Definisi dan Batasan Operasional Populasi Ternak

X5 = Tingkat mortalitas bibit X6 = Tingkat mortalitas Anak X7= Pencurahan tenaga kerja HOK D8= Manajemen variabel dummy 1 =baik dan 0 = buruk α = KonstantaIntercept β = Koefisien regresi ε = Error galat Pengujian hipotesis dengan cara : 1. Uji kesesuaian test of goodnees of fit a. Koefesien determinasi R2 b. Uji tingkat penting test of significant c. Uji persial uji statistik d. Uji serempak uji statistik 2. Uji asumsi klasik pada regredresi linier berganda a. Uji normalitas b. Uji multikolinieritas c. Uji heteroskedastisitas Untuk membantu pengolahan data faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ternak sapi potong, digunakan bantuan program SPSS 16 for window. Agar variabel yang diduga berpengaruh tersebut dapat dianalisis dengan baik, maka perlu mendefinisikan masing-masing peubah dan pengukurannya.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

1. Kawasan peternakan adalah komplek peternakan yang di buat oleh pemerintah yang di lengkapi fasilitas- fasilitas pendukung dalam peternakan tersebut. 2. Peternak adalah masyarakat atau penduduk yang tinggal pada kawasan peternakan tersebut. Universita Sumatera Utara 3. Penambahan populasi merupakan penambahan ternak yang dihitung dalam ekor tahun yang di mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2013. 4. Hijauan makanan ternak adalah jumlah hijauan yang diberikan ke ternak yang di hitung dalam Kg hari ekor 5. Air merupakan jumlah yang diberikan ke ternak yang dihitung liter hari ekor. 6. Selang beranak calving interval merupakan selang beranak antara beranak 1 ke beranak selanjutnya yang dihung dalam perbulan. 7. Tingkat mortalitas bibit merupakan persentase tingkat kematian ternak yang di bagikan pemerintah ke peternak di hitung dalam dari tahun 2005-2013 8. Tingktat mortalitas anak merupakan persentase tingkat kematian ternak yang lahir di hitung dalam dari tahun 2005-2013. 9. Pencurahan tenaga kerja merupakan waktu peternak yang digunakan untuk mengurus ternaknya yang di hitung dalam hari kerja pria. 10. Rasio jantan dan betina merupakan perbadingan antara betina dengan jantan yang di hitung dalam 11. Manajemen merupakan penilaian cara pemeliharaan ternak sapi bila baik 1 dan buruk 0, dengan melihat indikator; ketersediaan hijauan makanan ternak, ketersediaan air minum, rasio jantan dengan betina, kelahiran anak, dan pencatatan recording. Universita Sumatera Utara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kawasan Peternakan Terpadu Ketapang I 4.1.1. Topografi Peternakan Ketapang I berada di Kampung Owaq Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu kecamatan sebagai kawasan pengembanagan peternakan pola terpadu di Kabupaten Aceh Tengah. Luas lahan + 650 Ha. Tofografi wilayah Kecamatan Linge terletak di antara 100 hingga 2000 m diatas permukaan laut yang terletak pada 04”07”55 LS dan 98”52’5”BT dengan ibukota kecamatan terletak di Isaq. Potensi Kecamatan Linge sebagaian besar merupakan hutan blantara, hutan pinus dan tanah tandus, semak belukar peruweren ladang pengembalaan ternak yang membujur dari barat ke timur dengan wilayah keseluruhan 2.262,85 KM 2 Kawasan Ketapang I terletak di ketinggian antara 500-700 meter di atas permukaan laut, tergolong wilayah beriklim sedang dengan curah hujan berkisar antara 1500-2000 mm . 3 Topografi lahan di Ketapang I yang berada di Kampung Owaq bergelombang dan berbukit –bukit landai sama dengan wilayah sekitarnya yaitu Kampung Lumut, Owaq, Lane, Penarun, Jamat dan Serule. Vegetasi wilayah ini rumput jenis paspalum, rumput pahit dan rumput rusa serta sedikit alang-alang. Menurut Sudarmono AS. dan Bambang S ketinggian yang ideal untuk pertahun serta memiliki musim basah 8-9 bulan dan musim kering 3-4 bulan dalam setahunya. Universita Sumatera Utara perkembanagan sapi berkisar 300-1600 meter diatas permukaan laut. Curah hujan dengan rata-rata 1800 mmtahun. Bila dilihat dari keadaan Ketapang dan teori tersebut keadaan Ketapang I sangat ideal untuk perkembangan sapi bali sehingga dari keadaan topografi tidak menjadi hambatan dalam penambahan populasi ternak sapi bali di peternakan Ketapang I

4.1.2. Penduduk

Mengacu pada data Aceh Tengah dalam angka, jumlah penduduk Kecamatan Linge sampai tahun 2011 tercatat sebanyak 8.958 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 5 Jiwa Km 2 Kegiatan ekonomi masyarakat Kecamatan Linge pada umumnya berbasis pada sumberdaya alam, dapat di katakan demikian karna unsur pokok dalam kegiatan ekonomi tergantung pada lingkungan, baik usahatani ladang sawah maupun usaha peternakan yang hanya mengandalkan peruweren. . Jumlah tersebut terdiri dari 4401 jiwa laki- laki dan 4557 jiwa perempuan dengan berbandingan sex ratio 104 basis ekonomi masyarakat di Kecamatan Linge adalah sektor pertanian dalam arti luas, dimana mata pencaharian penduduk pada umumnya bekerja sebagai petani ladang sawah dan sebagai peternak. Dari sebanyak 2.160 KK jumlah rumah tangga di Kecamatan Linge tercatat jumlah rumah tangga yang berusaha di sektor pertanian dalam arti luas mencapai 94,07 atau sebanyak 2.032 KK.

4.1.3 Infrastruktur Sarana dan Prasarana

Jalan yang menghubungkan kampung-kampung ke pusat utama yaitu jalan Takengon-Gayo Lues. Kondisi jalan tersebut sampai pada saat ini dalam Universita Sumatera Utara perbaikan sementara jalan-jalan menuju kampung-kampung yang ada di Kecamatan Linge masih banyak yang kondisinya sangat buruk dan sulit di lalui. Infrastrukur seperti sekolah, puskesmas dan pelayanan lainya masih tergolong rendah di bandingkan dengan daerah lain. kawasan terpadu mandiri KTM Ketapang I masih memerlukan perhatian dan kebijakan yang serius sehingga target pemerintah bahwa daerah tersebut akan menjadi lumbung daging sapi akan tercapai. Sarana dan prasana di KTM Ketapang I berdasarkan perencanaan awal yaitu secara keseluruhan sudah mencapai 99 . disamping fasilitas yang di berikan per masing- masing KK juga ada fasilitas lain yang sipatnya untuk milik umum, peternak sudah menempati masing- masing 2 Ha lahan dimana peruntuhanya adalah 1 Ha untuk pengembangan HMT hijauan makanan ternak 0,5 Ha untuk kandang dan pengembalaan ternak dan 0,5 Ha untuk pertanian lainya. Jenis sarana dan kondisi saat ini dapat di lihat pada Tabel 4. Universita Sumatera Utara Tabel 4. Sarana dan prasarana KTM Ketapang I Linge Kabupaten Aceh Tengah dari Tahun 2005-2013. No. Perencanaan Realisasi Kondisi Saat Ini Ket 7. Rumah Sehat Sederhana 2005 Kurang Baik 8. Lahan 2 Ha 2005 Kurang Baik 9. Pagar 2005 Kurang Baik 10. Jalan Produksi dan Jembatan 2005 Kurang Baik 11. Kandang 2005 Kurang Baik 12. Prasarana Air 2005 Kurang Baik 13. HMT 2006 Kurang Baik 14. Kantor UPTD 2007 Baik Tidak ada Air 15. Puskeswan 2007 Baik Tidak ada Air 16. Rumah Petugas Teknis 2007 Baik Tidak ada Air 17. Embung 2009 Kurang baik Sumber: Data Primer diolah, 2013. Fasilitas yang ada di peternakan Ketapang I banyak yang sudah mulai rusak seperti jalan produksi dan jembatan yang sudah rusak dan tidak bisa di lalui seperti pada ruas 5 jembatan penghubung antar ruas yang sudah ambruk dan tidak bisa di lewati. Prasarana lain baik milik peternak seperti kandang, tempat HMT rumah peternak dan prasarana umum seperti prasarana pengairan, embung, yang kurang terawat dan kurangnya respon dan kesadaran peternak untuk memperbaiki kerusakan tersebut. 4.2. Karakteristik Peternak 4.2.1. Umur Peternak Umur peternak yang bervariasi dan jauh berbeda walaupun peternak sudah melalui tahapan seleksi. Perbedaan umur dan berdasarkan tingkat keberhasilan peternak di peternakan Ketapang I dapat di lihat pada Tabel 5. Universita Sumatera Utara Tabel 5. Umur peternak pada berbagai tingkat keberhasilan peternak di peternakan Ketapang I Aceh Tengah Tahun 2005 sd 2013. No. Tingkat Jumlah Umur Jumlah Keberhasilan 30-35 Thn 36-40 Thn 41-45 Thn 46 Thn Peternak 1. Sangat Rendah 41,7 16,7 25,0 16,7 12 16,90 2. Rendah 20,0 32,0 44,0 4,0 22 30,99 3. Tinggi 31,8 36,4 31,8 0 25 35,21 4. Sangat Tinggi 41,7 33,3 25,0 0 12 16,90 Jumlah 22 22 24 3 71 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2013. Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat kecenderungan peternak dengan keberhasilan sangat tinggi adalah umur yang lebih muda, katagori umur lebih muda 30-35 tahun dengan persentase 41,7 . Sedangkan untuk umur 36-40 tahun dengan persentase 33,3 dan umur 41-45 tahun dengan persentase 25 . Hasil penelitan tersebut sesuai dengan teori Syafrudin 2003, yang menyatakan bahwa makin muda umur petani, cenderung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam mengelola usahataninya, sehingga mampu bekerja lebih kuat dari petani yang umurnya tua.

4.2.2. Pendidikan Peternak

Pendidikan peternak seharusnya seragam karna calon peternak merupakan di seleksi. Setelah di lakukan penelitian pendidikan peternak sangat rendah hampir dapat di rata ratakan merupakan tamatan sekolah dasar SD. Pendidikan peternak di peternakan Ketapang I Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah dapat dilihat pada Tabel 6. Universita Sumatera Utara Tabel 6. Pendidikan peternak pada berbagai tingkat keberhasilan peternak di peternakan Ketapang I Aceh Tengah Tahun 2005 sd 2013. No. Tingkat Pendidikan Jumlah Keberhasilan SD SMP SMA Peternak 1. Sangat Rendah 91,7 8,3 0 12 16,90 2. Rendah 64,0 36,0 0 22 30,99 3. Tinggi 50,0 27,3 22,7 25 35,21 4. Sangat Tinggi 8,3 25,0 66,7 12 16,90 Jumlah 39 19 13 71 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2013. Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat kecenderungan peternak dengan tingkat keberhasilan sangat tinggi adalah peternak yang berpendidikan SMA, dengan persentase 66,7. Kemudian 25,0 berpendidikan SMP dan 8,3 berpendidikan SD. Menurut mardikanto 1990 dalam Sri Damihartini menyatakan bahwa pendidikan petani umumnya mempengaruhi cara dan pola pikir petani dalam mengelola usahatani. Pendidikan yang relatif tinggi menyebabkan petani lebih dinamis.

4.2.3. Jumlah Tanggungan Peternak

Jumlah tanggungan peternak sangat berperan dalam kegiatan pemeliharaan ternak, bila tanggungan ini bisa membantu pekerjaan peternak maka akan sangat membantu, tetapi jumlah pemenuhan kebutuhan keluarga juga akan semakin lebih tinggi. Besar kecilnya jumlah tanggungan pemerintah memberikan jumlah yang sama terhadap biaya hidup perbulan untuk peternak sehingga peternak harus Universita Sumatera Utara mencari usaha sampingan yang lain untuk memenuhi kebeutuhan keluarga peternak tersebut. Junlah tanggungan peternak dapat di lihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah tanggungan peternak pada berbagai tingkat keberhasilan peternak di peternakan Ketapang I Aceh Tengah Tahun 2005 sd 2013 No. Tingkat Jumlah Tanggungan Jumlah Keberhasilan 1-2 Jiwa 3-4 Jiwa 5-6 Jiwa Peternak 1. Sangat Rendah 66,7 33,3 0 12 16,90 2. Rendah 36,0 60,0 4,0 22 30,99 3. Tinggi 27,3 68,2 4,5 25 35,21 4. Sangat Tinggi 25,0 75,0 0 12 16,90 Jumlah 26 43 2 71 100 Sumber: Data Primer Tahun 2013. Tabel 7 menunjukkan bahwa kecenderungan peternak dengan tingkat keberhasilan sangat tinggi adalah peternak yang memiliki tanggungan 3-4 jiwa dimana jumlah persentasenya mencapai 75,0 kemudian jumlah tanggungan 1-2 jiwa 25 dan 5-6 jiwa 0 hal ini berseberangan dengan teori Syafrudin 2003 yang menjelaskan bahwa jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu sumberdaya manusia yang dimiliki peternak, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu usaha ternaknya tanggungan keluarga juga bisa menjadi beban keluarga jika tidak aktif bekerja.

4.2.4. Pengalaman Peternak

Pengalaman beternak akan mempengaruhi peternak dalam kemampuan mengelola ternaknya, semakin lama beternak maka peternak akan semakin paham dalam pengaturan, memanajemen usahanya untuk mengarah ke usaha ternak yang Universita Sumatera Utara berhasil. Peternak di ketapang kebanyakan pengalamanya baru di dapat pada saat beternak di peternakan ketapang. Pengalaman peternak di peternakan ketapang dapat di lihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pengalaman peternak pada berbagai tingkat keberhasilan peternak di peternakan Ketapang I Aceh Tengah Tahun 2005 sd 2013. No. Tingkat Pengalaman Beternak Jumlah Keberhasilan 9-10 Tahun 11-12 Tahun 13-14 Tahun Peternak 1. Sangat Rendah 66,7 33,3 0,0 12 16,90 2. Rendah 36,0 60,0 4,0 22 30,99 3. Tinggi 27,3 68,2 4,5 25 35,21 4. Sangat Tinggi 25,0 75,0 0,0 12 16,90 Jumlah 26 43 2 71 100 Sumber: Data Primer Tahun 2013. Tabel 8 menunjukkan bahwa kecenderungan peternak yang berhasil adalah peternak yang berpengalaman lebih lama, dimana bila dilihat dari tingkat keberhasilan sangat tinggi 75 pengalamannya 11-12 tahun yang di peroleh dari sebelum peternak masuk ke ketapang, sedangkan pengalaman 9-10 tahun merupakan selama peternak memelihara ternak di ketapang dan persentasenya hanya 25. Hal ini sesuai dengan pendapat Padmowihardjo 1994: 22, mengemukakan bahwa pengalaman baik yang menyenangkan maupun mengecewakan berpengaruh pada proses belajar seseorang.

4.2.5. Pekerjaan Sebelum Beternak

Pekerjaan sebelum beternak akan sangat mempengaruhi peternak dalam mengelola usaha ternakannya. Pekerjaan yang juga sebagai peternak maka Universita Sumatera Utara pekerjaan tersebut dapat memotivasi peternak untuk pengembangan usaha selanjutnya tapi kalau pekerjaan itu baru di geluti maka akan memerlukan waktu baru pekerjaan tersebut akan dikuasai dan timbul kecintaan terhadap pekerjaan tersebut. Pekerjaan sebelum beternak di peternakan ketapang dapat di lihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pekerjaan sebelum beternak pada berbagai tingkat keberhasilan peternak di peternakan Ketapang I Aceh Tengah Tahun 2005 sd 2013 No. Tingkat Pekerjaan Sebelum Beternak Jumlah Keberhasi Bukan Peternak Peternak Peternak 1. Sangat Rendah 66,7 33,3 12 16,90 2. Rendah 36,0 60,0 22 30,99 3. Tinggi 27,5 68,2 25 35,21 4. Sangat Tinggi 25,0 75,0 12 16,90 Jumlah 43 28 71 100 Sumber: Data Primer Tahun 2013. Tabel 9 menunjukkan bahwa kecenderungan peternak yang berhasil adalah peternak yang pekerjaan sebelumnya adalah peternak. Bila dilihat dari tingkat keberhasilan peternak yang tinggi 75 pekerjaan sebelumnya adalah merupakan peternak dan 25 pekerjaan sebelumnya bukan sebagai peternak.

4.3. Populasi Ternak

Sapi bali merupakan ternak besar yang tergolong sangat cepat beradaptasi dengan lingkungan dan dapat bertahan dalam kondisi yang ekstrim bila di bandingkan dengan jenis sapi yang lain. Sapi bali sudah mulai beranak paling lambat pada umur 2,5 tahun bila dalam kondisi mormal. Induk betina sapi bali Universita Sumatera Utara normal beranak dalam satu tahun sekali bila dalam manajemen pemeliharaanmya baik. Jumlah induk yang di bagikan peternak hampir sama sebanyak 15 ekor kepeternak. Calon induk merupakan anak ternak sapi yang memerlukan waktu pemeliharaan yang lama baru menjadi calon induk karna umur bibit sapi yang masih tergolong anak sapi yang baru siap sapih, sehingga memerlukan perawatan khusus dan panjang baru menjadi calon induk sapi dari tahun 2005- 2013 banyak bibit yang mati dan menurut peternak matinya bibit pada saat pembagian bibit ternak, akibat calon bibit yang relatip kecil hanya beberapa ternak yang mampu bertahan dan menjadi induk pada saat ini. Struktur bibit ternak yang di bagikan ke peternak dapat di lihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata rata jumlah bibit sapi di Ketapang I Kabupaten Aceh dari Tahun 2005 sd 2013 No. Stratum Jumlah induk dibagi induk mati Sisa induk Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan 1. 5-10 Ekor 14,4 0,5 6,1 0,4 6,7 0,1 2. 11-15 Ekor 14,5 0,6 7,1 0,6 6,0 0,0 3. 16-20 Ekor 14,27 0,59 6,82 0,32 5,77 0,27 4. 21 Ekor 14 1 7 1 6 0 Sumber: Data Primer Diolah, 2013 Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah induk yang di bagi ke peternak rata- rata 14 bibit betina dan 1 ekor bibit jantan, sisa induk betina rata- rata 6,11 betina dan rata-rata induk jantan 0,093 ekor. Tingginya tingkat kematian ternak di pengaruhi oleh kualitas bibit ternak yang sangat rendah, baik umur ternak yang sangat muda dan kondisi di lapangan yang tidak siap baik pakan air dan peternak Universita Sumatera Utara sendiri yang tidak mendapat pengarahan mengenai teknik pemeliharaan ternak yang baik. Pemeliharaan ternak dari tahun 2005 sd 2013, sisa induk menghasilkan penambahan populasi ternak, Jumlah induk yang tersisa yaitu dengan jumlah induk berikasar 6,11 induk betina per peternak. Jumlah induk pejantan yang dirata-ratakan 0,093 ekor, hal ini menunjukkan bahwa kurangnya pejantan yang di miliki oleh peternak. Jumlah penambahan populasi dari induk yang tersisa dari tahun 2005- 2013 ternak sapi dapat di lihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rata- rata penambahan populasi ternak di Peternakan Ketapang I Kabupaten Aceh Tengah dari Tahun 2005-2013 No. Stratum Anak lahir Hidup Mati di Jual Bagi Hasil Jumlah ekor ekor ekor ekor ekor 1. 5-10 Ekor 4 2,9 0,75 1 7,8 2. 11-15 Ekor 3,6 3,28 1,08 0,68 13,25 3. 16-20 Ekor 7,95 6, 23 2,50 1,41 18,09 4. 21 Ekor 12,92 7,33 4,16 1,61 26,08 Sumber: Data Primer Diolah, 2013. Tabel 11 menunjukkan bahwa penambahan populasi per katagori pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rata- rata, jumlah populasi ternak terbanyak adalah pada stratum di atas 21 sementara perbedaan jumlah induk hanya kecil, hal ini kembali kepada kemampuan dan pengalaman peternak dalam mengelola usaha ternaknya. Penambahan populasi tersebut masih jauh dari harapan hal ini banyak faktor yang mempengaruhi penambahan populasi ternak seperti pakan, air, bibit dan manajemen pemeliharaan. Pemeliharaan ternak yang di pelihara Universita Sumatera Utara sekarang sudah mengarah ke pemeliharaan ternak secara tradisional yang mana ternak yang dipelihara dilepas.

4.4. Hijauan Makanan Ternak HMT