Perumusan Masalah Tujuan Kegunaan Penelitian

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik peternak sapi potong di peternakan Ketapang I Kabupaten Aceh Tengah saat ini ? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya penambahan populasi ternak sapi potong di peternakan Ketapang I Kabupaten Aceh Tengah?

1.3. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendiskripsikan karakteristik peternak sapi potong di peternakan Ketapang I Kabupaten Aceh Tengah 2. Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya penambahan populasi ternak sapi potong di peternakan Ketapang I Kabupaten Aceh Tengah

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah terutama Dinas Peternakan dalam meningkatan populasi ternak bagi peternakan sapi potong agar dapat meningkatkan kesejahteraan peternak, sekaligus sebagai upaya Universita Sumatera Utara memenuhi produksi daging terutama daging sapi dalam memenuhi konsumsi protein hewani. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi peternak untuk meningkatkan populasi ternak sapi potong di Peternakan Kepatang Kabupaten Aceh Tengah. 3. Sebagai referensi penelitian lebih lanjut bagi pengembangan usaha peternakan sapi potong. Universita Sumatera Utara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Trinil Susilawati dan Lukman Affandy 2004 tentang tantangan dan peluang peningkatan produktivitas sapi potong melalui teknologi reproduksi, maka disimpulkan bila dilakukan industrialisasi sapi potong maka IB merupakan hal yang penting. Untuk mendapatkan keberhasilan yang tinggi dalam pelayanan inseminasi buatan diperlukan pelayanan teknis dan perencanaan yang baik dalam hal ini melibatkan perencanaan dan pembiayaan yang memadai dari pengusaha selain itu perlu di inventarisasi data tentang lamanya birahi pada sapi hasil persilanagan. Penelitian yang di lakukan oleh Fikri Ardhani 2006 tentang prospek dan analisa usaha penggemukan sapi potong di Kalimantan Timur ditinjau dari sosial ekonomi dengan kesimpulan agar usaha ternak sapi potong dapat lebih menguntungkan maka diperlukan sumber daya manusia petani peternak yang senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang manajemen perkembangbiakan, manajemen kesehatan, manajemen pakan, manajemen perkandangan dan manajemen sosial ekonomi. Penelitian yang di lakukan oleh Agustina Abdullah 2012 tentang kinerja penyuluhan dalam meningkatkan adopsi teknologi pakan mendukung pengembangan sapi potong dengan kesimpulan, kinerja penyuluhan pertanian dalam meningkatkan adopsi teknologi pakan adalah rendah pada aspek responsivitas dan responsibilitas, namun sedang pada aspek layanan. Upaya Universita Sumatera Utara peningkatan adopsi teknologi pakan sapi potong diperlukan adanya perbaikan dan penyempurnaan dalam kinerja penyuluhan terutama dalam aspek responsivitas dan responsibilitas penyuluhan dalam melakukan program penyuluhan di peternak. Penelitian yang di lakukan oleh Lukman Affandhy A. dan H.N Krishna 2010 tentang pengaruh perbaikan manajemen pemeliharaan pedet sapi potong terhadap kinerja reproduksi induk pasca beranak studi kasus pada sapi induk PO di usaha peternakan rakyat Kabupaten Pati Jawa Tengah dengan kesimpulan bahwa dengan perlakukan pembatasan menyusui pedet pada induk pasca beranak pada sapi potong yang di sertai suplementasi akan memperpendek onestrus post partus APP days open DO dan jarak beranak dengan tidak berpengaruh negatif terhadap terhadap pertambahan badan harian pedet prasapih. Penelitian yang di lakukan oleh Hamdi Mayulu dkk 2010 tentang kebijakan pengembangan peternakan sapi potong di Indonesia. Dengan kesimpulan isu penting dalam pengembanagan usaha ternak sapi potong adalah penurunan populasi ternak yang terus berlanjut dari tahun ke tahun. Rendahnya produktivitas ternak serta kompleknya masalah dalam sistem usaha ternak sapi potong merupakan tantangan sekaligus peluang dalam pengembangan usaha ternak sumber pedaging tersebut. Solusi yang dijangkau adalah mengintegrasikan usaha sapi potong dengan sumber pakan. Sumber pakan yang belum termanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan yang selama ini belum di gunakan secara optimal. Universita Sumatera Utara Keberhasilan pengembangan usaha ternak sapi potong ditentukan oleh dukungan kebijakan yang strategis yang mencakup tiga dimensi utama agribisnis yaitu kebijakan input, budidaya, serta pemasaran dan perdagangan yang melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat peternak. Dari ketiga dimensi tersebut kebijakan pemasaran perdagangan memegang peranan kunci. Keberhasilan kebijakan pasar output akan berdampak langsung terhadap bagian harga dan pendapatan yang di terima pelaku agribisnis. Kondisi ini akan mendapatkan proses adopsi teknologi, peningkatan produktivitas dan pada akhirnya menjamin keberlanjutan investasi. Penelitian yang di lakukan oleh Endang Romjali dan Ainur Rayid dengan judul keragaan reproduksi sapi bali pada kondisi peternakan rakyat di Kabupaten Tabanan Bali 2007 menyimpulkan keragaan reproduksi sapi bali di Kecamatan Margan dan Panebel Kebupaten Tabanan Provinsi Bali dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pakan dan manajemen. Induk sapi bali yang memiliki rata-rata bobot badan di atas 250 kg memiliki jarak beranak lebih pendek. Jarak beranak pada sapi yang lebih panjang akibat kegagalan dalam perkawinan dapat di perbaiki dengan sistem perkawinan secara alam dengan menggunakan pejantan. Penelitian Peni Wahyu Prihandini, D Pamungkas dan D.B Wijono dengan judul kemampuan mengelola usaha peternakan dalam usaha ternak sapi potong studi kasus di Kelompok Tani Makmur Desa Tempel Lemahbang Kecamatan Jepon, Blora 2005 dengan kesimpulan berdasarkan potensi wilayah dinamika kelompok dan status manajerial skill peternak responden, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut; 1. Dinamika kelompok peternak dalam Universita Sumatera Utara kelompok usaha pembibitan menunjukan peningkatan cukup bagus dan ditunjang oleh peningkatan karakteristik pengetahuan asli indigenus knowledge petani terhadap aspek managerial, yaitu: bibit, pakan, perkandangan, reproduksi, dan pemasaran. 2, guna mencapai sasaran dan tujuan jangka panjang diperlukan perubahan pola pikir peternak untuk berjiwa agribisnis melalui sistem komunikasi yang lebih terbuka dalam suatu wadah kelompok. Penelitian Matheus Sariubang, A. Nurhayu dan A. Sainap dengan judul pengkajian pembibitan sapi bali pada perternak rakyat di Kabupaten Takalar 2009, dengan kesimpulan ; 1. Tingkat kelahiran dan pendapatan pada pemeliharaan induk sapi bali secara intensif lebih tinggi dibanding pemeliharaan secara tradisional ekstensif: 2. Induk sapi yang sudah melahirkan akan kembali estrus yang disertai kebuntingan lebih tinggi pada pemeliharaan secara intensif lebih tingi dari pada pemeliharaan secara tradisional. Penelitian Eniza Saleh dkk, tentang analisis pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang 2006 dengan hasil penelitian dari segi manajemen pemeliharaan ternak, peternak dengan pengalaman beternak tinggi lebih menguasai tatalaksana beternak dengan baik seperti pemberian pakan, perawatan kebersihan kandang dan ternak, perawatan kesehatan, dan penanganan penyakit. Namun dilapangan diperoleh tidak terjadi pengaruh seperti yang di harapkan. Hal ini dapat di sebabkan karena peternak sapi potong di daerah ini sebagian tidak melakukan perubahan – perubahan positif dalam usaha peningkatan pendapatan menurut pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman masing–masing peternak. Banyak yang memiliki Universita Sumatera Utara pengalaman yang memadai namun masih mengelola usaha tersebut dengan kebiasaan – kebiasaan lama yang sama dengan waktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang. Menurut Abidin dan Simanjuntak 1977, faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah dapat berasal dari faktor–faktor topografi iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan –bahan makanan rerumputan atau penguat. Di samping itu, faktor pengetahuan yang di miliki masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan di daerah itu. Demikian juga menurut Sudrajat 2005 bahwa tanpa ada motivasi dari diri sendiri jelas merupakan tipe orang yang sulit untuk di ajak bekerja atau berusaha. Jadi, orang-orang yang demikian perlu di berikan motivasi atau dorongan sehinggga timbul niat untuk mau berkerja. 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Sapi Potong