Neolissochilus sumatranus Genus Neolissochilus

gerakannya sangat gesit dan h idup berkelompok di “lubuk”, bagian terdalam pusaran sebuah sungai De Silva et al., 2004. Gambar 2.3 Tor tambroides

2.3.2 Genus Neolissochilus

Barus 2004 menyatakan bahwa ikan batak telah lama dikenal masyarakat Batak di Sumatera Utara. Ikan ini termasuk komoditas eksotis dan memiliki nilai religius tersendiri, terutama dalam upacara adat. Sekarang ikan tersebut mulai langka karena penangkapan yang berlebihan overfishing, serta perkembang biakan di alam yang menurun, akibat terganggunya kondisi lingkungan. Secara historis, pelestariannya telah lama dilakukan di Sungai Asahan. Prosesnya melibatkan hak adat, dengan adanya hukum adat untuk menangkap ukuran dan lokasi penangkapan pada daerah tertentu. Tetapi hal tersebut tidak juga mampu mengatasi tingkat penurunan populasi ikan batak khususnya dari genus Neolissochilus. Salah satu spesies dari genus ini yaitu, Neolissochilus sumateranus.

2.3.2.1 Neolissochilus sumatranus

Neolissochilus sumatranus memiliki ciri morfologi yaitu lebar badan 3,1-3,5 kali lebih pendek dari panjang standar, 7-8 sisik di depan sirip punggung, 4 baris pori-pori masing-masing memilki tubus yang keras pada masing-masing sisi moncong dan di bawah mata Kottelat et al., 1993. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4 Neolissochilus sumatranus 2.4 Aspek Biologi Ikan 2.4.1 Kebiasaan Makanan Setiap hewan membutuhkan energi dalam kehidupannya antara lain: untuk tumbuh, pemeliharaan tubuh, dan reproduksi yang bisa didapatkan dari makanan yang dimakan. Effendie 1997 menyatakan bahwa kebiasaan makanan merupakan ciri khas suatu spesies. Kebiasaan makanan food habits ikan berhubungan dengan kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan sedangkan kebiasaan cara memakan feeding habits ikan berhubungan dengan waktu, tempat, dan cara ikan memperoleh makanannya. Makanan yang tersedia akan mempengaruhi besarnya populasi ikan di suatu perairan. Makanan yang dipergunakan akan mempengaruhi sisa persediaan makanan di alam, dan dari makanan yang dimakan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan, kematangan seksual bagi tiap-tiap individu ikan, serta keberhasilan hidupnya Effendie, l997. Ada beberapa faktor yang dapat menentukan apakah suatu jenis ikan akan memakan makanannya, yaitu; ukuran makanan, ketersediaannya, perubahan musim, jenis kelamin, dan stadia hidupumur ikan. Nikolsky 1963 membagi makanan ikan menjadi beberapa kategori berdasarkan bagian terbesar yaitu makanan utama, makanan sekunder, makanan insidental, serta makanan pengganti. Makanan utama adalah makanan yang biasa dikonsumsi dan paling banyak ditemukan pada saluran pencernaan ikan. Makanan sekunder adalah makanan yang sering ditemukan dalam saluran pencemaan makanan ikan namun dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan makanan insidental yaitu makanan yang paling sedikit ditemukan di saluran pencemaan ikan, selain itu ada makanan Universitas Sumatera Utara penganti yaitu makanan yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak ada. Maksud dari mempelajari kebiasaan makanan ikan ialah untuk mengetahui gizi alamiah ikan dan untuk melihat hubungan ekologi ikan dengan organisme lain di perairan seperti pemangsaan, persaingan, dan rantai makanan. Jadi makanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi keberadaan populasi ikan Effendie, 1997. Struktur alat pencemaan ikan yang berperan terhadap adaptasi makanan adalah mulut, gigi, tapis insang, lambung dan usus Lagler, 1972. Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal dan berukuran kecil. Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan ikan tersebut akan dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relatif singkat ikan tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya maka ikan itu akan mengalami kelaparan dan kehabisan makanan yang mengakibatkan kematian. Hal inilah yang antara lain menyebabkan ikan pada waktu masa larva mempunyai mortalitas besar. Ikan yang berhasil mendapatkan makanan sesuai dengan ukuran mulut, setelah bertambah besar ikan itu akan merubah makanan baik dalam ukuran dan kualitasnya. Apabila telah dewasa ikan itu akan mengikuti pola kebiasaan induknya. Refleksi perubahan makanan ikan pada waktu kecil sebagai pemakan plankton dan bila dewasa mengikuti kebiasaan induknya dapat terlihat pada sisiknya. Susunan cirkuli dekat fokus lebih rapat dari pada susunan cirkuli yang jauh dari fokus yaitu pada ikan dewasa. Batas kedua macam susunan sirkuli ini dinamakan cincin larva Effendie, 1997.

2.4.1.1 Habitat dan Pakan Alami Ikan Batak Tor douronensis

Habitat asli ikan batak Tor douronensis umumnya di Sungai di daerah perbukitan dengan air yang jernih dan berarus kuat, ikan batak bersifat pemakan segalanya atau omnivora, artinya memakan bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan yang berasal dari tumbuhan yang jatuh ke dalam air berupa buah, biji-bijian, dan daun-daunan Barus, 2004. Ikan batak yang masih kecil cenderung memakan fitoplankton dan zooplankton. Untuk budidaya ikan Universitas Sumatera Utara batak di kolam diberi pakan pelet. Menurut Effendie 1997 bahwa kebiasaan makanan ikan berubah sesuai dengan perubahan umur, musim dan ketersediaan bahan makanan. Di habitat aslinya, ikan batak tersebut memakan tumbuhan dan hewan yang terdapat di substratkerikil, sedangkan pada kondisi ex-situ memakan cacing, pellet dan lain-lain yang diberikan oleh para pembenih Barus, 2004. Pola penyebaran ikan batak merupakan pola pensesuaian sesuai dengan tingkatan atau kelompok umur dalam perkembangan hidupnya, dari stadium larva sampai dewasa. Semua jenis ikan membutuhkan zat-zat gizi yang baik terdiri dari protein, lemak, karbohidrat vitamin dan mineral. Jumlah gizi yang diperlukan tergantung pada jenis, ukuran lingkungan hidup dan stadia reproduksi. Pakan berfungsi sebagai sumber energi antara lain digunakan untuk pertahanan hidup, pertumbuhan dan proses perkembangbiakan reproduksi. Benih ikan yang baru menetas belum memerlukan pakan dari luar selama 4-5 hari dikarenakan masih memiliki cadangan kuning telur. Pada hari ke 6 benih ikan memerlukan pakan yang tepat yaitu pakan alami untuk membantu pertumbuhannya. Umumnya pakan alami ikan yang mengandung kadar protein tinggi. Makanan alami ikan berasal dari berbagai kelompok tumbuhan dan hewan yang berada di perairan tersebut Djajasewaka, 1985.

2.4.2 Pertumbuhan Ikan