batak di kolam diberi pakan pelet. Menurut Effendie 1997 bahwa kebiasaan makanan ikan berubah sesuai dengan perubahan umur, musim dan ketersediaan
bahan makanan. Di habitat aslinya, ikan batak tersebut memakan tumbuhan dan hewan yang
terdapat di substratkerikil, sedangkan pada kondisi ex-situ memakan cacing, pellet dan lain-lain yang diberikan oleh para pembenih Barus, 2004. Pola
penyebaran ikan batak merupakan pola pensesuaian sesuai dengan tingkatan atau kelompok umur dalam perkembangan hidupnya, dari stadium larva sampai
dewasa. Semua jenis ikan membutuhkan zat-zat gizi yang baik terdiri dari protein,
lemak, karbohidrat vitamin dan mineral. Jumlah gizi yang diperlukan tergantung pada jenis, ukuran lingkungan hidup dan stadia reproduksi. Pakan berfungsi
sebagai sumber energi antara lain digunakan untuk pertahanan hidup, pertumbuhan dan proses perkembangbiakan reproduksi. Benih ikan yang baru
menetas belum memerlukan pakan dari luar selama 4-5 hari dikarenakan masih memiliki cadangan kuning telur. Pada hari ke 6 benih ikan memerlukan pakan
yang tepat yaitu pakan alami untuk membantu pertumbuhannya. Umumnya pakan alami ikan yang mengandung kadar protein tinggi. Makanan alami ikan berasal
dari berbagai kelompok tumbuhan dan hewan yang berada di perairan tersebut Djajasewaka, 1985.
2.4.2 Pertumbuhan Ikan
Menurut Effendie 1997, istilah sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Pertumbuhan
merupakan proses biologi yang komplek dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan digolongkan
menjadi dua bagian besar yatiu faktor dalam dan luar. Faktor dalam umumnya sukar dikontrol antara lain keturunan, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang
utama mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan, suhu perairan dan faktor- faktor kimia perairan, antara lain oksigen, karbondioksida, hidorgen sulfida, dan
keasaman.
Universitas Sumatera Utara
Sesudah masa larva berakhir bentuk ikan hampir serupa dengan induk. Beberapa bagian tubuhnya meneruskan pertumbuhannya. Pada umumnya
perubahan tadi hanya merupakan perubahan kecil saja seperti panjang sirip dan kemontokan ikan. Perubahan-perubahan itu dinamakan pertumbuhan allometrik.
Apabila pada ikan terdapat perubahan terus menerus secara proporsionil dalam tubuhnya dinamakan pertumbuhan isometrik Effendie, 1997.
2.4.3 Hubungan Panjang-Berat
Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai
pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Dengan
melakukan analisis hubungan panjang berat ikan tersebut maka pola pertumbuhan ikan dapat diketahui. Selanjutnya dapat diketahui bentuk tubuh ikan tersebut
gemuk atau kurus Effendie, 1997. Hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b, yaitu bila
b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat. Bila b ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk adalah
allometrik, yaitu bila b 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang,
menunjukkan keadaan ikan tersebut montok. Bila b 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada
pertambahan berat, menunjukkan keadaan ikan yang kurus. Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang dan berat ialah kita dapat menduga berat dari
panjang ikan atau sebaliknya, keterangan tentang ikan mengenai pertumbuhan, kemontokan, perubahan dari lingkungan Effendie, 1997.
2.4.4 Faktor Kondisi