80
Antara lain melalui simbol-simbol gerakan tangar dan kostum. Pertama, tangar
adalah satu gerakan kreatif yang dipakai oleh perempuan gandrung untuk bertahan dan menghindar. Tangarjuga menjadi simbol penolakan yang dapat
dibaca secara terbuka oleh penonton atau pasangan tarinya. Gerakan ini juga sekaligus sebuah pernyataan bahwa perempuan gandrung terop bukanlah
perempuan untuk dipegang-pegang atau dipermainkan.
2. Kluncing
Kluncing adalah orang yang menjadi penggembira dalam sebuah
pertunjukan gandrung. Tidak jarang kluncing ikut menyumbangkan suaranya dan dengan bebas menari. Dalam kelompok pengiring gandrung, kluncing duduk
dibagian paling depan sehingga jangkauan penglihatan arena gandrung lebih luas. Posisi ini dipilih karena tugas utamanya memang untuk mengawasi suasana pesta,
agar semua orang merasa gembira. Ia juga berfungsi untuk melindungi para gandrung dari pemaju yang kurang ajar.
Sepenglihatan saya, kluncing memegang peran yang sangat penting. Ia harus memiliki kriteria, sensitif terhadap atmosfir pesta, serta sensitif terhadap
orang-orang yang ada disekitanya. Sebut saja seorang kluncing bernama Pak Jo. Malam itu
77
ia menyanyikan beberapa lagu daerah sambil joget sendirian. Ia dua kali mengiringi lagu yang dinyanyikan Temu, dengan gerakan tari yangsengaja
dibuat lucu. Tariannya itu, kontan saja mengundang orang untuk tertawa. Peran lain yang berhasil saya amati adalah, cara kluncingmelindungi para
gandrung dari tindakan pelecehan pemaju. Mereka melindungi para gandrung tidak dengan aksi, tapi dengan suara yang juga terdengar melucu.Ketika seorang
77
Observasi tgl.14 Mei 2011
81
pemaju tiba-tiba gerakannya begitu agresif terhadap gandrung Reni, Pak Jo, berkata dengan suara keras “ awas Le’, sing duwe ono ge kene”, awas le, yang
punya ada di sini, disaat yang berbeda ia berkata“alon-alon Cak, toklek awakmu”.
Juga suara-suara tanpa arti seperti “joshhhhhhhh”.Suara inidikeluarkan pada waktu gandrung berhasil menghindar dari pemaju yang ingin
mencium.Kehadiran kluncing ini juga berarti sebagai tandabahwa para penari gandrung siap melindungi diri terhadap resiko-resiko yang akan dihadapi.
3. Pembuktian Tidak adanya Pelangaran Moral
Menagggapi sangkaan dari masyarakat bahwa perempuan penari gandrung tak bermoral,Temu menanggapi dengan mengatakan:
“tidak mungkin gandrung bisa main-main apa lagi selingkuh, kan gandrung datang ke lokasi pertunjukan tidak kenal siapa-
siapa, dan selama pertunjukan dilihat orang banyak, bagaimana mau main-main, setelah itu pulang kerumah masing-masing”
78
Saya memahami kegelisahan gandrung Temu, terhadap isu-isu negatif seputar gandrung muda. Dirinya pun sempat mengatakan keprihatinannya
“anak sekarang itu, ganti suami seperti ganti baju, kalau suka yang dipake kalau tidak yang ganti baru”
79
Temu bukan orang yang berhasil membangun rumah tangganya. Kedua suaminya pergi meninggalkan dirinya dan menikah dengan perempuan lain.
Alasannya sangat klasik, cemburu. Bagi Temu, menggandrung bukan sekedar profesi, tapi juga menyalurkan kesenangan dan menghibur orang lain.
Sebagai kepala keluarga, disamping mencari uang untuk keperluan sehari- hari, Temu juga harus melakukan pekerjaan domestik. Sepulang menggandrung
sepanjang malam, ia masih harus menyiapkan makan pagi untuk anaknya yang
78
Wawancara di rumah Temu mei 2011
79
Ibid.
82
akan berangkat sekolah. Ia juga harus menyiapkan buku dan pakaian bagi anaknya itu. Temu harus memperhatikan anaknya dengan ekstra karena, dapat
dimaklumi, anak angkat Temu itu mengalami isu tuli. Dengan adanya program gandrungisasi, para perempuan gandrung punya
perkumpulan yang dibawahi langsung oleh DKB. Dalam pertemuan rutin perkumpulan itu, sering ada penyuluhan berkaitan dengan profesionalisme serta
upaya meningkatkan kualitas gerak tari dan kemampuan menyanyi. Selain itu juga terdapat sejumlah masukan seputar sikap perilaku penari gandrung di arena dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan para gandrung. Sementara itu, gandrung Darti, menanggapi isu negatif tersebut dengan
wajah yang agak marah, dia mengatakan “itu tidak benar, yang benar ya …kami menari lalu mendapat
uang”
80
Mucklhis, suami Darti, menyambung, “saya tidak pernah mengantar Darti ke lokasi gandrung, supaya
dia mengalami kebebasan berekspresi dalam setiap interaksi dengan pemaju. Dan syukur alhamdulilah sampai hari ini saya
tidak pernah dengar hal-hal buruk tentang istri saya”
81
Dikatakannya juga, bahwa setiap kali bertemu dengan para suami-suami gandrung muda, saya katakan pada mereka agar memberi kepercayaan kepada
istri mereka. Berbeda dengan Mudaiyah, gandrung perempuan tengah baya yang masih
produktif, ia sering menerima panggilan pentas gandrung dan ajakan ikut rekaman lagu-lagu gandrung sekaligus rekaman menari gandrung. Pengalamannya menikah
80
Wawancara di rumah darti tgl.12 Mei 2011
81
ibid
83
dengan laki-laki yang masih berstatus suami orang, membuat dirinya enggan untuk menikah lagi. Ia bercerita:
“ngakunya duda cerai, mangkanya waktu dia datang kerumah saya senang dan mau saja waktu dilamar, ndak taunya setelah
beberapa bulan baru mengaku kalau masih bersama istrinya”
82
Perasaan dibohongi, membuat Mud panggilan akrabnya, enggan menikah lagi. Mud memutuskan untuk mengurus adik-adik, anak angkatnya dan mengurus
usaha salon kecantaikannya yang dikelola oleh anak angkatnya. Menanggapi isu-isu negatif mengenai profesinya Mud, menanggapi
dengan sikap datar, “biar saja orang mau bilang apa, wajar kalau ada orang cemburu,
bahkan sesama gandrungpun kadang tega memfintah sesama gandrung”
83
Lain lagi dengan gandrung Reni yang selalu diantar suaminya setiap kali mendapat panggilan menggandrung. Malam itu ia datang ke rumah temu bersama
suaminya, sebut saja Bandrun. Tanpa ditanya Badrun berkata “kalau orang nyandu rokok atau narkoba, kalau saya nyandu istri
saya”, dalam kesempatan lain , Bandrun berkata
“kalau istri saya mau pentas gandrung, tidak boleh di’naiki’, supaya punya tenaga untuk pentas semalaman”,
Reni, menyambung dengan mengatakan “mbak, saya pernah diajak untuk ketemuan di hotel, keesokan
harinya, tapi saya tolak dengan sopan, wah ajakan-ajakan seperti itu biasa mbak, karena itu tergantung gandrungnya mau diajak
atau tidak, karena namanya juga laki-laki selalu cari kesempatan” ujarnya.
82
Wawancara tanggal 14 Mei 2011
83
ibid
84
Pasangan muda ini sepertinya mengerti bahwa saya membutuhkan data semacam itu, sehingga tanpa harus ditanyapun obrolan kami mengalir ke hal-hal
seputar sebutan perempuan maksiat tadi. Sepertinya gandrung muda lebih punya tantangan besar dibanding para
gandrung senior. Seperti yang pernah dikeluhkan oleh Wiwik gandrung senior adik gandrung Darti, gandrung muda sekarang kadang tidak berpikir panjang.
Kadang mereka diminta duduk dipangkuan si tamu dan si gandrung mau saja, padahal kalau sudah begitu yang kena semua gandrung.
Dari pernyataan Wiwik tersebut,
84
dapat dipahami bahwa seolah-olah semua gandrung adalah “gampangan”. Dan masyarakat yang tidak menyukai
gandrung menyamaratakan moralitas semua gandrung jelek.
4. Penyuluhan