Subjek III Hasil Analisis Penelitian

b. Pengalaman tentang istri bekerja

Tabel 7 Subjek III HM Peran seorang istri Peran istri itu sebagai penyeimbang dan teman berbagi Peran istri itu mengasuh anak Istri dianggap sebagai teman Peran istri yang bekerja Peran istri yang bekerja itu membantu memberiii solusi jika ada masalah. Istri bekerja itu karena sudah memiliki pendidikan tinggi Perasaan memiliki istri bekerja Merasa beruntung istri memiliki profesi yang sama Merasa pusing jika ada masalah Mengetahui resiko istri bekerja sejak awal Merasa senang karena penilaian yang positif dari masyarakat Merasa bangga karena disegani oleh orang lain Tidak ingin merasa dipaksa melakukan pekerjaan rumah tangga Menghadapi situasi istri bekerja Tidak mau mengalah untuk melakukan tugas rumah tangga Meminta bantuan dari orang lain Melakukan pembagian tugas rumah tangga Melakukan tugas rumah tangga atas dasar kemauan diri sendiri Berdiskusi untuk mendapatkan jalan keluar dari permasalahan yang dialami Memaksa pasangan untuk mengalah Peran istri dalam kehidupan HM adalah sebagai penyeimbang dirinya. Penyeimbang di sini diartikan oleh HM istri sebagai tempat untuk mencurahkan permasalahan-permasalahan yang ada. Sehingga istri pun dianggap berperan sebagai teman berbagi. Ketika HM berbagi cerita tentang masalah yang ia hadapi, istri bisa membantu memberiiikan solusi kepada HM. Selain itu juga Istri juga berperan penting dalam pengasuhan anak-anak. “nek menurut saya itukan, dia penyeimbang dalam rumah tangga, misalnya suami baru galau atahu gimana itu perannya sangat dibutuhkan” HM “Peran istri itu ya sangat penting buat saya, terutama dalam hal ini, dalam hal mengasuh anak- anak, meskipun saya juga andil” HM Memiliki istri yang bekerja juga memiliki peranan bagi HM. Istri dianggap bisa membantu HM menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungan sekolah. Hal ini dikarenakan profesi yang jalani HM dan istri itu sama. Istri bisa mengetahui dengan jelas bagaimana situasi yang dimaksud oleh HM karena kesamaan profesi. “…karena sama-sama pengajar, bisa memberiiikan solusi, wha gini lo pak gini-gini dan seterusnya begitu. Peran istri saya itu, saya bekerja, kebetulan juga sama-sama pengajar itu sangat beruntung karena istri saya tahu oo seorang guru itu kerjanya seperti ini, dia sudah tahu banyak, seh ingga jarang sekali ada konflik..” HM HM mengungkapkan bahwa dengan memiliki istri yang bekerja itu membantu dalam penyelesaian masalah. Istri yang juga berprofesi sama yaitu pengajar dengan subjek dianggap memberiii keuntungan tersendiri. Istri menjadi tahu bagaimana posisi menjadi seorang pengajar sehingga memudahkan bagi subjek untuk berbagi cerita dan mencari solusi. Selain itu, antara subjek dan istri saling memahami sehingga masalah yang dialami menjadi berkurang. Pendidikan tinggi yang sudah ditempuh oleh istri membuat HM memperbolehkan istri bekerja. “Oo saya yang nyuruh, pokoknya ibu kerja saya juga kerja. Man-eman ijasah e arep nggo ngopo. Kalau pas belum punya anak itu enak, santai saja kan biasa. Saya juga sudah bilang, nanti kalau sudah punya anak, itu kerja, rutinitas kerja agak terganggu, tapi yo gak masalah” HM Memiliki istri yang bekerja memberiiikan rasa beruntung bagi subjek HM. Subjek HM merasa senang saat awal ia memiliki istri bekerja karena berprofesi sama yaitu sebagai pengajar. Memiliki istri yang juga bekerja mengurangi adanya konflik antara subjek dan istri. Hal ini terkait dengan profesi yang dijalani oleh istri sama dengan subjek, sehingga bisa saling memahami posisi masing-masing. “...Istri saya itu, bekerja, kebetulan juga sama-sama pengajar itu sangat beruntung karena istri saya tahu oo seorang guru itu kerjanya seperti ini, dia sudah tahu banyak, sehingga jarang sekali ada konflik. Begitu saja ” HM Pemikiran awal ketika istri bekerja yang dimiliki oleh subjek HM adalah memikirkan dampak yang akan dihadapi apabila memiliki istri bekerja. Subjek HM, ia akan menerima konsekuensi dengan menerima istri bekerja. Selain itu, ia juga berpendapat bahwa akan lebih baik apabila istri itu bekerja dibandingkan hanya berada di rumah “..ketika mau nikah, ya gimana besok kerja, “ya tetep kerja pak, nek di rumah nganggur.” Nganggur kan gak enak. Tapi saya juga kasitahu kalau kerja nanti kita misalnya punya anak atahu momongan gitu agak repot, yasudah nanti itu ya. Kebetulan waktu itukan kami masih sama orangtua, mertua saya lah. Karena kan deket gitu ”HM Memiliki istri yang bekerja menimbulkan rasa bangga dan senang yang dirasakan HM. HM merasa ketika istri bekerja pandangan dari masyarakat sekitar menjadi lebih baik. Subjek menjadi disegani dan tak jarang masyarakat sekitar meminta bantuan subjek dalam hal informasi pendidikan. “Oo ya jadi ketika, ini yang saya rasakan saja ya, saat istri saya dan saya bekerja itu memang di masyarakat itu penilaiannya berbeda. Sebenernya kan saya gak mau dihormati atahu gimana tapikan di sananya itu ngajenilah, kalau istrilah nya ngajeni, dihormati itu mereka. Kadang- kadang kita ya juga jadi panutan di sana” HM Permasalahan yang dialami subjek HM ketika berada dalam situasi memiliki istri bekerja adalah kurangnya waktu untuk mengurus urusan rumah tangga, dan kurangnya waktu untuk pengasuhan anak. Tetapi HM tetap merasa berusaha menikmati permasalahan yang timbul karena istri bekerja. “Ya saya enjoy. Tidak pernah ada terbebani, betul itu. Gak pernah. Istri saya juga gak pernah nyuruh, kalau saya sudah enjoy itu gak usah disuruh saya malah kerja sendiri ” HM Untuk mengatasi tugas rumah tangga yang belum terselesaikan, HM ikut ambil bagian dalam menjalankan tugas rumah tangga. Namun ketika melakukan tugas rumah tangga, subjek tidak mau merasa dipaksa melainkan atas dasar kemauan diri sendiri. “Tapi kadang kalau saya pas diperintah itu malah kadang-kadang sok males, begitu. Kalau sudah kerja sendiri itu ya usah, santai saja ” HM Dalam menghadapi masalah subjek HM menerima permasalahan yang ada karena beranggapan istri adalah teman bagi subjek. “..prinsip saya itu hidup itu untuk dinikmati, tidak untuk dianeh-aneh. Saya memang pernah menjadi kemaren itu ditanya, mereka itu sama-sama satu pengajar, “pak, njenengan itu kalau di rumah itu sering bantu istri gak?” gak pernah saya bilang, “loh katanya?” gak pernah, saya kerjakan sendiri kok, istri saya gak bisa saya kerjakan. “Saya gak pernah, gak bisa e, istri saya sering komplain ya?” “njenengan anggep istri itu sebagai apa?” kalau dia nganggap istri sebagai teman, sebagai penyeimbang, ya perlakukan saja. Kalau dia sebagai pembantu, ya sudah. Saya menempatkan istri bukan sebaga i pembantu, tapi teman, itu saja” HM Permasalahan yang dialami oleh subjek HM diselesaikan dengan berbagai macam cara. Subjek HM memaksa istri untuk mengalah dalam hal menjemput anak. Apabila kondisi tersebut tetap tidak bisa diatasi maka subjek memutuskan untuk meminta bantuan orang lain untuk mengurus kebutuhan rumah tangga, atahu pengasuhan anak. “..saya tanya “bu hari ini jadwal sampai jam berapa?” “oo jam sekian pak.” “bisa gak njemput anak?” bisa, kalau enggak bisa nanti sms gitu ya. Cuma kadang-kadang kalau pas kemarin itu, istri saya jaga ujian, saya juga jaga ujian, gak bisa keluar, lha itu. Nah kadang-kadang itu yang bikin galau. Tapi kan karena tempat kerja istri saya dengan sekolah anak saya itukan deket, sehingga saya sedikit agak memaksa. Tapi kalau dia pas jaga sendiri, lah itu, saya hanya minta adek saya yang ada di dekat saya untuk menjemput anak saya. Atahu mungkin istri saya yang nelpon, tolong njemput. Nah komunikasi dulu, mesti itu komunikasi dulu. Entah lewat sms atahu hp atahu telpon atahu gimana yang penting komunikasi dulu” HM Subjek HM berusaha menyelesaikan permasalahan dengan cara melakukan diskusi bersama pasangan untuk mendapatkan pemecahan masalah.

4. Subjek IV

a. Deskripsi subjek SW

Subjek SW laki-laki yang berasal dari Jawa berusia 41 tahun. SW berprofesi sebagai seorang Pegawai Negri Sipil. SW mengajar di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negri di Yogyakarta. Pendidikan terakhir SW adalah Strata 1. SW berstatus menikah dengan istri yang juga bekerja. Istri SW juga berprofesi sama sebagai seorang guru. Pendidikan terakhir istri SW adalah Strata 1. Subjek berdomisil di daerah Turi, Yogyakarta. SW beragama Islam. Sebelum bertemu dengan SW, istri belum bekerja. Setelah membangun kehidupan keluarga baru dengan SW, istri bekerja sebagai guru. istri bekerja pada mulanya karena SW berpendapat istrinya sudah mengenyam pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi. Selain itu, alasan bahwa SW dan istri baru memulai kehidupan keluarga maka istri bekerja “Ketika istri bekerja satu memang awalnya dia sudah lulus artinya dia sudah mengenyam pendidikan untuk menjadi seorang guru, atahu kemudian ada peluang ketika itu posisi kan mungkin tidak nyaman seorang istri hanya berada di rumah ketika rumah tangga baru. Kemudian okelah gak pa-pa melamar pekerjaan ” SW

b. Pengalaman tentang istri bekerja

Tabel 8 Subjek IV SW Peran seorang istri Istri berperan mendukung karir suami Istri berperan dalam kelancaran dan keharmonisan keluarga Istri itu melayani suami Istri mengasuh anak dan mengurus urusan rumah tangga Istri itu mengalah untuk mengurus rumah tangga Istri itu mendampingi suami Pandangan mengenai peran istri yang bekerja Istri itu tidak wajib bekerja Istri bekerja itu karena sudah menempuh pendidikan tinggi Istri bekerja itu menimbulkan dampak pada kurangnya waktu untuk anak. Istri bekerja itu urusan rumah tangga terbengkalai Peran istri yang bekerja menambah ekonomi Istri bekerja itu tidak sesuai dengan keinginan suami Peran istri itu berkurang Istri bekerja itu bersaing dengan suami Perasaan memiliki istri bekerja Merasa tidak setuju apabila pasangan juga bekerja karena suami yang wajib mencari nafkah Suami dan istri memiliki fungsi dan tanggung Jawab berbeda Merasa tidak nyaman apabila istri bekerja Keinginan untuk dilayani oleh istri Merasa istri menjadi pesaing Menginginkan istri fokus kepada keluarga Merasa keluarga menjadi kurang harmonis Menghadapi situasi istri bekerja Memberiii batasan kepada pasangan untuk mengurangi jam pekerjaan. Suami tidak ikut mengurus urusan rumah tangga Suami memimpin istri Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seorang istri memiliki peran bagi SW. Istri berperan dalam mendukung karir suami. Selain itu, istri juga berperan dalam kelancaran dan keharmonisan keluarga. Istri juga berperan mengasuh anak dan mengurus urusan rumah tangga. “peran seorang istri terutama di dalam kesuksesan seorang suami. Karena ketika dalam satu rumah tangga otomatis kerjasama berdua ini tidak dapat dipisahkan. Menurut saya istri itu sangat berperan di dalam kelancaran dan keharmonisan keluarga, terutama dalam mendukung karir seorang suami ” SW “Kemudian paling tidak istri juga membantu mencukupkan aktivitas yang di rumah. Artinya mengantar anak, menyiapkan sarapan dan lain sebagainya ” SW Ketika suami dan istri sama-sama bekerja maka urusan rumah tangga menjadi kurang terurus. Dalam hal ini, bagi SW istri sudah seharusnya mengalah demi mengurus rumah tangga. “ketika dua-duanya berebut untuk berangkat lebih awal gitukan susah, masih harus, harus ada yang mengalah untuk, dalam hal ini urusannya dengan rumah tangga, istri ini yang lebih mengalah ” SW SW juga beranggapan bahwa istri itu berperan sebagai pendamping suami. Istri juga memiliki tugas melayani suami. “Keinginannya ya semua suami ketika, apa namanya, istri itu punya waktu yang cukup begitu ya, untuk memberiiikan pelayanan kepada suami. Ya diantaranya mungkin urusan-urusan rumah tangga, rumah itu misalnya. Kemudian juga makanan, kemudian juga hal-hal yang lain. Ya mungkin sampai pada kebutuhan apa namanya batin gitu ya ” SW “Kalau menurut saya ya kodrat seorang wanita prinsipnya karena dia bertanggung Jawa b sebagai pendamping suami gitu ya” SW Memiliki istri yang bekerja bagi SW memiliki peran tersendiri. Menurut SW istri bekerja itu tidak wajib melainkan kewajiban untuk mencari nafkah adalah suami. “Kalau suami memang prinsipnya kan memang kepala keluarga jadi sehingga dia wajib untuk mencari makan otomatis ketika menjadi PNS, harus menjadi PNS yang baik, artinya melakukan tugasnya semaksimal