2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
2.1.2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa Santosa, dkk.,
2009: 5.18. Pembelajaran bahasa di SD harus difokuskan pada kemampuan siswa memahami dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan
sehari-hari Santosa, dkk., 2009: 6.1. Pembelajaran bahasa di SD mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk kebiasaan, sikap serta
kemampuan dasar yang diperlukan siswa untuk perkembangan selanjutnya. Pengajaran di SD bukan saja untuk berkomunikasi melainkan juga untuk
menyerap berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajarinya Akhadiah, dkk., 1991: 11.
Berdasarkan KTSP 2008: 317 ruang lingkup mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk Sekolah Dasar SDMadrasah Ibtidaiyah MI mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Standar kompetensi dan
kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian KTSP, 2008: 330.
2.1.2.2 Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa dalam ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia Depdiknas:
2006. Oleh karena itu, kemampuan berbicara adalah adalah salah satu
kompetensi yang harus dicapai dalam ruang lingkup kurikulum KTSP. Berbicara merupakan bahasa lisan yang seringkali dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Hurlock menjelaskan bahwa bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan
maksud Hurlock, 1978: 178. Berbicara menurut Tarigan 2008: 16 adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau
kata-katauntuk mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Tarigan bahwa berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Dari pernyataan di atas tersirat bahwa berbicara juga melibatkan seorang pembicara karena dalam
berbicara ada orang lain sebagai pendengar atau penyimak sehingga dapat dipahami bahwa berbicara akan menciptakan suatu komunikasi.
Senada dengan Greene dan Petty dalam Tarigan mengungkapkan bahwa keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif
banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif Tarigan, 2008: 3-4. Darmastuti 2006: 2 mengungkapkan komunikasi adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang pembicara komunikator kepada orang lain pendengar penyimak komunikan. Eugene Ehrlich dalam
bukunya “Komunikasi Lisan: teknik berbicara yang membawa ada ke jenjang
sukses ” memaparkan lima kunci rahasia yang dapat digunakan agar komunikasi
dapat berjalan efektif Darmastuti, 2006: 5. Lima kunci tersebut adalah:
1. Kontak mata. Kontak mata adalah kontak yang terjadi antara mata seorang
komunikator dengan mata seorang komunikan ketika mereka melakukan tindak komunikasi.
2. Berbicara agak keras agar cukup terdengar. Volume suara komunikator harus
terdengar oleh semua komunikan sehingga komunikan dapat mendengar pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator.
3. Jangan terlalu cepat. Gunakan kecepatan rata-rata supaya setiap orang
komunikan mampu untuk menerima dan memahami pesan apa yang pembicara komunikator sampaikan.
4. Ucapkan setiap kata dengan jelas. Setiap kata yang keluar dari mulut harus
menghasilkan kata-kata yang jelas. 5.
Hilangkan kebiasaan latah. Kebiasaan latah akan mengurangi rasa percaya pendengar terhadap pembicara. Kredibilitas pembicara akan menjadi turun.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif maka pembicara harus memahami makna
segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan Taringan, 2008: 16. Kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan
disampaikan kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan itu. Pesan adalah apa yang diinformasikan atau informasi apa
yang disampaikan dalam proses komunikasi Darmastuti, 2006: 1.
2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pend. Karakter