Tabel 4.4 Nilai Faktor Fisik Kimia Perairan Sungai Asahan pada Masing-Masing Stasiun Penelitian
No Parameter
Satuan Baku Mutu
Stasiun 1
2 3
4 5
Fisik
1. Temperatur
°C 3
C dari suhu
alami 23
22 24
26 26
2. Kecerahan
cm -
80 65
70 76
75 3.
Intensitas Cahaya
candella -
1490 1055
1114 1778
1157 4.
Kecepatan Arus
ms -
0,5 0,8
0,6 0,5
0,9
Kimia
5. pH
- 6-9
6,2 6,3
6,3 6,5
6,6 6.
DO mgl
≥ 6 8,2
8,0 7,6
7,1 7,6
7. BOD
5
mgl 6
4,6 4,1
3,2 3,1
3,9 8.
NO
3
mgl 20
0,1 0,2
0,2 0,1
0,1 9.
PO
4
mgl 1
0,12 0,25
0,19 0,21
0,11
4.4.1 Temperatur Air
Dari pengamatan yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun penelitian diperoleh nilai temperatur berkisar antara 22-26ºC, dan temperatur
tertinggi terdapat pada stasiun 4 Sungai Parhitean dan stasiun 5 Sungai Hula- Huli, sedangkan temperatur terendah terdapat pada stasiun 2 Sungai Baturangin
sebesar 22ºC. Tingginya temperatur pada stasiun 4 Sungai Parhitean dan stasiun 5 Sungai Hula-Huli disebabkan karena lokasi pengamatan tersebut merupakan
hilir dari Sungai Asahan yang mana area ini masih terbuka sehingga langsung terkena panas matahari yang menyebabkan panas matahari langsung masuk
kedalam badan air. Selain itu juga yang menyebabkan temperatur tinggi pada stasiun 4 Sungai Parhitean dan stasiun 5 Sungai Hula-Huli karena stasiun ini
merupakan lokasi yang padat akan berbagai aktifitas manusia, seperti perkebunan sawit, pemukiman penduduk, jalur lintas, dan lain sebagainya. Rendahnya
temperatur pada stasiun 2 Sungai Baturangin disebabkan pada daerah ini terdapat vegetasi sehingga menghambat kontak panas matahari dengan badan air.
Suin 2002, menjelaskan kelarutan berbagai gas di dalam air serta semua aktifitas biologi-fisiologi di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur.
Pola temperatur ekosistem akuatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
Universitas Sumatera Utara
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang
tumbuh ditepi. Secara keseluruhan kelima stasiun penelitian tersebut masih dapat
mendukung bagi kehidupan ikan batak Tor douronensis. Perbedaan temperatur tersebut sangat berpengaruh terhadap aktifitas organisme akuatik di dalam air
tersebut. Menurut Suin 2002, bahwa berubahnya temperatur suatu badan air besar pengaruhnya terhadap komunitas akuatik. Naiknya temperatur perairan dari
yang biasa, karena banyaknya aktivitas yang terjadi pada badan air misalnya dapat menyebabkan organisme akuatik terganggu, sehingga dapat mengakibatkan
struktur komunitasnya berubah. Temperatur suatu perairan sangat mempengaruhi keberadaan ikan batak
Tor douronensis. Temperatur air yang tidak cocok, misalnya terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan ikan batak Tor douronensis tidak dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Temperatur air yang cocok untuk pertumbuhan ikan di daerah tropis adalah berkisar antara 15º-30º C dan perbedaan
temperatur antara siang dan malam kurang dari 5ºC Lioyd, 1980. Kisaran temperatur yang baik bagi ikan adalah antara 25ºC-35ºC. Kisaran temperatur ini
umumnya berada di daerah tropis. Hasil pengukuran temperatur pada kelima stasiun pada dasarnya masih normal dan belum membahayakan kehidupan ikan
batak Tor douronensis sesuai dengan baku mutu air sungai yang diterbitkan oleh Menteri Negara Lingkungan hidup dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tanggal 14 desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
4.4.2 Kecerahan Air