keluarganya  sebagai  panutan.  HM  menjadi  lebih  disegani  dan  dihormati.  Di dalam  keluarga  ketika  istri  bekerja  maka  HM  ikut  serta  dalam  menjalankan
peran  mengurus  tugas  rumah  tangga.  Tetapi  keikutsertaan  HM  ini  dilakukan atas  kemauan  dirinya.  HM  tidak  mau  merasa  dipaksa  ketika  membantu
menjalankan  tugas  rumah  tangga.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  HM  merasa bahwa  menjalankan  tugas  rumah  tangga  itu  bukan  bagian  dari  peran  dirinya
yang sesungguhnya. Pada  subjek  SW,  peran  istri  yang  bekerja  itu  tidak  wajib  dilakukan
oleh seorang istri. SW beranggapan ketika istri itu bekerja maka permasalahan akan muncul di dalam keluarga. Yang merasakan dampaknya terutama adalah
anak.  Anak  menjadi  kurang  waktu  pengasuhannya.  Tugas  rumah  tangga  pun menjadi  terbengkalai.  Hal  ini  menimbulkan  gangguan  ketidaknyamanan
dalam diri  SW. SW merasa bahwa istri  yang bekerja itu tidak sesuai dengan keinginan  dirinya.  SW  menginginkan  istri  itu  lebih  berfokus  pada  keluarga.
Ketika SW dan istri sama-sama berkarir, SW merasa menjadi bersaing dengan sang  istri.  SW  merasa  tersaingi  ketika  ia  dan  istri  sama-sama  ingin
mendahulukan  tanggung  Jawab  mereka  pada  pekerjaan  dan  menjadi  kurang memperhatikan  kebutuhan  rumah  dan  keluarga.  Ia  merasa  khawatir  hal  ini
akan  menjadi  perusak  keharmonisan  keluarga,  karena  SW  beranggapan seharusnya  mereka  tidak  perlu  sampai  merasa  bersaing.  SW  menginginkan
istrilah yang seharusnya mengalah, karena peran sesungguhnya istri berada di rumah.
Pada  subjek  AM,  memiliki  istri  yang  bekerja  itu  tidak  sesuai  peran yang  seharusnya  dilakukan  oleh  perempuan.  Hal  ini  berdasarkan  pandangan
ajaran  dalam  agama,  bahwa  istri  itu  berada  di  rumah  dan  tidak  bekerja. Sedangkan pada era modern saat ini, istri bisa berperan tidak hanya di dalam
rumah  melainkan  bekerja.  AM  merasa  bahwa  istrinya  memiliki  ilmu  yang harus  diterapkan  dalam  kehidupan.  Sehingga  ia  memperbolehkan  istrinya
bekerja.  AM  juga  merasa  bersyukur  karena  status  sosial  keluarganya dipandang  baik.  Hal  ini  disebabkan  oleh  AM  dan  istri  yang  sama-sama
bekerja dianggap mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari  makna  kelima  subjek  penelitian  ini  maka  ditemukan  lah  dua
makna  pengalaman  laki-laki  Jawa  tentang  istri  yang  bekerja.  Makna  peran istri bagi subjek penelitian adalah memiliki istri bekerja merupakan hal  yang
berarti.  Memiliki  istri  yang  bekerja  itu  meningkatkan  harga  diri  yang  positif pada laki-laki Jawa karena pandangan  yang baik dari masyarakat. Selain itu,
mengalami  pengalaman  memiliki  istri  yang  bekerja  membutuhkan  kesiapan. Berbagai  perasaan  muncul  pada  laki-laki  ketika  istri  bekerja.  Perasaan-
perasaan  yang dirasakan oleh kelima subjek  menunjukkan adanya penemuan makna.  Makna  kedua  dari  pengalaman  tentang  istri  bekerja  adalah  sebagai
laki-laki  Jawa  merasa perannya terancam  oleh adanya perubahan peran  yang dilakukan istri yang bekerja.
1. Makna pertama menunjukkan bahwa istri bekerja itu meningkatkan
harga  diri  yang  positif  pada  laki-laki  Jawa  karena  mendapatkan pandangan yang baik dari masyarakat
Dari  kelima  subjek  penelitian,  empat  diantaranya  berpendapat bahwa  memiliki  istri  bekerja  itu  membantu  dalam  hal  perekonomian
keluarga, sedangkan salah satu subjek berpendapat bahwa istri bekerja itu membantu menyelesaikan permasalahan yang ada. Ketika istri bekerja itu
membantu  perekonomian  keluarga  laki-laki  ada  yang  merasa  senang, merasa beruntung, merasa bangga, dan merasa bersyukur. Status sosial di
dalam  masyarakat  menjadi  lebih  baik.  Pasangan  suami  istri  yang  bekerja dianggap  bisa  menjadi  panutan  dan  di  segani  dalam  masyarakat.
Anggapan dan pandangan yang baik dari masyarakat ini membentuk harga diri yang positif dalam diri laki-laki
2. Makna kedua menunjukkan bahwa laki-laki Jawa merasa perannya
terancam oleh adanya perubahan peran yang dilakukan istri bekerja
Dari  subjek  penelitian  diketahui  bahwa  memiliki  istri  bekerja membutuhkan  kesiapan  secara  mental.  Laki-laki  merasa  perannya  oleh
adanya  perubahan  peran  yang  dilakukan  oleh  perempuan  sebagai  istri
yang bekerja. Hal ini disebabkan oleh adanya gambaran-gambaran tentang peran istri yang tidak sesuai dengan kenyataan yang subjek alami.
Subjek  yang  belum  siap  menerima  walaupun  sudah  menjalani pengalaman
tersebut merasakan
dampak-dampak yang
kurang menyenangkan.  Subjek  menjadi  merasa  minder  ketika  istri  memiliki
pekerjaan  dan  penghasilan  yang  baik.  Subjek  merasakan  gangguan kenyamanan  di  dalam  keluarga  ketika  timbul  permasalahan  berkaitan
dengan  urusan  rumah  tangga  dan  waktu  pengasuhan  anak  yang  kurang. Ketika  mengerjakan  tugas  rumah  tangga  subjek  tidak  mau  dipaksa
melainkan  atas  dasar  kemauan  diri  sendiri.  Rasa  kecewa  muncul  ketika harapan subjek akan peran seorang istri di dalam keluarga tidak terpenuhi.
Ketika  permasalahan  yang  muncul  belum  ditemukan  cara  mengatasinya subjek merasa stress. Selain itu, dalam menghadapi resiko pekerjaan istri
subjek rasa khawatir muncul dalam diri subjek. Perasaan-perasaan  yang  dirasakan  oleh  laki-laki  ini  membuat
mereka  merasa  bahwa  perannya  terancam  oleh  kemampuan  perempuan menjalankan peran yang serupa dengan yang dijalankan oleh laki-laki.
C. Pembahasan
Dari  hasil  penelitian,  diperoleh  makna  dari  pengalaman  laki-laki  Jawa tentang istri yang bekerja. Peran istri dalam keluarga Jawa lebih dikenal berada di
rumah mengurus rumah tangga, anak dan keluarga. Sedangkan laki-laki bekerja di luar rumah untuk  mencari nafkah bagi  keluarga.  Kenyataan  yang dialami adalah
laki-laki Jawa ini memiliki pasangan yang tidak  hanya berperan di dalam rumah melainkan  berperan  serupa  dengan  peran  laki-laki  yaitu  bekerja  dan  memiliki
penghasilan.  Peran  yang  diambil  oleh  perempuan  sebagai  istri  yang  bekerja mempengaruhi  banyak  hal  dalam  kehidupan  berkeluarga.  Hal  tersebut  dirasakan
tidak  hanya  dari  perempuan  sebagai  pelaku  pergeseran  peran,  tetapi  khususnya bagi laki-laki yang merasakan dampak dari pergeseran peran perempuan tersebut.
Pengalaman  memiliki  istri  bekerja  bagi  laki-laki  Jawa  dapat  dilihat  dari bagaimana  mereka  menjalani  perubahan  peran  yang  ada.  Perasaan  timbul  ketika
laki-laki dihadapkan pada pengalaman memiliki istri yang bekerja. Memiliki istri yang  bekerja  sejak  awal  berumah  tangga  bukan  lah  sesuatu  yang  mudah  untuk
dijalani  oleh  laki-laki.  Istri  yang  diharapkan  bisa  terfokus  pada  kehidupan keluarga  dan  urusan  rumah  tangga,  melakukan  peran  yang  berbeda.  Waktu
digunakan  oleh  istri  sebagian  tidak  hanya  mengurus  keluarga  melainkan mengambil peran yang serupa dengan laki-laki yakni bekerja di luar rumah. Bagi
laki-laki  Jawa  sudah  sepantasnya  ia  menjadi  sosok  yang  mencari  nafkah  bagi keluarga. Namun pada kenyataannya pasangan mereka dapat melakukan hal yang
sama. Pengalaman ini menimbulkan berbagai perasaan  yang dirasakan oleh laki- laki  Jawa.  Terdapat  perasaan  yang  tidak  hanya  positif  tetapi  juga  negatif.
Perasaan  tersebut  timbul  karena  permasalahan  yang  dihadapi.  Menghadapi  istri