Menurut Barus 2004, sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus karena di suatu ekosistem, air sangat berfluktuasi dari periode ke
periode tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air serta kondisi substrat yang ada. Pada musim penghujan misalnya akan meningkatkan debit air dan sekaligus
mempengaruhi kecepatan arus. Adanya berbagai substrat pada dasar perairan akan menyebabkan kecepatan arus bervariasi. Pada alur sungai yang lurus arus tercepat
berada pada bagian tengah sungai. Hal ini sesuai dengan hukum fisika mengenai gesekan friction yang menyatakan bahwa daerah yang terbebas dari gesekan
akan mempunyai arus yang lebih cepat. Pada alur sungai yang membelok meander kecepatan arus paling tinggi berada pada bagian pinggir sungai, sesuai
dengan hukum fisika tentang putaran massa sentrifugal.
4.4.5 pH Derajat Keasaman
Derajat keasaman atau kebasaan pH pada setiap stasiun penelitian berkisar 6,2 -6,6. Nilai pH tertinggi terdapat pada stasiun 5 Sungai Hula-Huli sebesar 6,6
dan terendah pada stasiun 1 Sungai Ponot sebesar 6,2. Secara keseluruhan kisaran nilai pH pada kelima stasiun penelitian sudah memenuhi standar baku
mutu air untuk biota perairan berdasarkan Keputusan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember 2001, bahwa kisaran pH normal
perairan yang dapat menopang kehidupan organisme perairan adalah 6,00 - 9,00. Wardoyo 1983 menyatakan pH optimum berkisar 6,0 - 8,0 sedangkan Michael
1994, menyatakan nilai pH di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kemampuan air untuk melepas atau mengikat sejumlah ion hidrogen yang
menunjukkan larutan tersebut asam dan basa. Nilai pH air sangat berpengaruh terhadap organisme air, baik tumbuhan
maupun hewan yang hidup di dalamnya salah satu contohnya yaitu ikan batak Tor douronensis. pH air dapat digunakan untuk menyatakan baik buruknya
kondisi suatu perairan sebagai lingkungan hidup. Nilai pH air yang baik bagi pertumbuhan ikan yaitu berkisar antara 6,5 - 9,0 Lioyd, 1980.
Universitas Sumatera Utara
4.4.6 Oksigen Terlarut DO = Dissolved Oxygen
Nilai oksigen terlarut DO yang diperoleh dari kelima stasiun penelitian berkisar 7,1 - 8,2 mgl. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 1 Sungai Ponot
sebesar 8,2 mgl dan terendah pada stasiun 4 Sungai Parhitean sebesar 7,1 mgl. Rendahnya nilai DO pada stasiun 4 Sungai Parhitean disebabkan karena
banyaknya buangan sampah - sampah organik yang mudah membusuk yang berasal dari pemukiman penduduk. Menurut Lioyd 1980, penyebab utama
berkurangnya oksigen terlarut dalam air adalah adanya buangan bahan - bahan yang mudah membusuk. Untuk proses penguraian sampah - sampah organik
tersebut mokroorganisme pengurai membutuhkan oksigen. Perubahan kandungan oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh
terhadap hewan air contohnya yaitu ikan batak Tor douronensis. Oksigen di dalam air berguna untuk menunjang kehidupan ikan batak Tor douronensis dan
organisme air lainnya. Kadar oksigen terlarut di perairan yang ideal bagi pertumbuhan ikan
yaitu nilai DO ≥ 6 mgl. Pada kisaran 4 - 5 mgl ikan masih dapat bertahan hidup tetapi pertumbuhannya terhambat. Kelarutan oksigen
dipengaruhi oleh faktor temperatur, pada temperatur tinggi kelarutan oksigen rendah dan pada temperatur rendah kelarutan oksigen tinggi. Tiap - tiap spesies
biota akuatik mempunyai kisaran toleransi yang berbeda - beda terhadap konsentrasi oksigen terlarut di suatu perairan Wardoyo, 1983.
4.4.7 BOD