belajar lebih tinggi. Berikut adalah hasil uji-t satu arah menggunakan program SPSS.
- Hipotesis
� : � ≤ � � : � �
dimana � adalah rata-rata nilai angket kuesioner minat belajar siswa
kelas XI OC kelas eksperimen; � adalah rata-rata nilai angket
kuesioner minat belajar siswa kelas XI OA kelas kontrol. -
Statistik uji: uji t -
α = 0,05 -
Daerah kritis: � ditolak jika Sig. 2-tailed ∙ � = 0,1
- Output SPSS: t = 2,257 ; Sig. 2-tailed = 0,030
- Karena Sig. 2-tailed = 0,030 0,1 maka
� ditolak. Jadi, rata-rata nilai minat belajar siswa di kelas XI OC eksperimen lebih tinggi dari
pada kelas XI OA kontrol.
D. Pembahasan
1. Hasil Belajar
Dari analisis tes akhir yang telah dilakukan, didapat bahwa rata- rata nilai akhir hasil belajar di kelas XI OC kelas eksperimen tidak lebih
tinggi dibandingkan kelas XI OA kelas kontrol. Rata-rata nilai akhir hasil belajar di kelas XI OA yaitu 42,62 dan di kelas XI OC 41,88. Sedangkan
dari uji-t menggunakan program SPSS, menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan rata-rata nilai akhir hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas XI OC eksperimen dengan kelas XI OA kontrol. Sehingga dari
uji-t ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara penggunaan pembelajaran kooperatif berbasis
masalah dengan pembelajaran konvensional di kelas XI OC dan XI OA SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta. Hal ini bisa saja terjadi karena dalam
pelaksanaan penelitian ini menemui beberapa kendala, seperti: a.
Pelaksanaan penelitian hanya dilakukan dalam 2 pertemuan kegiatan belajar mengajar KBM dari 3 pertemuan KBM yang telah
direncanakan sebelumnya, karena keterbatasan waktu untuk menyelesaikan materi ajar di semester genap. Sehingga siswa juga
masih beradaptasi dengan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah yang diterapkan.
b. Tes akhir di kelas XI OC eksperimen dilaksanakan hanya 1 hari
setelah ulangan mid semester sehingga beberapa siswa merasa jenuh dengan tes. Sedangkan tes akhir di kelas XI OA kontrol tidak bisa
dilaksanakan pada 1 minggu yang sama dengan kelas XI OC karena jadwal pelajaran matematika di kelas XI OA pada 1 minggu tersebut
tepat pada tanggal merah atau libur sekolah sehingga diduga soal sudah menyebar.
Berikut adalah hasil analisis hasil belajar siswa di kedua kelas tersebut.
Tabel 4.11: Hasil Analisis Hasil Belajar Siswa di Kelas XI OC dan XI OA
Kriteria Hasil Belajar
Kelas XI OC Kelas XI OA
Jumlah Siswa
Persentase Jumlah
Siswa Persentase
Sangat Baik 1
5 Baik
2 10
1 5
Cukup 4
20 Kurang
8 40
6 30
Sangat Kurang 9
45 9
45 Dari tabel tersebut, modus kriteria hasil belajar kedua kelas adalah
“Sangat Kurang” dengan jumlah siswa untuk kedua kelas adalah sama, yaitu 9 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa di kedua kelas
tersebut mempunyai kemampuan akademik yang kurang baik dalam bidang matematika, khususnya pada pokok bahasan tabung dan kerucut. Namun
jika dilihat dari nilai tertinggi pada setiap kelas, kelas XI OC eksperimen memiliki nilai akhir yang lebih baik dibandingkan kelas XI OA kontrol
dengan nilai akhir hasil belajarnya adalah 92,5 sedangkan di kelas kontrol adalah 75 lihat tabel 4.9. Sedangkan dari tabel 4.11, terlihat bahwa untuk
kriteria hasil belajar “Baik” dan “Sangat Baik” di kelas eksperimen juga
lebih besar dibanding kelas kontrol, dengan persentase jumlah siswa di kelas eksperimen adalah 15 dan di kelas kontrol hanya 5. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif berbasis masalah dapat
memberikan dampak bagi siswa, yaitu siswa menjadi paham tentang konsep dari matematika. Sedangkan, untuk kriteria hasil
belajar “Cukup” persentase jumlah siswa di kelas eksperimen 0 dan di kelas kontrol 20.
Serta untuk kriteria hasil belajar “Kurang” dan “Sangat Kurang” persentase jumlah siswa di kelas eksperimen juga lebih besar daripada kelas kontrol,
yaitu masing-masing 85 dan 75. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang siginifikan antara model
pembelajaran kooperatif berbasis masalah dan pembelajaran konvensional di kelas XI OC dan XI OA SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta, hal ini
dikarenakan ada kendala seperti yang dijelaskan sebelumnya ketika penelitian ini berlangsung.
2. Minat Belajar
Dari analisis angket kuesioner minat belajar siswa yang telah dilakukan, didapat bahwa rata-rata nilai akhir angket minat belajar di kelas
XI OC kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas XI OA kelas kontrol. Rata-rata nilai akhir minat belajar di kelas XI OC yaitu 75,60
sedangkan di kelas XI OA 69,87. Sedangkan dari uji-t menggunakan program SPSS, juga menyatakan bahwa ada perbedaan rata-rata nilai akhir
minat belajar siswa yang signifikan antara kelas XI OC eksperimen dengan kelas XI OA kontrol. Dari sini didapatkan bahwa terdapat
perbedaan minat belajar siswa yang signifikan antara penggunaan pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran
konvensional di kelas XI OC dan XI OA SMK Marsudi Luhur 1
Yogyakarta. Berikut adalah hasil analisis minat belajar siswa di kedua kelas tersebut.
Tabel 4.12: Hasil Analisis Minat Belajar Siswa di Kelas XI OC dan XI OA
Kriteria Minat Belajar
Kelas XI OC Kelas XI OA
Jumlah Siswa
Persentase Jumlah
Siswa Persentase
Sangat Baik 6
30 3
15 Baik
13 65
11 55
Cukup 1
5 5
25 Kurang
1 5
Sangat Kurang Dari tabel tersebut, terlihat jumlah siswa di kelas XI OC
eksperimen yang memiliki kriteria minat belajar “Sangat Baik” dan “Baik” lebih banyak dibandingkan jumlah siswa di kelas XI OA kontrol,
dengan persentase di kelas XI OC dan XI OA masing-masing adalah 95 dan 70. Sedangkan jumlah siswa yang memiliki kriteria minat belajar
“Cukup” dan “Kurang” di kelas XI OC eksperimen lebih sedikit dari pada kelas XI OA kontrol, dengan persentasenya masing-masing adalah 5
dan 30. Selain itu, berdasarkan observasi peneliti ketika pembelajaran di
kedua kelas berlangsung, siswa-siswa di kelas XI OC eksperimen lebih banyak berdiskusi dan bertanya jawab dengan siswa lainnya. Hal ini
membuat siswa lebih banyak berinteraksi dengan siswa lainnya sehingga siswa menjadi tertarik untuk memperhatikan dan mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Sedangkan di kelas XI OA kontrol guru lebih dominan dan aktif dari pada siswa sehingga siswa menjadi pasif dan lebih banyak
diam. Hal ini membuat siswa cenderung menjadi jenuh dan kurang tertarik untuk memperhatikan guru. Dari pembahasan ini menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif berbasis masalah memberikan pengaruh yang positif terhadap minat belajar siswa terhadap matematika dibandingkan
pembelajaran konvensional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif berbasis masalah menghasilkan minat belajar
siswa yang lebih tinggi dari pada pembelajaran konvensional pada pokok bahasan tabung dan kerucut di kelas XI OC dan XI OA SMK Marsudi
Luhur 1 Yogyakarta.
3. Secara Keseluruhan
Secara keseluruhan, terdapat perbedaan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Di kelas XI OC eksperimen siswa terlihat
lebih aktif dengan diskusi kelompok yang dilaksanakan. Pemberian masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari juga mampu
membuat siswa tertarik memahami dan mendiskusikannya dengan teman kelompok. Ketika presentasi hasil disikusi kelompok pun terdapat siswa
yang bertanya jawab dengan kelompok lainnya. Sedangkan di kelas XI OA kontrol, guru lebih aktif dibandingkan siswanya. Guru mencatatkan
materi ajar lalu menjelaskannya kepada siswa dan sesekali memberikan