di berikan 1 saja. Sapi potong memerlukan hijauan hijauan hampir 80 dari seluruh makanan yang di perlukan AKK, 1983. Menurut Anonim, 2008 bahan
dibagi menjadi dua bagian yaitu bahan pakan konvensional dan bahan pakan subtitusi, yaitu:
1. Bahan pakan konvensional adalah bahan baku yang sering digunakan dalam
pakan yang biasanya mempunyai kandungan nutrisi yang cukup misalnya Protein dan disukai ternak.
2. Bahan pakan konvensional merupakan bahan makro seperti jagung, bungkil
kedelai, gandum, tepung ikan dan bahan lainnya. Ternak ruminansia membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya
agar proses pencernaanya berlansung secara optimal. Sumber utama serat kasar adalah hijauan. Oleh karena itu, ada batasan minimal pemberian hijauan dalam
komponen ternak ruminansia. Untuk penggemukan ternak ruminansia misalnya, kebutuhan minimal hijauan berkisar antara 0,5-0,8 bahan kering dari bobot
badan ternak yang di gemukkan. Apabila usaha penggemukan ternak ruminansia dilakukan dalam waktu relatif singkat maka di perlukan konsentrat yang banyak
dalam komponen ransumnya. Namun perlu diketahui bahwa pemberian konsentrat yang lebih dari 60 dalam komponen ransumnya tidak akan ekonomis lagi
walaupun harganya murah. Kenneth dkk, 1960 dalam Sori Basya Siregar, 1996.
2.2.4.2. Manfaat Air dalam Usaha Ternak
Menurut Abidin, Zaenal 2002, air juga berfungsi untuk memandikan sapi, karena tubuh sapi mudah sekali kotor akibat terkena tanah berair becek dan
Universita Sumatera Utara
daki dari keringatnya sendiri atau dari kotoran sapi sendiri, agar selalu bersih, sebaiknya sapi di mandikan sekali sehari, caranya kulit sapi di gosok- gosok
dengan sikat, spon, atau bahan lain sehingga bersih. Air minum yang di berikan pada sapi sebaiknya harus bersih dan tersedia
setiap saat, tempat air minum di buat permanen berupa bak semen dan letaknya lebih tinggi dari pada permukaan lantai untuk mempermudah sapi minum,
kebutuhan air minum pada sapi mencapai 70 liter ekor hari Sasroamidjojo 1975.
Ketersediaan air minum perlu di perhitungkan terlebih dahulu sebelum suatu usaha pemeliharaan sapi di mulai karena air mutlak dibutuhkan.
Ketersediaan air di perlukan untuk mencukupi kebutuhan air minum, pembersihan kandang atau halaman. Distribusi air kesetiap lapang ternak atau halaman
pengelolaan harus terjamin, banyaknya air yang tersedia sangat penting sekali terutama pada ladang ternak ranch. Ladang ternak yang menampung 180 ekor
sapi dan ternak minum 2 kali sehari akan memerlukan bak air minum dengan volume tidak kurang dari 4.500 liter Parhan A.P 1969.
2.2.4.3. Selang Beranak Calving Interval
Lama kebuntingan adalah priode dari mulai terjadinya fertilasi sampai terjadinya kelahiran normal Jainudeen dan Hafez, 2000. Lama kebuntingan ini
berbeda dari satu bangsa ternak ke bangsa ternak lainnya. Lama kebuntingan sapi pada penelitian ini adalah 284,4 + 5, 7 hari dengan kisaran 278,8 sampai 290,1
hari. Lama kebuntingan untuk sapi bali telah banyak dilaporkan Davendra et.al
Universita Sumatera Utara
1973 melaporkan lama kebuntingan sapi bali adalah 287 + 0,7 hari ; dengan kisaran 276 -295 hari Lubis dan Sitepu, 1998.lamanya kebuntingan di pengaruhi
oleh jenis sapi, jenis kelamin dan jumlah anak yang dikandung dan faktor lain seperti umur induk, musim, sifat genetik dan letak giografis
Lama kebuntingan pada sapi bali sekitar 280-294 hari Davendra et al,1973, lama kebuntingan tersebut di pengaruhi oleh jenis kelamin, iklim,
kondisi makanan dan umur induk Diagra et al 1979 , selanjutnya di tambahkan oleh Jainudeen dan Hafez 2000 bahwa pertumbuhan dan perkembangan fetus
juga di pengaruhi oleh faktor genetik spesies, bangsa ukuran tubuh dan genotip, faktor lingkungan industri dan plasenta serta faktor hormonal, sementara Fane
1990 menyatakan bahwa kisaran bobot lahir sapi bali adalah 13-18 kg atau 9-20 kg Anonimus ,1979. Bobot lahir anak ditemukan oleh bangsa industri, umur atau
aripitas induk dan makanan induk sewaktu mengandung Sutan,1988. Jarak beranak kerbau rata- rata 2-3 Tahun Guntoro et al ,2001, di
bandingkan dengan sapi bali yang selang beratnya berkisar 350-589 hari Darmadja,1981.dalam Suprio Guntoro dan M. Rai Yasa 2002
Tanari 2011 menyebutkan bahwa perkembangan sapi bali sangat cepat di banding lainya karena tingkat kesuburanya yang tinggi, persentase beranak dapat
mencapai 80 dengan bobot lahir berkisar antara 9-20 kg Anomimus ,1979, Jainudeen dan Hafez, 2000. Pada penelitian ini, dari sejumlah 799
Kelahiran ternyata lama kebuntingan pada sapi bali antara anak jantan dan anak betina tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Lama kebuntingan pada induk
yang mengandung anak jantan adalah 284 lama kebuntingan pada induk yang
Universita Sumatera Utara
mengandung anak jantan adalah 284,9 ± 5,7 hari, dan induk yang mengandung anak betina hampir sama yaitu 283,9 ± 5,6 hari.
Performans reproduktivitas yang tinggi pada sapi bali ditandai dengan aktivitas ovarium dan perkawinan kembali kurang dari 2 bulan sesudah
melahirkan Talib et al., 2001, sehingga memberikan tingkat efisiensi reproduksi yang lebih baik dibading dengan sapi PO Putu et al.,1998. Aktivitas ovarium
pada sapi betina biasanya muncul beberapa minggu setelah melahirkan, tergantung oleh kondisi tubuh induk selama menyusui laktasi. Talib et al. 1998
menyatakan bahwa sapi bali rela mengorbankan anaknya dengan cara meminimkan produksi susunya agar aktivitas reproduksinya siklus birahi segera
aktif kembali setelah melahirkan, sedangkan sapi potong lainnya kebalikannnya yaitu menghentikan aktivitas reproduksinya dan terfokus pada pembesaran
anaknya. dalam Endang Ramjali dan Ainur Rasyid 2007. Ball dan Peters 2004 menyatakan dalam produksi sapi potong,
reproduksi yang baik sangat penting untuk efisiensi manajemen dan keseluruhan produksi. Reproduksi terbaik adalah seekor induk menghasilkan satu anak setiap
tahun.
2.2.4.4. Rasio Pejantan dan Betina