Sesudah  masa  larva  berakhir  bentuk  ikan  hampir  serupa  dengan  induk. Beberapa  bagian  tubuhnya  meneruskan  pertumbuhannya.  Pada  umumnya
perubahan  tadi  hanya  merupakan  perubahan  kecil  saja  seperti  panjang  sirip  dan kemontokan  ikan.  Perubahan-perubahan  itu  dinamakan  pertumbuhan  allometrik.
Apabila  pada  ikan  terdapat  perubahan  terus  menerus  secara  proporsionil  dalam tubuhnya dinamakan pertumbuhan isometrik Effendie, 1997.
2.4.3  Hubungan Panjang-Berat
Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan  berat  hampir  mengikuti  hukum  kubik  yaitu  bahwa  berat  ikan  sebagai
pangkat  tiga  dari  panjangnya.  Tetapi  hubungan  yang  terdapat  pada  ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Dengan
melakukan analisis hubungan panjang berat ikan tersebut maka pola pertumbuhan ikan  dapat  diketahui.  Selanjutnya  dapat  diketahui  bentuk  tubuh  ikan  tersebut
gemuk atau kurus Effendie, 1997. Hubungan  panjang  dan  berat  dapat  dilihat  dari  nilai  konstanta  b,  yaitu  bila
b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik pertambahan panjang seimbang dengan  pertambahan  berat.  Bila  b  ≠  3  maka  hubungan  yang  terbentuk  adalah
allometrik,  yaitu  bila  b    3  maka  hubungan  yang  terbentuk  adalah  allometrik positif  yaitu  pertambahan  berat  lebih  cepat  daripada  pertambahan  panjang,
menunjukkan keadaan ikan tersebut montok. Bila b  3, hubungan yang terbentuk adalah  allometrik  negatif  yaitu  pertambahan  panjang  lebih  cepat  daripada
pertambahan  berat,  menunjukkan  keadaan  ikan  yang  kurus.  Nilai  praktis  yang didapat  dari  perhitungan  panjang  dan  berat  ialah  kita  dapat  menduga  berat  dari
panjang  ikan  atau  sebaliknya,  keterangan  tentang  ikan  mengenai  pertumbuhan, kemontokan, perubahan dari lingkungan Effendie, 1997.
2.4.4  Faktor Kondisi
Faktor  kondisi  adalah  keadaan  yang  menyatakan  kemontokan  ikan  secara kualitas,  dimana  perhitungannya  didasarkan  pada  panjang  dan  berat  ikan.  Faktor
kondisi  atau  indeks  ponderal  dan  sering  disebut  faktor  K  yang  merupakan  hal
Universitas Sumatera Utara
yang  penting  dari  pertumbuhan  ikan.  Beragamnya  faktor  kondisi  salah  satunya disebabkan oleh pengaruh makanan Effendie, 1997.
Salah satu derivat penting dari pertumbuhan ialah faktor kondisi atau indek ponderal  dan  sering  disebut  pula  sebagai  faktor  K.  Faktor  kondisi  menunjukkan
keadaan  baik  dari  ikan  dilihat  dari  segi  kapasitas  fisik  untuk  survival.  Faktor kondisi  dapat  menjadi  indikator  kondisi  pertumbuhan  ikan  di  perairan.  Faktor
dalam dan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan ialah jumlah dan ukuran makanan  yang  tersedia,  jumlah  makanan  yang  menggunakan  sumber  makanan
yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor kualitas air, dan ukuran ikan. Faktor kondisi  biasanya  digunakan  untuk  menentukan  kecocokan  lingkungan  dan
membandingkan  berbagai  tempat  hidup.  Faktor  kondisi  berfluktuasi  dengan ukuran  ikan.  Ikan  yang  berukuran  kecil  mempunyai  kondisi  relatif  yang  tinggi,
kemudian  menurun  ketika  ikan  bertambah  besar.  Banyaknya  faktor  yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah rasio pemberian pakan dan berat
ikan.  Jadi  kondisi  di  sini  mempunyai  arti  dapat  memberi  keterangan  baik  secara
biologis atau secara komersial Effendie, 1997.
Selama  dalam  pertumbuhan,  tiap  pertambahan  berat  material  ikan  akan bertambah  panjang  dimana  perbandingan  liniernya  akan  tetap.  Dalam  hal  ini
dianggap bahwa berat ikan yang ideal sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan  berlaku  untuk  ikan  kecil  atau  besar.  Bila  terdapat  perubahan  panjang  atau
sebaliknya,  akan  menyebabkan  perubahan  nilai  perbandingan  tadi  Effendie, 1997.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1    Lokasi dan Waktu Penelitian