Subjek II Hasil Analisis Penelitian
                                                                                Selain  itu,  dalam  menjalani  kehidupan  berkeluarga,  antara  suami dan  istri  diharapkan  memahami  tugas  yang  seharusnya  ia  kerjakan.
Memahami  tugas  yang  harus  dikerjakan  menyangkut  urusan  rumah tangga.
“Yaa gimana ya.. yang penting kan sebenarnya begini bagaimana dalam satu rumah tangga itu antara suami istri saling memahami tugasnya masing-
masing” SM
Pada  subjek  SM  merasa  bahwa  jika  memiliki  istri  bekerja  akan memberiii  keuntungan.  Pertimbangan  ini  dirasakan  oleh  SM  karena  jika
subjek  dan  istri  bekerja  akan  menjadi  lebih  enak,  subjek  tidak  memiliki beban karena ditunggu oleh pasangan di rumah apabila istri tidak bekerja.
SM  merasa  bahwa  jika  pasangan  juga  bekerja  menjadi  menguntungkan. Penulis  menduga,  menguntungkan  yang  dimaksud  oleh  subjek  di  sini
adalah untung dalam hal membantu perekonomi keluarga.
“…Ya  biasa  saja  begitu.  Malah  mungkin,  karena  sama-sama  bekerja malah jadi enak to. Malah mungkin kalau istri di rumah itu saya jadi susah
begitu  ya.  Ya  ditunggu-tunggu  supaya  cepat  pulang  dan  lain  sebagainya ”
SM
Pemikiran  awal  ketika  istri  bekerja  adalah  memikirkan  dampak yang  akan  dihadapi  apabila  memiliki  istri  bekerja.  Pertimbangan  ini  lah
yang  membuat  subjek  menerima  kondisi  memiliki  istri  yang  bekerja. Subjek  SM  berpendapat  bahwa,  akan  siap  dengan  resiko  memiliki  istri
bekerja. Adanya saling memahami sejak awal membantu mereka melewati segala resiko yang akan dihadapi.
“Ya gak mikir apa-apa, ketika awal milih istri yang bekerja kan sudah tahu konsekuensinya seperti apa, begitu saja. Mungkin dulu di awal, karena
saling memahami kan gak ada masala .” SM
Seiring  dengan  berjalannya  kondisi  istri  yang  bekerja,  subjek  SM merasa  pasangan  menjadi  lebih  memahami  keadaan  karena  memiliki
profesi  yang  sama.  Subjek  merasa  saat  istri  juga  bekerja,  bisa  menjadi tempat untuk saling berbagi.
“..kalau  sama-sama  bekerja  kan  tidak.  Sudah  tahu  begitu,  oo  karena bekerja di sini jadi nanti pulang jam segini, begitu. Bahkan mungkin ketika
pulang  bisa  saling  curhat,  di  tempat  pekerjaan  istri  seperti  apa,  ditempat suami seperti apa begitu
” SM
Menurut  agama  yang  diyakini  oleh  SM,  ketika  istri  itu  bekerja maka  peran  nya  itu  tidak  sesuai  dengan  ajaran  agama.  Menurut  agama
yang  SM  yakini  istri  itu  berperan  di  rumah  dan  tidak  bekerja.  Suami  lah yang  dianggap  memiliki  tanggung  Jawab  untuk  bekerja  menafkahi
keluarga.
“Itu  tadi  yang  di  luar  pekerjaan  itu  tadi  ya,  kalau  memang  menurut hukum islam itukan, kalau istri kan memang di rumah lalu yang cari nafkah
itukan suami, tangung Jawabnya tugasnya suami begitu ” SM
Ajaran  agama  yang  diyakini  ini  SM  ini  tidak  membuat  ia  lantas berpikir terbatas pada ajaran tersebut. SM beranggapan bahwa pada jaman
sekarang  biaya  hidup  itu  besar.  Biaya  hidup  yang  mahal  ini  lah  yang menjadi SM menerima situasi istrinya bekerja. Saling pengertian dianggap
akan menjadi dasar dari perubahan peran yang dijalankan oleh istri.
“Tetapikan  tidak  sesempit  itu,  apalagikan  jaman  sekarang  itu  yang namanya  biaya  hidup  itu  juga  mahal,  yang  pentingkan  sudah  ada  saling
pengertian itu” SM
Selain  biaya  hidup  yang  besar,  biaya  pendidikan  yang  sudah dikeluarkan  untuk  membiayai  pendidikan  istri  menjadi  alasan  mengapa
istri bekerja. SM  beranggapan  akan  rugi  apabila  istri tidak menggunakan pendidikan  yang  sudah  ia  jalani  dan  tidak  bekerja.  Selain  itu  SM  jug
mengungkapkan bahwa
menjadi seorang
guru tidak
seberapa pendapatannya dibandingkan dengan pendapatan seorang direktur. Hal ini
menunjukkan rasa tidak mampu dari diri SM.
“Dari  desa,  kuliah  biayanya  juga  besar,  kalau  mung  cuma  jadi  ibu rumah tangga, istrinya guru gitukan, kalau istri nya direktur itukan mungkin
gak  masalah.  Istrinya  guru  itukan,  kadang-kadang  kemudian  jadi  berpikir “iya  ya,  kok  saya  di  sekolahkan  oleh  orangtua,  orangtua  saja  untuk
membiayai  saya  saja  biayanya  tidak  sedikit,  kok  saya  setelah  jadi  sarjana, kok hanya ngganggur saja.” Kan mesti di hatinya itukan gak, ra tegel, begitu
lah. Jadi tetep bekerja, walaupun itu honorer” SM
Dengan  situasi  istri  yang  bekerja  menyebabkan  peran  yang seharusnya  dijalankan  istri  menjadi  berkurang.  Peran  yang  berkurang  ini
dirasakan  ketika  SM  dan  istri  mulai  memiliki  anak.  Ketika  SM  dan  istri bekerja  anak  menjadi  kurang  pengasuhannya.  Hal  ini  membuat  istri
hampir memutuskan untuk berhenti bekerja.
“pertama saya nikah itu dulukan, istri masih honorer. Ya itukan bener- bener  kawalahan  ya  untuk  ngurus  anak  itu.  Sementara  juga  honornya  itu
masih kecil sekali, ya sempat sih di awal-awal itu istri ingin mengundurkan diri, “pak gimana misalnya saya menggundurkan diri?”..” SM
Perasaan  yang  muncul  ketika  menghadapi  permasalahan  adalah perasaan  stress.  Subjek  SM  merasa  emosi  yang  negatif  muncul  yaitu
merasa stress. Subjek merasa demikian ketika permasalahan yang muncul tidak segera ditemukan jalan pemecahannya.
“..Kalau seorang guru itukan kalau jam tujuh harus sudah di sekolah. Ya itu sempat, apa namanya, bisa dikatakan stress begitu lah, jika tiba-tiba
sedang proses belajar-mengajar, pas tidak liburan, pembantu keluar ” SM
Ketika subjek dihadapkan pada pilihan istri ingin berhenti bekerja agar  bisa  mengurus  anak,  subjek  menyerahkan  keputusan  kepada  istri.
Subjek  tidak  berbuat  apa-apa  dengan  cara  tidak  mau  mau  mengambil keputusan atas permasalahan di dalam keluarga
“Ya monggo, silahkan saja begitu. Kalau saya itu menyerahkan kepada istri  saya.  Ya  silahkan  kalau  mau  keluar  dari  kerja,  ya  silahkan.  Tapi  ya
konsekuensinya ya itu “ibu nanti harus menerima apa yang saya dapatkan, dapatnya seperti ini.”  Ya kalau bekerja ya dipersilahkan, ya hanya begitu
saja. Ya tidak kemudian, yasudah tidak usah bekerja saja ” SM
Permasalahan yang dialami oleh subjek SM berusaha diselesaikan dengan  berbagai  macam  cara.  Waktu  untuk  mengurus  anak  dan  rumah
tangga yang kurang diselesaikan dengan cara meminta bantuan orang lain untuk mengurus kebutuhan rumah tangga, atahu pengasuhan anak.
“ketika  anak  lahir  kan  besok  harus  cuti  ya,  sebelum  cuti  kita  sudah sepakat  untuk  mencari  pembantu  begitu.  Cari  pembantu  ya  usaha  begitu,
kalau  sudah  dapat    begitu,  kemudian  kalau  tiba-tiba  mengundurkan  diri atahu  keluar  ya  kita  nyari  lagi.  Tapi  ya  dalam  batas-batas  tertentu,  kalau
misalnya anaknya gak mau begitu, ya itu di penitipan anak itu ” SM
Meminta  bantuan  orang  lain  untuk  mengurus  anak  merupakan
salah  satu  jalan  keluar  penyelesaian  masalah.  SM  ikut  serta  mengambil peran di  dalam urusan rumah tangga. SM  mengungkapkan bahwa ia ikut
ambil  bagian  mengurus  urusan  rumah  tangga  karena  sudah  terbiasa melakukan tugas rumah tangga bahkan sebelum ia dan istri menikah.
“Ya  itu  tadi  kan  kuncinya  ketika  ya  di  rumah  itu  tidak  ada  pekerjaan wanita tidak ada pekerjaan pria. Kalau saling mengisi ya biasa, kalau istri
sedang mempersiapkan berangkat pagi ya itu saya biasa di dapur, dan lain sebagainya” SM
“Ya  kebetulan  kan  saya  sudah  terbiasa  dari  awal  kos  masak  sendiri begitu. Saya juga dari awal juga kos, anaknya orang pas-pasan begitu bukan
anaknya  orang  kaya  sehingga  hal-hal  semacam  itu  dalam  suatu  rumah tangga kan sudah biasa begitu
” SM
                