“Jadi ini prinsip kita bersama dan ini harus kita pegang bersama, jadi setiap saat itu selalu sayang, ketika ada suat masalah bertengkar atahupun
rame kita ingat kembali „oo iya setiap saat ki kudu sayang e‟ jadi trus marah e trus hilang. Setia, setia ini adalah hal yang juga penting, Karena dalam
perjalanan hidup berkeluarga kita mungkin ada gangguan dari luar, „aku kudu setia‟. Seiya sekata, ini di dalam menggambil keputusan itu kita saling
komunikasi, apik e tu piye. Nek iya yo ho‟o, nek ora yo ora. Seiya sekata. Jadi satu setiap keputusan itu kita ambil secara bersama-sama dan kita
mengutamakan apik e piye. Jadi bukan apik aku sendiri, bukan. Tapi sama- sama berdua apik e gimana. Dan harapan kita juga sehidup semati, ngopo
kok sehidup semati? karena dulu saya itukan juga pernah punya pacar, tetapi Karena berbeda prinsip jadi trus misah, berartikan gak sehidup
semati. Harapan kita dengan yang sekarang ini kita mencoba untuk sehidup semati. Nah selamanya
” AP
b. Pengalaman tentang istri bekerja
Tabel 5
Subjek I AP
Peran seorang istri
Peran istri adalah untuk bekerja sama dalam keluarga
Istri melayani suami Istri itu berperan mengurus urusan rumah tangga
Peran istri yang bekerja Peran istri bekerja itu membantu ekonomi keluarga
Istri bekerja itu agar bisa berkembang dan membagikan ilmunya
Perasaan memiliki istri bekerja
Merasa minder karena pendapatan istri lebih tinggi Merasa belum bisa memberiiikan lebih kepada
pasangan Merasa senang karena dipahami pasangan.
Merasa kondisinya diterima oleh pasangan Merasa belum terbiasa dengan permasalahan yang
timbul Suami itu memiliki kedudukan yang lebih tinggi
daripada istri Keinginan untuk dilayani oleh istri
Menghadapi situasi istri bekerja
Mencoba untuk terbuka untuk masalah pendapatan Mensharingkan permasalahan yang dihadapi
dengan teman. Berusaha menyesuaikan pola pikir untuk
menghadapi perubahan jaman Membagi waktu sebaik mungkin supaya bisa
bersama-sama Menjaga komunikasi dengan istri
Mengambil peran untuk ikut serta mengurus urusan rumah tangga
Dari tabel diatas dapat dilihat subjek AP menyatakan bahwa peran seorang istri begitu besar di dalam keluarga. Istri berperan untuk bekerja
sama membantu di dalam keluarga.
“peran seorang istri dalam suatu kehidupan itu menurut saya begitu besar, karena keluarga ayah dan istri itu.. apa namane itu, saling bekerja
sama untuk membina suatu keluarga” AP
Selain itu, memiliki istri yang bekerja tidak membuat AP beranggapan bahwa peran mengurus rumah tangga bukan dilakukan oleh
istri. Istri bagi AP berperan dalam hal mengurus rumah tangga. Istri juga berperan dalam hal melayani suami.
“apa ya istrilahnya.. istri jarang masak di rumah hahaha..” AP “nyuwun sewu aja, dalam pelayanan seorang istri kalau pagi
membuatkan kopi, membuatkan teh itu juga ga ada. Padahal kebanyakan suami pingin seperti itu, pengen dilayani, kalau pagi dibikinkan teh,
dibikinkan untuk sarapan itu kurang” AP
Kebutuhan yang besar dalam hidup berumah tangga membuat AP merasakan peran dari memiliki istri yang bekerja. Istri yang bekerja itu
berperan membantu perekonomian keluarga AP. AP mengungkapkan bahwa dengan memiliki istri bekerja, kebutuhan hidup yang besar bisa
tercukupi.
“…Kalau seandainya saya hanya bekerja sendiri otomatis kebutuhan hidup yang besar itu tidak bisa mencukupinya. Tetapi ketika istri saya itu
bekerja nah itu juga sangat membantu kehidupan kita berkeluarga. Jadi yang semula itu kurang trus jadi kebutuhannya cukup. Walaupun mungkin
masih sering kurang tetapi karena dua-duanya itu bekerja yang kurang itu
trus jadi cukup.” AP
Di awal saat memiliki istri bekerja subjek AP merasa minder dengan keadaan dirinya. AP merasa belum bisa memberiiikan hal-hal
yang dibutuhkan oleh pasangan. Sedangkan, dilihat dari segi pekerjaan istri memiliki posisi yang lebih tinggi dan pendapatan yang juga lebih
besar. Oleh karena hal ini lah AP menjadi merasa minder, dan tidak siap
dengan keadaan istri yang bekerja. Subjek AP mencoba untuk berani terbuka sejak awal tentang perasaan yang dia rasakan ketika istri bekerja.
“…Dan saya juga tahu dari awal, bukan hanya itu aja masalah pendapatan, itu kita juga.. juga terbuka karena waktu itu terus terang saja
saya itu minder, karena apa, karena dilihat dari sisi pekerjaannya mungkin istri itu lebih.. lebih apa ya? Lebih tinggi, itu pertama. Kedua dari
pendapatannya pun lebih tinggi, jadi waktu itu saya minder tapi saya
mencoba untuk berani terbuka dari awal.” AP
Pada awal mulanya rasa minder karena merasa bahwa dirinya belum mampu memberiiikan apa yang istri butuhkan berganti menjadi
rasa senang. Rasa senang itu muncul ketika AP berusaha terbuka dengan keadaan dirinya kepada istri. AP merasa senang karena istri bisa
menerima kondisi dirinya. AP berpendapat bahwa istri mau menerima diri subjek apa adanya.
“Yang saya rasakan, apa ya.. ya sekarang saya merasa senang soalnya ya senang karena istri bisa memahami keadaan saya pribadi. Soalnya
banyak keluarga yang terkadang itu ribut masalah keuangan. Mungkin karena istri nya bekerja dan penghasilannya lebih tinggi, terkadang istri itu
tidak menghargai suamine, karena dia merasa lebih tinggi penghasilannya. Tapi yang saya seneng kalau untuk saya sendiri, dia juga menerima apa
adanya itu
” AP “..Saya seneng kalau untuk saya sendiri, dia juga menerima apa adanya
itu. Saya pikir memang, hal seperti itu memang kembali lagi dari awal dari semula menjalin suatu hubungan. Itu yang menurut saya modal utama untuk
kita saling mengerti. Jadi perasaan saya sekarang saya senang karena istri saya bisa menerima itu. Nggih
” AP
Subjek AP, berpendapat bahwa ia menerima pada awal mula istri bekerja karena melihat pengalaman yang sudah pernah ia alami bahwa
akan kesulitan masalah materi. Subjek juga membutuhkan bantuan istri untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang begitu besar. Subjek berpikir
apabila hanya ia yang bekerja, tentunya akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang besar.
Sebelum membina rumah tangga dengan istri pun, AP berusaha mencari dukungan dari teman-temannya. Ketika itu AP menjadi lebih
yakin menghadapi situasi memiliki istri yang bekerja dengan mensharingkan situasi yang akan dihadapi
“Nah waktu itu memang sebelum kita nikah itu, saya memang sudah mencoba untuk mensharingkan ke temen. Entah itu temen-temen kantor,
entah itu temen-temen maen. Ya waktu itu tanggapan temen-temen itu yo ya gak ada masalah, jaman sekarang itu gak masalah, mbuh itu istri luwih
dhuwur itu gak ada masalah. Sing jelas dua-duanya itu saling menerima ”
AP
Selama situasi berjalan subjek AP berusaha menerima kondisi yang ia alami. Ia berusaha menerima walaupun pada kenyataan yang
dihadapi tidak sesuai dengan yang subjek harapkan. Memiliki istri yang bekerja membuat subjek dihadapkan pada kenyataan bahwa ia tidak
sepenuhnya dilayani istri. Maksud dari dilayani ini adalah istri tidak melaksanakan sepenuhnya tugas sebagai seseorang yang melayani urusan
rumah tangga. Contohnya, ketika istri bekerja istri terkadang tidak sempat membuat sarapan untuk subjek. Ini adalah salah satu kondisi yang
berusaha diterima oleh subjek walaupun hal tersebut tidak sesuai dengan keinginan dirinya.
“kebanyakan suami pingin seperti itu, pengen dilayani, kalau pagi dibikinkan teh, dibikinkan untuk sarapan itu kurang, bahkan mungkin
endak… Tetapi pada dasarnya saya sendiri tidak masalah seperti itu, Karena peran sorang istri bukan hanya masak, bukan hanya buat minum,
bukan hanya njuk yang seperti kita inginkan. Bukan. Tapi suamipun sebenarnya bisa seperti itu, jadi gak perlu harus dilayani, gak perlu harus
dimasakin, nah itu kita juga bisa sendiri, bisa buat minum sendiri, kalau ada waktu kita bisa buat masak sendiri” AP
AP juga memiliki keyakinan bahwa dalam budaya Jawa itu, laki- laki seharusnya bisa memenuhi kebutuhan pasangannya. AP menjadi
merasa minder ketika istri bisa memenuhi kebutuhan tanpa bantuan subjek. Rasa minder ini menunjukkan bahwa AP merasa dirinya belum
bisa melakukan peran yang ia yakini ada dalam tradisi Jawa. Laki-laki dianggap lebih tinggi daripada perempuan.
“..menurut tradisi, suami itu harus lebih tinggi dari pada istri apalagi di Jawa ya. Di Jawa itu nek bisa yo raja nya itu yang laki, nek putri ya ratu ne.
itu yang membuat saya itu minder itu karena saya sendiri menyadari bahwa saya belum bisa memberiiikan lebih, misalkan istri mau apa, mau apa, saya
kan belum bisa mencukupi itu makanya saya minder, sedangkan istri sendiri bisa mencukupi kebutuhan hidup sendiri tanpa bantuan saya
” AP
Perasaan yang muncul ketika menghadapi permasalahan adalah merasa belum terbiasa. .AP merasa belum terbiasa dengan permasalahan
yang ia hadapi. Hal ini dipicu oleh keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan dirinya. Ketidaksesuaian antara apa yang menjadi gambaran
subjek sebelum menikah dengan yang ia jalani saat menikah memicu timbulnya perasaan kecewa dalam diri AP.
“Memang kalau pertama-tama itu ya agak… agak gimana ya.. agak belum terbiasa. Agak.. mungkin masih penyesuaian ya. Jadi apa yang dulu
gambaran-gambaran saya sebelum nikah bahwa suami itu hidupnya itu katakanlah dilayani itu gak bener gitu lho. Jadi yang dirasakan itu ya agak
berbeda dengan gambaran-gambaran saya sebelum nikah ” AP
AP berusaha menerima permasalahan yang dialami dengan jalan mengubah pola pemikirannya selama ini. AP merasa bahwa dirinya harus
menyesuaikan diri dengan perubahan jaman saat ini. AP berusaha mengubah pemikiran bahwa tidak selamanya istri itu hanya melayani
suami. Istri bisa melakukan hal lain di luar hal tersebut.
“saya berusaha untuk mengubah pola pikir saya. Pola pikir saya yang seperti itu harus diubah karena itu mungkin jaman dulu seperti itu ya, tapi
jaman-jaman sekarang itu gak bisa seperti itu ” AP
Selain itu, penyesuaiaan diri dilakukan oleh AP dengan cara ikut serta dalam peran mengurus urusan rumah tangga. Jika istri tidak bisa
melakukan seluruh tugas rumah tangga, maka AP akan mengerjakan tugas-tugas yang tidak terselesaikan.
“Karena kebanyakan orang itu, istri yang melayani suami, tapi jaman- jaman sekarang ini tidak harus seperti itu. Suamipun bisa melayani istri.
Jadi ketika mungkin istri pagi tidak membuat minum atahu apa gitu, kita pun bisa melayani istri. Kita yang membuatkan minum. Jadi saya juga enggak
malu, enggak.. apa itu istri lahnya? Enggak merasa kudu, “kowe kudu
mgawekke aku minum” enggak. Saya pun misalken saya pas selo, saya pas longgar. Yaudah saya buat minum untuk istri. Jadi saling lah
” AP
Permasalahan yang dialami oleh subjek berusaha diselesaikan dengan berbagai macam cara. Subjek AP berusaha menyelesaikan
permasalahan yang ia hadapi dengan cara membagi waktu luang yang dimiliki. Hal tersebut dimaksudkan agar subjek dan istri memiliki waktu
untuk bersama-sama dan bertemu untuk saling berkomunikasi.
“Alternatifnya apabila istri jarang masak di rumah yaitu makan di luar. tetapi memang ketika libur bersama-sama kita mencoba melungkan waktu
masak bersama-sama. Untuk masalah yang dilayani itu suami pun dapat melayani istri jadi ketika istri tidak dapat melayani maka suami yang
melakukan jadi saling melayani. Ketika komunikasi kurang itu sebenarnya sulit mengatasinya, ya pokonya menggunakan waktu sebaik-baiknya.untuk
hal-hal sekecil apa pun kita selalu untuk komunikasikan ” AP
2. Subjek II
a. Deskripsi subjek SM
Subjek SM laki-laki yang berasal dari Jawa berusia 39 tahun. SM berprofesi sebagai seorang Pegawai Negri Sipil. SM mengajar di salah
satu Sekolah Menengah Kejuruan Negri di Yogyakarta. Pendidikan terakhir SM adalah Strata 1. SM berstatus menikah dengan istri yang juga
bekerja. Istri SM juga berprofesi sama sebagai seorang guru. Pendidikan terakhir istri SM adalah Strata 1. Subjek berdomisil di daerah
Cangkringan, Yogyakarta. SM beragama Islam. Sebelum bertemu dengan SM, istri SM sudah bekerja. Pada
mulanya istri SM belum menjadi seorang PNS. Istri SM masih menjadi guru honorer. ketika SM dan istri menikah, mereka memutuskan untuk
tetap sama-sama bekerja. Profesi SM dan istri yang sama-sama adalah guru menjadi alasan bahwa keduanya harus tetap bekerja. Hal ini
disebabkan jika hanya satu yang bekerja dengan profesi guru maka akan kesulitan dalam hal ekonomi.
“Istri sebelum menikah sudah bekerja, kan masing-masing sudah bekerja, kemudian menikah begitu, jadi ya tetap bekerja begitu. Ya itu tadi
karena kalau seorang guru hanya satu orang itukan kesulitan dalam hal ekonomi sehingga sepakat tetap bekerja begitu
” SM
b. Pengalaman tentang istri bekerja
Tabel 6
Subjek II SM
Peran seorang istri Istri berperan sebagai pendamping hidup, mendidik
anak, dan teman hidup Istri harus memahami tugas rumah tangga
Pandangan mengenai peran istri yang bekerja
Mendapatkan keuntungan ketika istri bekerja yaitu menambah perekonomian keluarga
Peran istri yang bekerja itu tidak sesuai dengan hukum dalam agama Islam
Istri bekerja itu wajar dijaman sekarang karena jaman sudah berubah
istri bekerja karena sudah menempuh pendidikan tinggi
Istri yang bekerja perannya di rumah menjadi berkurang
Perasaan saat memiliki istri bekerja
Merasa lebih menguntungkan apabila pasangan bekerja
Sudah siap dengan resiko memiliki pasangan yang bekerja.
Saling memahami dari awal Merasa stress ketika menghadapi masalah
Merasa sudah biasa melakukan tugas rumah tangga Merasa pasangan lebih memahami keadaan karena
satu profesi Merasa bisa berbagi dengan pasangan
Menghadapi situasi istri yang bekerja
Melakukan tugas rumah tangga Tidak mau mengambil keputusan, menyerahkan
pengambilan keputusan kepada istri Meminta bantuan orang lain untuk mengurus anak.
Dari tabel diatas dapat dilihat dari subjek SM menyatakan bahwa peran seorang istri adalah menjadi pendamping hidup, mendidik anak-
anak mereka, sekaligus menjadi teman hidup.
“Peran seorang istri ya sangat penting sekali dalam rumah tangga itu. Sebagai pendamping hidup kemudian juga.. apa namanya untuk mendidik
anak, kemudian juga.. apa namanya teman hidup” SM
Selain itu, dalam menjalani kehidupan berkeluarga, antara suami dan istri diharapkan memahami tugas yang seharusnya ia kerjakan.
Memahami tugas yang harus dikerjakan menyangkut urusan rumah tangga.
“Yaa gimana ya.. yang penting kan sebenarnya begini bagaimana dalam satu rumah tangga itu antara suami istri saling memahami tugasnya masing-
masing” SM
Pada subjek SM merasa bahwa jika memiliki istri bekerja akan memberiii keuntungan. Pertimbangan ini dirasakan oleh SM karena jika
subjek dan istri bekerja akan menjadi lebih enak, subjek tidak memiliki beban karena ditunggu oleh pasangan di rumah apabila istri tidak bekerja.
SM merasa bahwa jika pasangan juga bekerja menjadi menguntungkan. Penulis menduga, menguntungkan yang dimaksud oleh subjek di sini
adalah untung dalam hal membantu perekonomi keluarga.
“…Ya biasa saja begitu. Malah mungkin, karena sama-sama bekerja malah jadi enak to. Malah mungkin kalau istri di rumah itu saya jadi susah
begitu ya. Ya ditunggu-tunggu supaya cepat pulang dan lain sebagainya ”
SM
Pemikiran awal ketika istri bekerja adalah memikirkan dampak yang akan dihadapi apabila memiliki istri bekerja. Pertimbangan ini lah
yang membuat subjek menerima kondisi memiliki istri yang bekerja. Subjek SM berpendapat bahwa, akan siap dengan resiko memiliki istri
bekerja. Adanya saling memahami sejak awal membantu mereka melewati segala resiko yang akan dihadapi.