54
bantuan berupa makanan atau uang. Bahkan ada himbauan dari seorang kerabat Temu, yang ditujukan kepada para pewawancara untuk memberi uang setiap kali
selesai wawancara. Dan bagi para siswa SMA yang belajar gandrung kepadanya, paling tidak setiap kali Dating memberi urunan sebesar Rp.5000 orang.
Dibanding berbagai kisah hidup para gandrung senior, saya melihat ada semacam kesan dari para gandrung muda sekarang ini untuk tidak hanya
menggantungkan diri pada keahlian menggandrung, tetapi lebih kreatif dengan bergabung bersama kelompok nyanyi atau kelompok kesenian lainnya. Selain itu,
pendidikan harus terus dijalankan bahkan hingga keperguruan tinggi.
2. Praktik Olah Tubuh Penari Gandrung
Menjadi gandrung membutuhkan profesionalisme. Para penari gandrung harus serius menjaga diri mereka agar tetap bugar dan tidak mudah sakit. Selain
itu, mereka juga harus menjaga kualitas suara agar tidak mengecewakan ketika harus bernyanyi saat di atas pentas. Penjagaan suara ini salah satunya dilakukan
dengan tidak makan goreng-gorengan serta melakukan gurah untuk menjaga keindahan suara. Para gandrung ini juga rutin minum jamu untuk menjaga
kebugaran, menjaga kesehatan kulit serta penampilan. Mereka sesekali juga harus luluran supaya kulit tetap halus dan terawat. Ketika pentas, para gandrung ini
harus merias wajah dengan total, sehingga penampilan mereka tidak mengecewakan penonton.
56
Kain yang melilit bagian pinggang kebawah para penari gandrung juga dibuat sangat ketatagar sepanjang malam mereka tahan untuk tidak ke toilet. Oleh
karena itu mereka memiliki cara tersendiri untuk mengikat bagian bawah perut
56
Wawancara dengan Mudaiyah, di rumahnya tgl. 10Mei 2011
55
sekencang-kencangnya untuk menekan saluran urine, supaya selama pertunjukan hasrat buang air kecil dapat ditahan. Untuk menahan kantuk, mereka mereka
minum semacam pil khusus yang membuat tubuh tetap segar. Segala upaya memang dilakukan para gandrung ini agar setiap penampilan diatas panggung
terlihat prima hingga pagi hari. Temu berperawakan tinggi ramping dan berleher panjang. Di usianya yang
ke 53 tubuh Temu tetap terlihat sangat terawat.Begitu juga dengan Mudaiyah yang perawakan kecil ramping dan berleher panjang. Menurut Mudaiyah itulah
ciri-ciri tubuh idaman untuk menjadi seorang gandrung. Pendapat ini menurut saya amat menarik untuk dicermati, karena ketika saya melihat gandrung Darti,
diusianya yang sama dengan Temu, tubuhnya terlihat sedikit gemuk. Namun bagi Darti soal perubahan bentuk tubuh sepertinya tidak jadi masalah. Walaupun
gemuk ia masih saja menerima undangan menggandrung di tempat lain, bahkan di Jakarta bersama kelompok tari pimpinan Dedy Lutan.
Satu malam, ketika saya berada di rumah kediaman Temu, sambil menunggu waktu berangkat manggung, datanglah seorang gandrung muda
ditemani suaminya. Bernama Reni, perempuan muda ini berusia sekitar 25 tahun. Tubuhnya tinggi besar,bagian dada dan bokongnya kelihatan besar, apalagi kaos
dan celana panjang yang dipakai pada waktu itu kelihatan sekali memperlihatkan lekuk tubuh Reni.Si suami menghampiri saya dan berkata, “Ibu, kalau orang
nyandu obat atau rokok saya nyandu istri saya”.
57
Pernyataan ini sungguh tidak saya duga. Reni rupanya juga mendengar apa yang dikatakan suaminya. “Sejak kemarin saya tidak ‘nyampur’ dengan istri, ada
57
Hasil pengamatan lapangan 11 Mei 2011
56
pantangan tidak boleh ‘nyampur’ tiga hari sebelum pentas, agar stamina terjaga”, lanjut suami Reni itu, yang -sebut saja- bernama Hasan.
Malam itu Hasan ikut bersama kami rombongan ke lokasi gandrung. Padahal gandrung yang lain tidak diantar oleh suami. Menurut kasak kusuk,
Hasan melakukan ini terhadap istrinya karena dia overprotectif terhadap istrinya.Padahal anak mereka, ditinggal dirumah sendirian.
Aktifitas perempuan gandrung berupa pentas yang dilakukan pada malam hari merupakan sebuah kerja professional berorientasi pada uang. Dalam
pengamatan saya, Temu dan Reni gandrung hasil didikan Temu bersedia menerima undangan pentas dimana saja kapan saja, karena mereka harus
membiayai hidup keluarganya. Menurut Reni, suaminya tidak mempunyai pekerjaan yang jelas sehingga setiap ada kesempatan gandrung pasti akan
diterimanaya. Selain menjaga kesehatan, memelihara tubuh serta suara, para perempuan
gandrung juga harus pandai menjaga sikap dan tingkah laku agar terlihat tenang. Sikap santun dan mampu menguasai emosi harus dimiliki, terutama ketika berada
di atas panggung. Sikap ini diperlukan karena mereka tidak pernah tahu siapa saja tamu yang akan datang.
58
Tua, muda, miskin maupun kaya, semua harus dilayani dengan cara yang sama.
Tidak jarang ada tamu yang nakal, ingin pegang-pegang atau bicara dengan nada melecehkan. Seperti yang diceritaka Reni kepada saya, bahwa pada
satu hari ada seorang pemaju yang membisikan “Daripada semalaman disini ayo temeni saya tidur di hotel”. Tentu Reni menolaknya dengan nada yang
58
Wawancara dengan pasangan Reni dan Hasan di kediaman gandrung Temu13 Mei 2011,
57
sopan.Namun jawaban Reni itu ditanggapi lagi dengan “Ayolah,sedikit aja, ujungnya aja juga tidak apa-apa”. Selain itu, juga pernah ada tamu yang
mengatakan kepada penari gandrung “Eh…, tidur bareng aku yuk.” Atau pada saat menari bersama sikap tubuh tamu itu terkesan agresif seperti ingin menyentuh
bagian pinggul atau dengan sengaja wajahnya dihadapkan persis didepan payudara si gandrung.
59
Godaan dan pelecehan yang dihadapi oleh Reni itu adalah hal yang biasa. Bagi para gandrung, hal-hal seperti itutentu harus dihadapi dengan
tenang dan sikap bijak. Mudaiyah adalah salah seorang gandrung senior yang kelincahan geraknya
telah dikenal orang.Bahkan menurutnya ada pihak-pihak yang mengkritik gerakannya keluar dari pakem gandrung. Kelincahannya dalam gerak tari mampu
menghidupkan suasana pesta menjadi lebih meriah kadang mengundang tawa. Kalau ada seorang pemaju yang tidak bisa mengimbangi gerakannya.
Mudaiyah, tidak segan-segan mengajari tamu yang tidak bisa ngibing atau malu- malu. Baginya tugas utama sebagai penari gandrung adalah menghibur para tamu
undangan, baik tua ataupun muda, berduit ataupun tidak berduit. Mudaiyah selalu berusaha
peka pada
suasana sekitar
panggung untuk
menciptakan kegembiraan.
60
Baginya, jika para tamu terhibur dan senang ia berarti telah berhasil menunaikan tugasnya sebagai penari gandrung.
3.Pertunjukan Gandrung Terop
Hari itu bulan Mei 2011, adalah observasi lapangan pertama saya dalam pertunjukan gandrung terop. Pertunjukan ini untukmenghibur para tamu
untdangan warga desa dalam acara syukuran sunatan. Bersama kelompok sopo
59
Diperkuat hasil pengamatan lapangan tanggal 12 Mei 2011
60
Hasil wawancara tanggal 10Mei 2011, di rumah Gandrung Mudaiyah
58
ngiro, antara lain ada gandrung Mia dan Viroh. Para pemusik antara lain Karman,
sebagai pemain kendang kempul, Surip memainkan trianglesekaligus menjadi kluncing,
Tarpin sebagai pemain gong,
61
Sejak sebelum Maghrib saya sudah berada di rumah Temu untuk melihat persiapan pentas malam itu. Seorang perempuan setengah baya sibuk
mempersiapkan kostum lengkap dengan amprok berikut syarat-syaratnya, seperti kembang sepatu warna merah serta peralatan rias lainnya.
Beruntung disekitar rumah tetangga masih ditemukan kembang sepatu berwarna merah, dan saya menemani perempuan ini memetiknya. Setibanya di
rumah, mulai dipersiapkan bedak bubuk dan segala rupa.Ada air dalam botol, dan mangkok plastik.Belakangan saya baru tahu kalau mangkok plastik itu untuk
tempat campuran bedak bubuk serta air mawar. Bedak bubuk itu itu nantinya akan diborehkan keseluruh tubuh Temu, sehingga warna kulit Temu nampak lebih
kuning dan bersinar. Menjelang pukul 19:00 datang Mia, seorang gandrung muda asuhan
Temuberusia 25 tahun. Kemudian menjelang pukul 20:00 datanglah mobil bak tertutup yang didalamnya terdapat alat musik yang akan digunakan untuk
mengiringi pentas malam ini, berupa kendang kempul, gong, serta kluncing. Dengan mobil inilah kami berangkat ke lokasi yang letaknya
membutuhkan waktu kurang lebih satu jam perjalanan. Sebuah perjalanan yang lumayan lama serta menantang. Kondisi jalan yang berbatu serta licin akibat hujan
lebat yang baru saja turun membuat saya sedikit gugup, jangan-jangan kami tidak bisa sampai dengan selamat. Tetapi melihat seluruh rombongan gandrung tampak
61
Karman, Surip, Tarpin adalah nama samaran.
59
santai, dan sopir sepertinya sudah terbiasa dengan kondisi itu, membuat saya lebih tenang.
Setibanya di lokasi, rombongan “Sopo Ngiro” ini masih harus melewati pematang sawah yang becek dan licin. Tetapi tampaknya hal ini sudah menjadi
hal biasa bagi mereka. Tidak ada wajah-wajah yang takut saat melewati pematang sawah itu. Mereka malah tertawa-tawa dan bercanda dengan sesama rombongan.
Sepertiya hanya saya yang takut terpeleset melewati pematang yang becek dan berlumpur itu.
Sampai di rumah yang punya gawe, rombongan ini sudah ditunggu oleh yang empunya rumah serta seluruh tamu undangan. Setelah istirahat kira-kira 15
menit sambil minum teh, kelompok pemusik bersiap menata peralatan musik. Gandrung Temu dan Mia kemudian masuk kerumah empunya pesta dan mulai
mempersiapkan diri. Sesampainya di ruang tamu empunya pesta, kedua gandrung ini membongkar tas dan mengeluarkan isinya lalu mulai berdandan.
Ruang berdandan ini dipenuhi oleh anak-anak dan perempuan. Mereka menonton para gandrung ini berhias diri, bahkan si anak yang disunat sengaja
dibawa masuk ruangan.Alat rias yang dipunyai Mia bermerek LaTulip. Alat-alat itu terlihat tersusun sangat teratur. Sementara peralatan dandan Temu tampak
seadanya, misalnya bedak Viva kantong plastikan, gincu merah yang sudah tak terurus serta bulu mata palsu yang juga sudah tidak pada tempatnya.
Ketika berganti kostum, Temu dengan santai membuka baju dan kutang didepan anak-anak dan perempuan yang menonton. Berbeda dengan Mia yang
saat ganti kostum masuk kedalam kamar hingga siap pentas.
60
Mia sedang berdandan-foto koleksi pribadi Kelompok gandrung ini ditanggap berdasarkan nadhar seorang nenek
terhadap cucunya. Nenek itu mengatakan kepada cucunya bahwa ia akan nanggap gandrung kalaucucu pertama laki-lakinya disunat.
Untuk menyatakan bahwa nadhar telah dibayar, dibuatlah satu ritual kecil. Ritual ini dilakukan oleh pihak keluarga yang terdiri dari suami, istri serta
didampingi gandrung Mia dan gandrung Viroh.
62
Setelah pihak keluarga mengatakan “Hutang sudah dibayar, maka jangan ada yang menagih lagi,” dan
dilanjutkan “Bismillahirrahmanirrahim,” mereka akan saling menarik ujung ketupat sehingga beras yang ada di dalamnya keluar berantakan. Kemudian
setelah ritual kecil itu selesai dilakukan, arena gandrung dibuka oleh gandrung Mia dan gandrung Viroh.
Meja-meja tamu penuh diisi oleh laki-laki. Hanya ada satu perempuan pada meja itu. Saya kemudian mengamati orang-orang yang duduk di meja tamu
tersebut. Di meja satu terlihat satu orang menaruh bir bintang di atas meja. Meja dua fmengeluarkan botol-botol plastik Aqua, yang kalau diperhatikan, dan saya
yakin, itu bukan air putih melainkan semacam minuman beralkohol seperti ciu
62
Gandrung Viroh, anak asuh Temu yang datang terlambat karena alasan hujan, datang bersama ayahnya dalam keadaan sudah dirias hanya benrganti kostum yang dilakukan dengan
cepat dibantu si ayah.
61
atau sejenisnya. Meja tiga berisi bir bintang. Di setiap meja hanya ada satu gelas, dan ada satu orang yang menuangkan kedalam gelas dan memberikan kepada
teman semeja, begitu seterusnya. Katanya pemberian itu tidak boleh ditolak sebagai bentuk pertemanan dan solidaritas. Dan berbagi minuman lintas meja
amat dimungkinkan. Gandrung duduk di meja satusambil ngobrol-ngobrol dengan tamu. Sejauh
pengamatan saya, tidak terlihat sekalipun gandrung ikut minum atau merokok. Gandrung hanya menghibur dan menuruti kemauan tamu pilihannya. Dua orang
gandrung menari dengan iringan gending atau menyanyi sambil menari sendiri. Terkadang mereka menerima uang atau saweran dengan tangan mereka,
untukkemudian diselipkan di balik kemben mereka. Begitu seterusnya hingga secara adil setiap meja mendapatkan giliran yang sama.
Jika ada yang ingin si penari gandrung tetap semeja, maka harus minta ijin pada petugas supaya meja lain tidak iri hati. Selama pertunjukan ini berlangsung
ada seorang laki-laki yang bertugas mengatur perpindahan gandrung dari satu meja kemeja lain dan menjaga keamanan saat tari berpasangan belangsung.
Menjelang jam 12 malam arena gandrung terbuka dimulai. Pemaju mulai menari bersama gandrung pilihan mereka. Kelihatan sekali gerakan-gerakan
agresif yang terkadang mengundang tawa atau kengerian untuk saya.Tidak jarang terjadi pelecehan terhadap si penari. Entah itu berupa kata-kata maupun
tindakan. Misalnya “mhhh gemes aku karo susune”, atau para undangan tertawa- tawa ketika melihat pemaju yang begitu agresif seolah ingin mengejar gandrung.
Tangar, merupakan salah satu gerak yang sering dipakai oleh penari gandrung ketika berada di arena. Tangar dilakukan untuk menolak, menghindar
62
atau melindungi diri dari pemaju yang terlalu agresif, seperti hendak mencium, menyentuh juga memandang bagian tubuh gandrung yang sensual.Jika terlalu
lama dibiarkan memandang, biasanya para pemaju ini akan melakukan tindakan yang tergolong nekat seperti menyeruduk para gandrung. Dibutuhkan skill untuk
melakukan gerakan ini dan gandrung harus selalu waspada jika berada diatas panggung.
Kadang saya sendiri merasa cemas jika sudah ada pemaju yang menari terlalu dekat dengan gandrung. Pada saat seperti inilah gandrung harus melempar
sampur dan berputar dengan lembut serta cepat. Inilah gerakan tangar. Viroh, seorang gandrung yang berusia sekitar 20 tahun. Ia adalah
gandrung muda cantik kelihatan ABG = Anak Baru Gede. Viroh berguru gandrung pada Temu.Entah sudah berapa kali Viroh pentas bersama
gurunya.Malam itu ada seorang pemaju yang sudah agak mabuk dan kepalanya hampir menyeruduk payudara Viroh. Viroh tampak amat ketakutan.Dengan cepat
tangannya mendorong kepala si pemajuhingga jarak mereka menjadi jauh. Apa yang dilakukan Viroh, itu adalah spontanitas seorang perempuan yang menghidar
dari tindakan yang melecehkan profesinya sebagai penari.Tindakan pelecehan lainnya adalah memegang pinggul, merangkul atau hampir mencium si penari.
Semakin malam kegilaan pentas semakin menjadi. Para pemaju sudah mulai mabuk sementara para gandrung harus lebih lincah lagi jika tidak ingin
dicium atau dipeluk. Menurut beberapa orang, kadang memang tidak bisa dihindari gerakan-gerakan yang melecehkan gandrung, karena itu gandrung harus
gesit dan pandai menghindar. Semakin pagi tamu yang tertinggal hanya beberapa, tapi merekalah yang mabuk berat, bahkan tidak mau berhenti menari.
63
Sesaat sebelum azan subuh terdengar, gandrung harus disudahi dengan tarian penutup yang disebut seblang subuh. Tapi sayang, pagi itu tarian penutup
tidak dilakukan karena semua pemaju mabuk dan waktu sudah lewat. Sehingga pagi itu gandrung ditutup begitu saja tanpa ritual penutup.
Berbeda dengan pesta pernikahan
63
yang saya hadiri beberapa hari setelahnya.Terlihat para tamu duduk di kursi-kursi yang tersedia. Dalam satu meja
bundar ada sekitar 6 kursi yang diduduki tamu. Kami agak terlambat datang karena lokasi agak jauh. Dari pengamatan saya, saya melihat ketika rombongan
turun dari mobil, semua orang saling memberi kabar bahwa gandrung sudah datang dan anak-anak berlarian untuk mengelilingi tempat pesta.
Terlihat para tamu sudah memenuhi kursi-kursi undangan yang memang disediakan untuk kelompok gandrung ini. Karena alasan sudah terlambat, kami
langsung ke ruang dandan dan mempersiapkan diri untuk mentas. Perbedaan lainnya, ruang dandan terlihat lebih tertutup. Yang ada hanya tim gandrung dan
tukang rias pengantin. Kalau di acara pesta sunat, gandrung Temu membuka dengan ngremo. Di
pesta ini langsung dibuka dengan tari Jejer tari pembuka gandrung. Menurut gandrung Temuhal itu dilakukan sesuai permintaan yang punya gawe.Selanjutnya
pesta berjalan dengan sangat meriah, kali ini penonton perempuannya banyak, kemungkinan karena empunya gawe seorang tua yang tampaknya memiliki
keluarga besar cukup guyub. Malam itu dalam pesta pernikahan, aroma minuman keras cukup
terkendali, menurut beberapa pemusik, pengadaan minuman keras tergantung
63
Observasi kedua tanggal 13 Mei 2011
64
kerjasama antara empunya pesta dengan pemilik mimunan, dan tentu saja keputusan ada ditangan si empunya pesta.
4. Gandrung Sang Idola