84
Pasangan muda ini sepertinya mengerti bahwa saya membutuhkan data semacam itu, sehingga tanpa harus ditanyapun obrolan kami mengalir ke hal-hal
seputar sebutan perempuan maksiat tadi. Sepertinya gandrung muda lebih punya tantangan besar dibanding para
gandrung senior. Seperti yang pernah dikeluhkan oleh Wiwik gandrung senior adik gandrung Darti, gandrung muda sekarang kadang tidak berpikir panjang.
Kadang mereka diminta duduk dipangkuan si tamu dan si gandrung mau saja, padahal kalau sudah begitu yang kena semua gandrung.
Dari pernyataan Wiwik tersebut,
84
dapat dipahami bahwa seolah-olah semua gandrung adalah “gampangan”. Dan masyarakat yang tidak menyukai
gandrung menyamaratakan moralitas semua gandrung jelek.
4. Penyuluhan
Merespon sangkaan negatif dari masyarakat tentang gandrung yang maksiat, pemerintah melakukan upaya-upaya penyuluhan. Penyuluhan tersebut
bertujuan agar gandrung tidak lagi dianggap sebuah kesenian yang maksiat dan bertentangan dengan moral serta agama.
Salah satu program kegiatan gandrungisasi adalah kelas penyuluhan yang dilakukan secara rutin, dengan pembicara yang berbeda-beda. Isi penyuluhan
antara lain seputar sikap perilaku di arena dan bagaimana berhadapan dengan para pemaju, khususnya pria-pria nakal.
5.Pendampingan
Pelaksanaan gandrungisasi, memberi kesanadanya unsur formatisasi tarian beserta segenap penarinya. Seolah-olah DKB, punya otoritas dalam formatisasi
84
SRINTIL”,Eds.3,2006
85
tersebut. DKB seperti berkepentingan dalam penyeragaman perempuan penari gandrung, mulai dari sikap, tingkah laku bahkan gerakan. Pendampingan
diberlakukan terhadap semua gandrung, melalui peguyuban gandrung DKB, hingga melakukan kontroling yang acukup intensif. Bentuk kontroling ini adalah
kehadiran oang-orang DKB dalam setiap pertemuan paguyuban kesenian gandrung.
DKB juga gencar melakukan upaya rekonstruksi, utamanya pada nilai- nilai moralitas, dengan mengatur perilaku di arena gandrung. Dalam rekonstruksi
ini ada pemahaman benar-salah serta boleh tidak. Misalnya; ada himbauan agar tidak terjadi “cinta lokasi”, karena ini menjadi salah satu masalah yang selama ini
mereka hadapi. Disisi lain, para penari gandrung perempuan ‘diuntungkan’ dengan
kemudahan dalam mendapat order pentas, atau jika ada yang sakit ada jaminan khusus bagi gandrung Senior.
Namun, tidak bisa dihindari bahwa kesenian gandrung Banyuwangi kini dalam kuasa penuh DKB. Bisa dikatakan bahwa
gandrung Banyuwangi yang sekarang adalah Gandrung ciptaan DKB. Karena secara faktual, DKB telah melakukan rekontruksi habis-habisan melalui program
pembentukan identitas baru kota Banyuwangi sebagai kota budaya. Semua elemen dalam masyarakat pun dilibatkan, dan pemegang kunci utama adalah para
gandrung yang menjadi maskot kota.Kontruksi yang ingin dibentuk adalah Banyuwangi sebagai kota kabupaten yang berbudaya, sekaligus kontruksi penari
gandrung perempuan sebagai perempuan bermoral dan pekerja budayayang profesional.
86
G. Kesimpulan