Gandrung Mudaiyah Profil Gandrung di Kemiren

45 Depan rumah Temu-foto koleksi pribadi Dalam kesehariannya para pengiring gandrung ini adalah petani, tidak jauh berbeda dengan Temu yang terkadang menjadi buruh tani. Rumah yang ditempati Temu sekarang merupakan rumah warisan yang sudah pernah direnovasi bertahun-tahun lalu.Sekarang, Temu tidak lagi bisa memperbaiki kerusakan apapun termasuk tidak bisamembeli lampu kamar mandi juga dapur yang mati entah sejak kapan. Kondisi keuangan Temu memang amat menyedihkan. Hal ini bisa dilihat dari kondisi rumahnya serta dari makanan yang dimakannya sehari-hari. Hari itu Tinah menggoreng gereh ikan asin yang harganya amat murah. Ia juga memasak sayur daun lontar yang dipetiknya dari kebon tetangga. Menurutnya kalau urusan makan, ia memang makan seadanya. Baginya, yang penting Amir bisa makan setiap hari. Menurut Temu, Amir makannya banyak sekali. “Maklum anak laki- laki”, kata Tinah sambil tertawa.

3. Gandrung Mudaiyah

46 Mudaiyah adalah gandrung berusia sekitar 48 tahun. Pagi itu ia kelihatan bugar memakai t-shirt berwarna hitam bermotif bunga dari payet perak.Saat kami datang, ia sedang menghias amprok hiasan kepala untuk kepentingan kostum gandrung yang baru dibuatnya. Kadang dia juga membuat kostum gandrung sendiri. Tidak heran kalau kostum gandrungnya selalu terlihat baru, karena dia merawatnya dengan baik. Mudaiyah pernah menikah dengan laki-laki yang ditemuinya di arena gandrung. Namun setelah selang beberapa waktu, ia mengetahui bahwa laki-laki yang ia nikahi tersebut sudah punya istri, maka dirinya memutuskan untuk berpisah secara baik-baik. Hingga kini relasi mereka berdua masih amat baik 47 . Mudaiyah bercerita, bahwa ketika sekolah dasar kelas tiga, ia lebih sering tidur di kelas ketimbang ikut mendengarkan guru mengajar. Kebiasaan tidurnya itu terjadi karena dirumah ia harus membantu orang tuanya melakukan pekerjaan rumah sekaligusmencari makan. Ia harus pergi nganksak memungut sisa-sisa padi orang panen atau pergi kesungai untukmencari udang atau ikan apa saja ikan sungai, supaya adik-adiknya bisa makan. Membatu tetangga agar mendapatkan sedikit makanan. Dalam hal akademik Mudaiyah memang ketinggalan jauh dari teman- temannya.Namun pada suatu hari ketika ada acara disekolah dan ia berlatih menari gandrung, seorang guru berkata kepadanya “Kamu akan menjadi penari gandrung terkenal”. Mud -begitu panggilan akrabnya- memang lebih suka menari daripada belajar di kelas. Ketika ia tidak naik kelas, ia memutuskan untuk tidak 47 Hasil wawancara dengan yang bersangkutan tanggal 6 Mei 2011 47 melanjutkan sekolah dan mulai berguru pada seorang gandrung terkenal dimasanya. Buah dari kerja kerasnya berlatih gandrung adalah kemakmuran ekonomi di masa depan yaitu sekarang ini. Sekarang Mud menikmati kemakmuran ekonomi bersama ibunya yang sudah semakin tua. Rumah besar dan cukup terawat bersih serta teratur dengan perlengkapan furniture yang kelihatan mewah untuk ukuran orang desa Kemiren. Lemari yang biasa dipakai untuk menyimpan barang-barang pajangan diruang tamu juga kelihatan mewah. Ia bercerita bahwa sejak pertama manggung gandrung, ia menyisihkan uangnya untuk ditabung dan sisanya untuk membantu kehidupan keluarga. Tabungannya lama-lama cukup untuk membeli sawah dan sapi, sehingga ayahnya tidak lagi menjadi buruh tani tetapi menjadi pemilik sawah yang diolahnya sendiri. Kemudian ia menabung lagi hingga akhirnya bisa memperbaiki rumahnya yang sekarang ditempati. Tidak sampai disitu, Mud menyadari bahwa menggandrung tidak akan dilakoninya seumur hidup, maka dia menabung dan memulai usaha salon kecantikan yang sekarang ini dikerjakan bersama dengan anak angkatnya. Mud juga melihat peluang usaha lainnya. Ia melihat bahwa banyak orang yang membutuhkan mobil kol terbuka untuk mengangkut sayuran atau hasil kebon lainnya. Maka Mud pun membeli mobil kol untuk disewakan kepada para petani pada saat musim panen raya tiba. Kemampuan Mud rupanya tidak sebatas pada menari gandrung. Ia juga pandaiberbisnis. Dengan kemampuannya itu, kini Mud mempunyai sejumlah anak angkat yang dibiayainya sekolah hingga SMA. Mud juga mampu memberikan modal kepada sejumlah orang yang ingin mengikuti jejaknya. 48 Diceritakan bahwa pantang baginya untuk menolak tawaran menggandrung. Meskipun sakit, jika tidak terlalu parah, ia pun pergi. Ini merupakan janji terhadap dirinya sendiri.Kadang tawaran bisa seminggu 2 sampai 3 kali, dan itu cukup melelahkan. Meskipun sekarang banyak gandrung muda, popularitas Mud belum pudar, mengingat Mud mempunyai keunikan sendiri dalam menari yang belum bisa ditiru oleh gandrung lainnya. Mud memiliki gaya jenaka serta ramahkepada setiap tamu yang hadir. 48 Mud termasuk gandrung yang rajin dan pintar.Kemampuanya melihat masa depan membantu dia menyiapkan diri menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Mud adalah tipe yang rajin bekerja. Tangannya tidak pernah berhenti melakukan pekerjaan. Ia rajin membuat dan menghias aprok gandrungnya sendiri, maka tidak heran jika amprok Mudselalu terlihat bagus dan ada corak-corak yang berubah. Sikap bersahabatnya terhadap siapa saja, terlihatdari keramahannya menerima saya dan menerima tamu seorang petugas dari Dewan Kesenian Blambangan DKB yang menjadi sahabatnya. Kedekatannya pada pemerintahan lokal, ternyata membuat posisinya aman. Mud selalu mendapat tawaran manggung atau mengajar tari.Saya menduga kedatangan orang dari DKB pada waktu itu berkaitan dengan pelatihan gandrung masal. 48 Diungkapkan pada saat wawancara tanggal 10 Mei 201i 49 Mudaiyah-foto koleksi pribadi Setelah berbicara dan mengamati kehidupan ketiga gandrung itu, saya melihat kesamaan diantara ketiganya. Bagi saya, mereka bertiga adalah perempuan-dperempuan pekerja seni tradisi profesional yangbekerja untuk kelangsungan hidup mereka sendiri dan sebenarnya tidak terlalu perduli dengan tradisi, Mereka menari gandrung semata-mata untuk uang saja. Kebetulan profesi mereka ini berkaitan erat dengan kesenian lokal, yang historis.

D. Wacana Seputar Gandrung