnov Z adalah 0,823 dan nilai asymp. Sig 2-tailed adalah 0,508. Nilai tersebut diatas lebih tinggi dari nilai probabilitas kesalahan sehingga dapat di simpulkan bahwa model regresi linier penambahan populasi ternak di peternakan Ketapang 1 telah memenuhi asumsi normalitas.

4.12.2. Uji Kesesuaian Test Goodnes Of Fit Model dan Uji Hipotesis

Setelah dilakuan uji asumsi dan tidak terjadi pelanggaran dalam asumsi selanjutnya di lakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya penambahan populasi ternak di peternakan Ketapang I dengan delapan variabel, Pakan X1, air, X2, Selang beranak X3 Rasio jantan dengan betina X4 Mortalitas bibit X5, Mortalitas anak X6, Tenaga kerja X7 dan Manajemen X8 Hasil analisis regresi dengan SPSS V16, hasil data dan interprestasi data maka di gunakan bentuk persamaan yang berisi kostanta dan koefisien- koefesien regresi yang di dapat dari hasil pengolahan data sebelumnya persamaan regresi Universita Sumatera Utara faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya penambahan populasi ternak di ketapang I adalah sebagai berikut: Y1 = 31,129 + 1.071 X1 + 0,846 X2 + 0,327 X3 + 0,987 X4 + -0,083 X5 + 0,064 X6 + 0,824 X7 + 5,447 X8. Pada model regresi diatas nilai konstanta adalah sebesar 31,129 Hal ini menunjukan bahwa besarnya efek rata-rata dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat Penambahan populasi ternak di peternakan Ketapang I adalah sebesar 31,129 namun karena variabel bebas pakan, air, selang beranak, rasio jantan dengan betina, mortalitas bibit, mortalitas anak tenaga kerja dan manajemen tidak mungkin bernilai nol atau tidak ada sama sekali maka nilainya di abaikan dalam model regresi ini dapat dilihat pada tabel 24. Tabel 24. Hasil analisis faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya penambahan populasi ternak di Ketapang I No. Variabel Bebas Koefisien T hitung Regresi Sig Kostanta 31,129 3,409 0,001 1. Pakan 1,071 3,320 0,002 2. Air 0,846 3,320 0,002 3. Calving Interval 0,327 -1,015 0,314 4. Rasio Jantan dgn Betina 0,985 - 1,668 0,100 5. Mortalitas Bibit -0,083 - 4,980 0,000 6. Mortalitas Anak 0,064 0,639 0,525 7. Tenaga kerja 0,824 0,140 0,889

8. Manajemen

5,447 2,500 0,015 R 2 F 0,796 hitung Signifikansi 0,000 30,199 Sumber: Analisis data Primer 2013. Universita Sumatera Utara Tabel 24 memunjukkan bahwa nilai R 2 Variabel lain yang tidak masuk ke dalam model ini cukup tinggi hal ini karna penambahan populasi ternak yang di hasilkan oleh peternak pada lokasi peternakan tersebut juga di pengaruhi oleh lokasi peternakan yang kekurangan air dan lahan menjadi gersang sehingga menjadi keterbatasan pakan baik yang di tanami oleh peternak maupun yang ada di lapangan. Sehingga walaupun sarana dan prasarana yang optimal penambahan populasi ternak akan terkendala, di samping faktor lokasi juga dari faktor peternak yang belum menguasai cara beternak yang baik. koefisien determinasi yang di peroleh adalah sebesar 0,796 hal ini menunjukan bahwa sebesar 79,60 variasi penambahan populasi ternak di peternakan ketapang I Y1 telah dapat di jelaskan oleh variabel Pakan X1, air, X2, Calving Interval X3 Rasio jantan dengan betina X4 Mortalitas bibit X5, Mortalitas anak X6, tenaga kerja X7 dan manajemen X8. Sedangkan sisanya sebesar 20,40 dipengaruhi oleh variabel yang belum di masukkan ke dalam model ini. Untuk mengetahui hipotesis pengujian secara serempak, dilakukan dengan uji F sedangkan uji secara farsial di lakukan dengan uji t, tingkat signifikansi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan α 0,5 atau 0,05 untuk lebih jelas hasil pengujian hipotesis dapat di lihat pada pembahasan berikut. Universita Sumatera Utara

1. Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak

Hasil pengujian variabel secara serempak dengan menggunakan uji F yang dihasilkan dari pengolahan data menunjukan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000. Nilai yang di peroleh lebih kecil dari nilai tingkat kesalahan yang di tolerir α 0,5 atau 0,05 hal ini menunjukan bahwa Ho di tolak dan Ha di terima dengan demikian variabel pakan X1, air, X2, calving interval X3 rasio jantan dengan betina X4 mortalitas bibit X5, mortalitas anak X6, tenaga kerja X7 dan manajemen X8 secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu penambahan populasi ternak Y1.

2. Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial 1. Pakan

Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa pakan memiliki nilai 0,002, nilai yang di peroleh di atas lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang di tolerir yaitu α 0,5 atau 0,05 hal ini menunjukan bahwa H 1 diterima dan H ditolak yaitu variabel X1 pakan secara parsial berpengaruh terhadap variabel penambahan populasi ternak Y1. Nilai koefisien regresi sebesar 0,668 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan pakan sebesar 1 kghariekor maka akan terjadi penambahan populasi ternak sebesar 0,668 ekortahun. Sebaliknya jika terjadi penurunan jumlah pakan maka akan menyebabkan turunya penambahan populasi ternak. Jumlah pakan yang di berikan ke ternak sangat terbatas, masih jauh hari harapan kebutuhan ternak pakan yang di berikan per hari 5,70 kg hariekor sementara kebutuhan yang harus tersedia sebanyak 10 dari Universita Sumatera Utara bedan. Berat badan sapi berkisar antara 200-250 Kg ekor sehingga kebutuhan pakan yang harus ada perhari adalah 20-25 Kg. Pakan yang ada di lokasi peternakan baik HMT yang di tanami oleh peternak dan yang ada di pekarangan belum mampu memenuhi kebutuhan ternak, kondisi lahan HMT sudah rusak sehingga ternak harus mencari tambahan lagi.

2. Pemberian Air

Hasil analisis dari pengolahan data nilai signifikansi t yang di peroleh yaitu 0,002. Nilai yang di peroleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang di tolerir yaitu α 0,5 atau 0,05 hal ini menunjukan bahwa H 1 diterma dan H Air yang di berikan ke ternak ekor liter hari rata-rata berjumlah 5,62. Sementara kebutuhan air seharusnya tersedia secara terus menerus. Hal ini sudah membuat keresahan bagi peternak karna kekurangan air tersebut lebih banyak dari ditolak, yaitu variabel air X2 secara varsial, berpengaruh nyata terhadap variabel penambahan populasi ternak Y1. Nilai koefisien regresi sebesar 0,846 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan air sebesar 1 literekorhari maka akan terjadi penambahan populasi ternak sebesar 0,846 ekor tahun sebaliknya, jika terjadi penurunan jumlah air maka akan menyebabkan turunya penambahan populasi ternak. Hasil penelitian menunjukan bahwa peternak merasakan keterbatasan air. Walaupun prasarana air yang di buat oleh pemerintah baik secara intalasi dan embung pada umumnya tidak berfungsi hanya saat tertentu dapat di gunakan. Air yang tersedia tidak hanya terbatas untuk ternak melainkan juga untuk peternak, rumput dan sanitasi ternak. Universita Sumatera Utara pada air yang tersedia. Sementara penentuan lokasi peternakan seharusnya air tersedia 70 sehingga untuk pembuatan lokasi peternakan yang lebih lanjut perlu memperhatikan sumber air dan kontinyuitasnya sehingga semua yang terkendala akibat air dapat terpenuhi sehingga kesehatan ternak, air minum dan air untuk menyiram hijauan pakan ternak dapat di penuhi. Peternak supaya dapat bekerja sama dan berpartisipasi dengan pemerintah sehingga masalah air yang menjadi kendala utama dapat di atasi bersama.

3. Selang Beranak Calving Interval.

Hasil analisis variabel calving interval memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,314 nilai yang di peroleh lebih besar dari nilai probabilitas kesalahan yang di tolerir yaitu α 0,5 atau 0,05 hal ini menunjukan bahwa H diterima dan H 1 Calving interval merupakan selang beranak dari beranak pertama ke beranak selanjutnya. Calving interval di daerah penelitian sangat panjang yaitu 15,60. Biasanya calving interval yang ideal untuk sapi bali adalah 12 bulan per tahun. Kesiapan induk untuk birahi di pengaruhi oleh pakan air minum dan baiknya manajemen pemeliharaan ternak sehingga calving interval dapat di di tolak yaitu variabel calving interval X3 secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel penambahan populasi ternak Y1. Nilai koefisien regresi sebesar -0,337 menunjukkan bahwa setiap adanya pengurangan calving interval 0,337 per bulan akan terjadi penambahan populasi ternak 1 ekor tahun sebaliknya juka terjadi penambahan calving interval per bulan maka akan meyebabkan penurunan populasi ternak per tahunnya. Universita Sumatera Utara perpendek, kemudian mempercepat penyapihan anak sehingga birahi lanjutan dapat di perpendek.

4. Rasio Jantan dan Betina

Hasil analisis data yang menunjukkan bahwa analisis secara parsial dengan uji t nilai yang di peroleh yaitu 0, 100, nilai tersebut di atas nilai batas yang di tolerir yaitu α 5 atau 0,05 hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima H dan tolak H 1 Solusi yang di lakukan peternak adalah dengan melepaskan induk betina dan dibiarkan kawin secara alami sehingga tidak ada pengontrolan dalam perkawinan ternak. Kondisi ternak yang saling berjauhan menyebabkan sering terjadi terlewatkanya masa birahi yang telah datang. Akhirnya menunggu ke birahi selanjutnya yaitu 21-24 hari kedepan. Masa kawin yang panjang ini menyebabkan panjangnya masa beranak. Kemudian di saat birahi datang sering terjadi in breeding atau kawin sedarah. Hal ini akan menyebabkan penurunan terhadap kualitas anak yang di lahirkan. Untuk menyikapi masalah ini para petugas dan pemerintah setempat diharapkan dapat memberikan pengarahan ke peternak dengan sistem pejantan milik pemerintah kemudian di pinjamkan pe peternak yang memerlukan pejantan. Disamping itu pemerintah sudah memakai yaitu variabel rasio jantan dengan betina X4 tidak berpengaruh terhadap penambahan populasi ternak Y1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di peternakan ketapang saat ini kekurangan pejantan. Pejantan yang di bagikan ke peternak sudah banyak di jual. Sehingga perbandingan jantan dan betina tidak lagi ideal. Universita Sumatera Utara teknologi inseminasi buatan IB sehingga kekurangan pejantan dan masalahnya dapat di atasi dan kualitas anak dapat distandarisasikan.

5. Tingkat Mortalitas Bibit

Hasil analisis yang menggukan uji t menunjukkan bahwa variabel mortalitas bibit X5 memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang di peroleh lebih kecil dari nilai probabilitas kesalahan yang di tolerir, yaitu α 0,5 atau 0,05. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis diterima H 1 dan tolak H Tingginya tingkat mortalitas bibit yang di bagikan ke petani banyak faktor yang menyebabkan terlalu mudanya bibit yang di bagikan sehingga baru sampai ke peternak bibit tersebut sudah dalam keadaan yang kurang sehat. Umur bibit yang terlalu muda sehingga rendahnya daya adaptasi lingkungan dan stres dalam pengangkutan sehingga banyak ternak yang tidak mampu bertahan hidup dan mati. Pada saat pembagian belum siapnya pakan dan air sehingga kondisinya terbatas sehingga kebutuhan pakan dan air minum menjadi kurang. Para peternak yang merupakan bukan latar belakang peternak dan rendahnya pengalaman beternak yang akhirnya kurang mampu dalam penanganan bibit ternak sehingga ternak banyak mendapat perawatan khusus pada awal pemeliharaan. Kedepan perlu pertimbangan dalam memberikan bibit ke peternak dari segi umur sehingga yaitu mortalitas bibit X5 berpengaruh terhadap penambahan populasi ternak Y1. Nilai koefisien regresi sebesar -0,139 menunjukkan bahwa bila terjadi penambahan populasi ternak ekor per tahun maka tingkat mortalitas harus dikurangi sebesar -0,139. Universita Sumatera Utara walaupun jumlahnya sedikit tapi ada kemampuan ternak untuk berproduksi optimal dari pada banyak tapi umur pemeliharaan relatip panjang sehingga banyak memerlukan tenaga kerja dan biaya produksi dalam pemeliharaan.

6. Tingkat Mortalitas Anak

Hasil analisis yang menggukan uji t menunjukkan bahwa variabel mortalitas anak X6 memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,525. Nilai yang di peroleh lebih besar dari nilai probabilitas kesalahan yang di tolerir, yaitu α 0,5 atau 0,05. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis diterima H dan tolak H 1 Mortalitas anak sapi bali yang lahir cukup tinggi yaitu mencapai 32,77 . Tingkat kematian ini di pengaruhi dari manajemen pemeliharaan ternak. Anak sapi merupakan produksi akhir yang di harapkan oleh peternak sehingga memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang intensif sehingga tingkat kematian dapat di perkecil. Disamping itu pemeliharaan induk yang baik akan mempengaruhi anak sapi. Ketersediaan pakan, air minum sangat mempengaruhi jumlah kualitas dan kuantitas air susu yang akan di gunakan untuk anak sapi. yaitu mortalitas anak X6 tidak berpengaruh terhadap penambahan populasi ternak Y1. Nilai koefisien regresi sebesar 0,016 menunjukkan bahwa setiap penambahan populasi ternak ekor per tahun maka tingkat mortalitas anak akan mengurang penambahan populasi ternak sebesar 0,016 ekor tahun.

7. Tenaga Kerja

Universita Sumatera Utara Tenaga kerja merupakan faktor utama penggerak dalam pemeliharaan ternak. Hasil analisis yang menggukan uji t menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja X7 memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,889. Nilai yang di peroleh lebih kecil dari nilai probabilitas kesalahan yang di tolerir, yaitu α 0,5 atau 0,05. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis diterima H dan tolak H 1 Tenaga kerja merupakan faktor utama yang harus mampu dalam mengelola pemeliharaan ternak. Hasil penelitian menyatakan bahwa tenaga kerja yang ada di lapangan belum optimal di gunakan dalam pemeilharaan ternak yang mana banyak peternak yang meninggalkan ternaknya tanpa ada perawatan sampai beberapa hari di lokasi peternakan dan ternak ini mencari makanan dan air sendiri dilepaskan secara bebas. Disamping kemampuan peternak yang rendah juga pencurahan tenaga kerja yang di curahkan untuk ternaknya belum optimal. Lahan yang tersedia untuk ternak dan prasarana lain tidak di manfaatkan peternak untuk memenuhi kebutuhan hidup ternak dan peternak. yaitu tenaga kerja X7 tidak berpengaruh terhadap penambahan populasi ternak Y1. Nilai koefisien regresi sebesar 0,824 menunjukkan bahwa setiap penambahan populasi ternak10 ekor per tahun maka akan terjadi peningkatan tenaga kerja sebesar 0,824 tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada merupakan peternak sendiri tanpa ada menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Banyak potensi yang bisa di gali tapi masih rendah kesadaran peternak dan rendahnya rasa kepemilikan dan jiwa peternak sehingga peternak banyak mengabaikan proses budidaya yang seharusnya sehingga dampaknya terhadap penambahan populasi ternak. Disisi lain Universita Sumatera Utara partisipasi para peternak juga rendah untuk kemajuan bersama, sehingga dalam hal penyuluhan dan para petugas yang ada di ketapang untuk lebih intensif memberikan penyuluhan- penyuluhan ke peternak sehingga adanya perubahan perilaku, sikap dan keteramapilan peternak. Disamping itu pemerintah juga harus membuat akad kerja sama Memorandum Of Understanding MoU yang jelas antara pemerintah dengan peternak. Kesepakan ini mengarah untuk menguntungkan kedua belah pihak, sehingga adanya keseriusan peternak dalam memelihara ternaknya. Serta keseriusan pemerintah dalam membina peternak dan pemenuhan sarana dan prasarana. Sehingga pembuatan kawasan peternakan ini tidak menjadi suatu proyek yang merugikan baik dari segi pemerintah dan masyarakat, serta mencari solusi- solusi untuk kemajuan peternakan di peternakan ketapang tersebut.

8. Manajemen

Hasil analisis yang menggunakan uji t menunjukkan bahwa variabel manajemen X8 memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,015. Nilai yang di peroleh lebih kecil dari nilai probabilitas kesalahan yang d i tolerir, yaitu α 0,5 atau 0,05. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis diterima Ha dan tolak Ho yaitu manajemen X8 berpengaruh terhadap penambahan populasi ternak Y1. Nilai koefisien regresi sebesar 5,447 menunjukkan bahwa untuk menghasilkan penambahan populasi ternak 1 ekor per tahun maka harus menaikkan manajemen sebesar 5,447. Universita Sumatera Utara Manajemen merupakan kemampuan peternak untuk mengkoordinasikan faktor- faktor produksi dalam pemeliharaan sehingga kombinasi ini akan menghasilkan penambahan populasi yang optimal. Manajemen yang baik merupakan penilaian tentang baik buruknya pemeliharaan ternak. Universita Sumatera Utara V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Kecenderungan peternak yang berhasil adalah peternak yang memliki umur lebih muda 30-35 tahun , pendidikan tinggi SMA, jumlah tanggungan 3-4 Jiwa pengelaman dan pekerjaan sebelumnya adalah peternak. 2. Pakan, air, tenaga kerja dan manajemen berpengaruh positif dan nyata terhadap penambahan populasi ternak, sedangkan mortalitas bibit berpengaruh negatif dan nyata terhadap penambahan populasi ternak. Calving interval perbandingan rasio jantan dengan betina dan mortalitas anak tidak berpengaruh nyata terhadap penambahan populasi ternak Di Peternakan I Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah 5.2. Saran 5.2.1 Kepada Pemerintah

1. Kepada Pemerintah Daerah sebelum memasukkan ternak ke lokasi

peternakan, bibit ternak merupakan calon induk yang sudah dara, air, hijauan pakan ternak terlebih dahulu dipersiapkan dan peternak sudah diberi pelatihan manajemen pemeliharaan ternak. 2. Dalam perekrutan calon peternak supaya mempertimbangkan karakteristik Peternak umur, pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman peternak karna sangat berhubungan terhadap keberhasilan peternak. Universita Sumatera Utara

5.2.1. Kepada Peternak 1.