Perbedaan hasil dan minat belajar siswa antara model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan tabung dan kerucut.
ABSTRAK
Yosa Haran Widyanto. (2015). Perbedaan Hasil dan Minat Belajar Siswa Antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Konvensional pada Pokok Bahasan Tabung dan Kerucut. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan tabung dan kerucut ditinjau dari 1) hasil belajar dan 2) minat belajar siswa kelas XI OC dan XI OA SMK Marsudi Luhur Yogyakarta. Jika terdapat perbedaan maka model pembelajaran manakah yang menghasilkan 3) hasil belajar dan 4) minat belajar siswa yang lebih tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI OC dan XI OA SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta pada bulan April – Mei 2015.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi
eksperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Marsudi
Luhur 1 Yogyakarta yang terdiri dari kelas XI OC sebanyak 23 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas XI OA sebanyak 22 siswa sebagai kelas kontrol. Instrumen pengumpulan data berupa tes akhir untuk mengukur hasil belajar siswa dan angket (kuesioner) untuk mengukur minat belajar siswa terhadap matematika. Analisa data yang dilakukan adalah uji-t menggunakan program SPSS dengan langkah sebagai berikut: uji normalitas, uji kesamaan variansi, dan uji rata-rata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan tabung dan kerucut. Hal ini ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,898 (> 0,05). 2) Karena tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan di kedua kelas maka tidak ada pula model pembelajaran yang menghasilkan hasil belajar lebih tinggi. 3) Terdapat perbedaan minat belajar yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan tabung dan kerucut. Hal ini ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,030 (< 0,05). 4) Model pembelajaran kooperatif berbasis masalah menghasilkan minat belajar siswa yang lebih tinggi dari pada pembelajaran konvensional.
Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif berbasis masalah, pembelajaran konvensional, hasil belajar, minat belajar, luas permukaan dan volume tabung dan kerucut.
(2)
ABSTRACT
Yosa Haran Widyanto. (2015). Differences of Study Results and Student Learning Interests between the Problem Based of Cooperative Learning Model and the Conventional Learning in Tube and Cone Subject. Mathematics Education Study Program, Department of Applied Mathematics and Physical Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study, conducted on April until May in 2015, is purposed to find out whether there are any differences or not between the problem based of cooperative learning model and the conventional learning in the tube and cone subject. This study is done by reviewing 1) study results and 2) learning interests of XI grade students of OC class and OA class in SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta. If there are any differences, then which learning model is having higher 3) study results and 4) learning interests of the students?
The type of study used in this study is quasi experiment. The population of this study is XI grade students in SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta in which the OC class consists of 23 students as an experiment class and OA class consists of 22 students as a control class. The data collection instruments used are a final test to calculate study results of the students, and a questionnaire to calculate learning interests of the students in Mathematics. The data analysis is done through a t-test by doing the normality test, variance equality test and average test using SPSS statistic program.
The results of this study show that 1) there are none significant study result differences exist between the problem based of cooperative learning model and the conventional learning in tube and cone subject. They are shown in the sig. (2-tailed) value in the amount of 0.899 (> 0.05). 2) There is none learning model resulting higher study results than another because there are none significant study result differences. 3) There are significant learning interest differences between the problem based of cooperative learning model and the conventional learning in tube and cone subject. It is shown in sig. (2-tailed) value in the amount of 0.030 (< 0.05). 4) The problem based of cooperative learning model results higher student learning interests than the conventional learning model.
Keywords: problem based of cooperative learning model, conventional learning, study result, learning interest, surface area and volume of the tube and cone.
(3)
i
PERBEDAAN HASIL DAN MINAT BELAJAR SISWA
ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
PADA POKOK BAHASAN TABUNG DAN KERUCUT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Yosa Haran Widyanto NIM : 111414048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Motto
“If you don’t believe you can do it then you have no chance at all”
-Arsene Wenger-
Persembahan
Dengan tulus karya ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus, karena tanpa Dia saya tidak bisa seperti sekarang ini, sungguh berkat dan anugerahnya luar biasa bagi saya.
Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang sungguh luar biasa.
Kakakku yang selalu memberi dukungan dan semangat
Seluruh keluargaku, Pakdhe, Budhe, Om, Bulik, dan sepupu-sepupu yang selalu memberi doa dan semangat.
(7)
(8)
(9)
vii ABSTRAK
Yosa Haran Widyanto. (2015). Perbedaan Hasil dan Minat Belajar Siswa Antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Konvensional pada Pokok Bahasan Tabung dan Kerucut. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan tabung dan kerucut ditinjau dari 1) hasil belajar dan 2) minat belajar siswa kelas XI OC dan XI OA SMK Marsudi Luhur Yogyakarta. Jika terdapat perbedaan maka model pembelajaran manakah yang menghasilkan 3) hasil belajar dan 4) minat belajar siswa yang lebih tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI OC dan XI OA SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta pada bulan April – Mei 2015.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi
eksperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Marsudi
Luhur 1 Yogyakarta yang terdiri dari kelas XI OC sebanyak 23 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas XI OA sebanyak 22 siswa sebagai kelas kontrol. Instrumen pengumpulan data berupa tes akhir untuk mengukur hasil belajar siswa dan angket (kuesioner) untuk mengukur minat belajar siswa terhadap matematika. Analisa data yang dilakukan adalah uji-t menggunakan program SPSS dengan langkah sebagai berikut: uji normalitas, uji kesamaan variansi, dan uji rata-rata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan tabung dan kerucut. Hal ini ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,898 (> 0,05). 2) Karena tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan di kedua kelas maka tidak ada pula model pembelajaran yang menghasilkan hasil belajar lebih tinggi. 3) Terdapat perbedaan minat belajar yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan tabung dan kerucut. Hal ini ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) sebesar 0,030 (< 0,05). 4) Model pembelajaran kooperatif berbasis masalah menghasilkan minat belajar siswa yang lebih tinggi dari pada pembelajaran konvensional.
Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif berbasis masalah, pembelajaran konvensional, hasil belajar, minat belajar, luas permukaan dan volume tabung dan kerucut.
(10)
viii ABSTRACT
Yosa Haran Widyanto. (2015). Differences of Study Results and Student Learning Interests between the Problem Based of Cooperative Learning Model and the Conventional Learning in Tube and Cone Subject. Mathematics Education Study Program, Department of Applied Mathematics and Physical Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study, conducted on April until May in 2015, is purposed to find out whether there are any differences or not between the problem based of cooperative learning model and the conventional learning in the tube and cone subject. This study is done by reviewing 1) study results and 2) learning interests of XI grade students of OC class and OA class in SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta. If there are any differences, then which learning model is having higher 3) study results and 4) learning interests of the students?
The type of study used in this study is quasi experiment. The population of this study is XI grade students in SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta in which the OC class consists of 23 students as an experiment class and OA class consists of 22 students as a control class. The data collection instruments used are a final test to calculate study results of the students, and a questionnaire to calculate learning interests of the students in Mathematics. The data analysis is done through a t-test by doing the normality test, variance equality test and average test using SPSS statistic program.
The results of this study show that 1) there are none significant study result differences exist between the problem based of cooperative learning model and the conventional learning in tube and cone subject. They are shown in the sig. (2-tailed) value in the amount of 0.899 (> 0.05). 2) There is none learning model resulting higher study results than another because there are none significant study result differences. 3) There are significant learning interest differences between the problem based of cooperative learning model and the conventional learning in tube and cone subject. It is shown in sig. (2-tailed) value in the amount of 0.030 (< 0.05). 4) The problem based of cooperative learning model results higher student learning interests than the conventional learning model.
Keywords: problem based of cooperative learning model, conventional learning, study result, learning interest, surface area and volume of the tube and cone.
(11)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERBEDAAN HASIL DAN MINAT BELAJAR SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA POKOK BAHASAN TABUNG DAN KERUCUT” ini dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, motivasi, dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika sekaligus sebagai dosen penguji atas masukkan yang telah diberikan.
4. Bapak Febi Sanjaya, M.Sc., selaku dosen penguji yang telah memberikan bantuan dan masukkan yang bermanfaat bagi penulis.
5. Ibu Dra. Luh Komang Sri Budiastuti selaku Kepala Sekolah SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian ini.
6. Ibu Alamria Br. Ginting, S.Pd., selaku guru mata pelajaran matematika kelas XI SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah memberikan waktu, bantuan, dan masukkan yang bermanfaat bagi penulis.
(12)
(13)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Batasan Istilah ... 6
F. Tujuan Penelitian ... 7
G. Manfaat Penelitian ... 8
(14)
xii BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Perbedaan ... 11
B. Model Pembelajaran ... 11
C. Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah ... 12
1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 12
2. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 16
D. Model Pembelajaran Konvensional ... 20
E. Hasil Belajar ... 21
F. Minat Belajar ... 22
G. Materi Tabung dan Kerucut ... 27
1. Tabung ... 27
2. Kerucut ... 28
H. Kerangka Berpikir ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34
D. Variabel Penelitian ... 34
E. Bentuk Data ... 34
F. Instrumen ... 35
1. Instrumen Pembelajaran ... 35
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 37
(15)
xiii
H. Reliabilitas ... 42
I. Teknik Analisis Data ... 43
J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 49
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, PENYAJIAN DATA, ANALISA DATA, DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 52
B. Penyajian Data ... 61
C. Analisa Data ... 66
D. Pembahasan ... 76
E. Kelemahan Penelitian ... 82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86
(16)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran
Konvensional ... 14
Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 17
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Akhir Pokok Bahasan Luas Permukaan dan Volume Tabung serta Kerucut ... 38
Tabel 3.2 Kerangka Penilaian Hasil Belajar Siswa ... 39
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket (kuesioner) Minat Belajar Siswa terhadap Matematika ... 40
Tabel 3.4 Kriteria Hasil Belajar Siswa ... 43
Tabel 3.5 Kriteria Minat Belajar Siswa terhadap Matematika ... 47
Tabel 4.1 Data Tes Akhir di Kelas XI OB dan XI Elektro ... 61
Tabel 4.2 Data Tes Akhir di Kelas XI OC (Eksperimen) ... 62
Tabel 4.3 Data Tes Akhir di Kelas XI OA (Kontrol) ... 63
Tabel 4.4 Data Angket (kuesioner) Minat Belajar Siswa di Kelas XI OC ... 64
Tabel 4.5 Data Angket (kuesioner) Minat Belajar Siswa di Kelas XI OA ... 65
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Coba di Kelas XI OB dan XI Elektro ... 66
Tabel 4.7 Validitas Butir Soal ... 67
Tabel 4.8 Data Variansi Butir Soal ... 67
Tabel 4.9 Nilai Akhir dan Kriteria Hasil Belajar Siswa Kelas XI OC dan XI OA ... 68
(17)
xv
Tabel 4.10 Nilai Akhir dan Kriteria Minat Belajar Siswa Kelas XI OC dan
XI OA ... 72
Tabel 4.11 Hasil Analisis Hasil Belajar Siswa di Kelas XI OC dan XI OA ... 78
(18)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tabung ... 27
Gambar 2.2 Jaring-jaring Tabung ... 28
Gambar 2.3 Kerucut ... 29
Gambar 2.4 Jaring-jaring Kerucut ... 30
Gambar 4.1 Uji Coba Tes Akhir di Kelas XI OB ... 53
Gambar 4.2 Uji Coba Tes Akhir di Kelas XI Elektro ... 53
Gambar 4.3 Diskusi Kelompok ... 55
Gambar 4.4 Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (1) ... 55
Gambar 4.5 Guru Berkeliling dan Membantu Diskusi Kelompok ... 57
Gambar 4.6 Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (2) ... 57
Gambar 4.7 Pelaksanaan Tes Akhir di Kelas XI OC ... 58
Gambar 4.8 Guru Menjelaskan Materi Ajar ... 59
Gambar 4.9 Guru Membantu Siswa dalam Mengerjakan Latihan Soal ... 59
Gambar 4.10 Guru Menuliskan Latihan Soal ... 60
Gambar 4.11 Guru berkelilingg untuk Mengecek Pekerjaan Siswa ... 60
(19)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Lampiran A.1 Surat Ijin Penelitian dari Prodi ... 89
Lampiran A.2 Surat Ijin Penelitian dari Dinas Perizinan ... 90
Lampiran A.3 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 91
Lampiran B Lampiran B.1 RPP Kelas XI OC (Eksperimen) ... 92
Lampiran B.2 RPP Kelas XI OA (Kontrol) ... 99
Lampiran B.3 LAS Pokok Bahasan Tabung ... 104
Lampiran B.4 LAS Pokok Bahasan Kerucut ... 106
Lampiran B.5 Latihan Soal Kelas XI OC (Eksperimen) ... 109
Lampiran B.6 Latihan Soal Kelas XI OA (Kontrol) ... 110
Lampiran B.7 Soal Tes Akhir ... 111
Lampiran B.8 Kunci Jawaban dan Pedoman Penlaian Tes Akhir ... 113
Lampiran B.9 Angket (kuesioner) Minat Belajar ... 117
Lampiran C Lampiran C.1 Tabel uji normalitas hasil belajar siswa kelas XI OC & XI OA ... 120
Lampiran C.2 Tabel uji kesamaan variansi dan rata-rata hasil belajar siswa kelas XI OC & XI OA ... 121
(20)
xviii
Lampiran C.3 Tabel uji normalitas minat belajar siswa kelas XI OC &
XI OA ... 122
Lampiran C.4 Tabel uji kesamaan variansi dan rata-rata minat belajar
siswa kelas XI OC & XI OA ... 123
Lampiran D
Lampiran D.1 Jawaban Tes Akhir Siswa di Kelas XI OC (Eksperimen) ... 124
Lampiran D.2 Jawaban Tes Akhir Siswa di Kelas XI OA (Kontrol) ... 134
Lampiran D.3 Tanggapan angket (kuesioner) minat belajar siswa di kelas
XI OC (Eksperimen) ... 148
Lampiran D.4 Tanggapan angket (kuesioner) minat belajar siswa di kelas
(21)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang hebat untuk
membangun negara ini menjadi lebih maju. Untuk mewujudkan hal tersebut,
dunia pendidikan sangat berperan penting. Kualitas pendidikan yang baik dapat
membuat sumber daya manusia menjadi lebih baik pula. Dalam UU No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya.
Pembelajaran merupakan proses interaksi guru dengan siswa dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus
memahami dan menguasai materi yang akan diajarkannya serta memahami
berbagai model pembelajaran yang sekiranya cocok bagi siswa yang kemudian
dapat diterima dengan baik oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Kegiatan
belajar mengajar yang baik adalah kegiatan belajar mengajar yang dapat
merangsang kemampuan siswa untuk belajar sesuai dengan yang direncanakan
dalam pengajaran guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam hal
ini guru memiliki peranan penting dalam pembelajaran di kelas, yaitu dalam
(22)
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMK Marsudi Luhur 1
Yogyakarta, guru mata pelajaran matematika masih menerapkan model
pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat kepada guru.
Model pembelajaran seperti ini membuat guru cenderung mendominasi tetapi
kurang berorientasi kepada siswa sehingga guru lebih aktif dibandingkan
siswa. Guru menjadi sumber utama pengetahuan sementara siswa hanya
menunggu dan menerima kemudian mencatat apa yang diberikan oleh guru
sehingga siswa tidak mempunyai inisiatif sendiri untuk menemukan konsep
dari materi yang diajarkan secara mandiri.
Selain itu, ketika peneliti melakukan observasi, guru mata pelajaran
mengatakan bahwa dalam belajar pada pokok bahasan tabung dan kerucut
siswa cenderung untuk menghafal rumus dalam mengerjakan soal-soal.
Dengan demikian siswa tidak dapat menemukan sendiri konsep dari materi
yang diajarkan. Akibat dari penggunaan metode pembelajaran tersebut, siswa
beranggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki
banyak rumus, dimana untuk dapat mengerjakan soal harus menghafal
rumus-rumus tersebut.
Masalah lain yang ditemukan peneliti pada saat observasi adalah
kurangnya minat siswa untuk belajar matematika dan beranggapan bahwa
matematika merupakan pelajaran yang sulit. Hal ini terlihat dari perilaku siswa
ketika pembelajaran berlangsung, seperti mengobrol dengan temannya sendiri,
(23)
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, guru perlu
melaksanakan pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif. Menurut
Eveline dan Hartini (2011: 107) belajar yang bermakna terjadi apabila siswa
berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar dan akhirnya mampu
memutuskan apa yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya. Salah satu
model pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif adalah pembelajaran
kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk
bekerjasama dalam kelompok dengan siswa lain yang mempunyai perbedaan
suku, agama, ras, jenis kelamin, tingkatan kemampuan akademik, dan
sebagainya. Dengan demikian pembelajaran dapat berlangsung dengan adanya
diskusi antar individu dalam kelompok yang dapat membuat siswa menjadi
lebih aktif dan semangat dalam belajar.
Selanjutnya, solusi agar siswa tidak menghafal rumus pada pokok
bahasan tabung dan kerucut adalah siswa harus dibimbing dan diarahkan untuk
menemukan suatu konsep dari materi ajar. Dalam proses menemukan konsep
siswa dapat dihadapkan dengan pengajuan permasalahan yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui masalah kontekstual dan pengetahuan yang
telah dipelajari siswa inilah kemudian siswa diharapkan dapat menemukan
konsep dari materi yang diajarkan secara mandiri. Masalah kontekstual yang
diberikan kepada siswa dapat berbentuk Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang
di dalamnya berisi langkah-langkah/ide berpikir pengerjaan masalah yang
(24)
Sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep yang akan dipelajari. Adapun
model pembelajaran tersebut dinamakan pembelajaran berbasis masalah.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah ini
diharapkan mampu menumbuhkan minat belajar dan keaktifan siswa serta
membuat siswa memahami konsep pada pokok bahasan tabung dan kerucut.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk
mengadakan penelitian yang berjudul “Perbedaan Hasil dan Minat Belajar Siswa antara Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Konvensional pada Pokok Bahasan Tabung dan Kerucut”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran matematika yang digunakan guru adalah model
pembelajaran konvensional.
2. Siswa cenderung pasif dalam belajar.
3. Hasil belajar siswa kurang memuaskan.
4. Kurangnya minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
5. Pada pokok bahasan luas dan volume tabung serta kerucut siswa cenderung
(25)
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, peneliti
membatasi masalah yang akan diteliti agar penelitian menjadi lebih fokus pada
siswa kelas XI OC dan XI OA SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta. Adapun
masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Materi yang akan diteliti pada penelitian ini adalah luas permukaan dan
volume tabung dan kerucut.
2. Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas XI OC dan XI OA SMK
Marsudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.
3. Penelitian ini hanya akan membahas adakah perbedaan antara penggunaan
model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan model
pembelajaran konvensional yang ditinjau dari hasil belajar dan minat
belajar siswa.
D. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif
berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan
tabung dan kerucut ditinjau dari hasil belajar siswa di kelas XI OC dan XI
OA SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta?
2. Jika terdapat perbedaan hasil belajar siswa, model pembelajaran manakah
(26)
3. Apakah ada perbedaan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif
berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan
tabung dan kerucut ditinjau dari minat belajar siswa di kelas XI OC dan XI
OA SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta?
4. Jika terdapat perbedaan minat belajar siswa, model pembelajaran manakah
yang menghasilkan minat belajar siswa lebih tinggi?
E. Batasan Istilah
Istilah-istilah dalam rumusan pertanyaan didefinisikan sebagai berikut
ini:
1. Perbedaan
Yang dimaksud perbedaan dalam penelitian ini adalah untuk melihat ada
atau tidaknya beda dari penggunaan model pembelajaran kooperatif
berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari hasil dan
minat belajar siswa.
2. Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama siswa dalam kelompok yang terdiri dari siswa
yang memiliki perbedaan suku, agama, ras, jenis kelamin, kemampuan
akademik, dan sebagainya.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah mempunyai ciri utama, yaitu suatu
(27)
pembelajaran. Model Pembelajaran kooperatif berbasis masalah
merupakan model pembelajaran dengan kerjasama antar siswa dalam
kelompok heterogen yang diikuti dengan pengajuan masalah kontekstual
yang selanjutnya masalah tersebut harus dipecahkan bersama-sama dalam
kelompok.
4. Pembelajaran konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada
guru. Guru yang menjadi sumber utama pengetahuan.
5. Hasil belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa pada ranah kognitif dan
berupa skor. Perubahan perilaku kognitif tersebut diperoleh setelah siswa
menyelesaikan proses pembelajaran.
6. Minat belajar
Minat belajar adalah kecenderungan untuk dapat tertarik dan
memperhatikan pada seseorang, sesuatu hal, aktivitas, dan sebagainya.
Berdasarkan batasan istilah tersebut, maka yang dimaksud dari judul
adalah akan melihat ada atau tidaknya perbedaan antara model pembelajaran
kooperatif berbasis masalah dengan model pembelajaran konvensional yang
ditinjau dari hasil belajar dan minat belajar siswa.
F. Tujuan Penelitian
(28)
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara penggunaan model
pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran
konvensional pada pokok bahasan tabung dan kerucut ditinjau dari hasil
belajar siswa di kelas XI OC dan XI OA SMK Marsudi Luhur 1
Yogyakarta.
2. Jika terdapat perbedaan hasil belajar siswa maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang menghasilkan hasil
belajar siswa lebih tinggi.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara penggunaan model
pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran
konvensional pada pokok bahasan tabung dan kerucut ditinjau dari minat
belajar siswa di kelas XI OC dan XI OA SMK Marsudi Luhur 1
Yogyakarta.
4. Jika terdapat perbedaan minat belajar siswa maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang menghasilkan minat
belajar siswa lebih tinggi.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, penelitian ini mampu membuat siswa menjadi lebih aktif
sehingga dapat mendorong minat belajar siswa pada mata pelajaran
(29)
2. Bagi guru mata pelajaran matematika, penelitian ini dapat membantu dan
menjadi bahan referensi bagi guru dalam menentukan metode yang akan
digunakan ketika mengajar pada pokok bahasan tabung dan kerucut.
3. Bagi peneliti sebagai calon guru matematika, penelitian ini dapat
membantu peneliti mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dan
pembelajaran konvensional.
H. Sistematika Penulisan
Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, dan
batasan istilah. Selain itu, dikemukakan juga mengenai tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan kajian pustaka yang memaparkan teori-teori yang
menjadi landasan dalam penelitian. Teori-teori yang digunakan adalah
perbedaan, model pembelajaran kooperatif berbasis masalah, model
pembelajaran konvensional, hasil belajar, minat belajar, dan materi tabung dan
kerucut serta kerangka berpikir.
Bab III dalam skripsi ini memaparkan tentang jenis penelitian, waktu
dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, variabel penelitian, bentuk
data, instrumen penelitian, validitas, reliabilitas, teknik analisis data, dan
(30)
Bab IV memaparkan tentang pelaporan pelaksanaan penelitian,
penyajian data, analisa data, dan pembahasan.
Bab V merupakan penutup yang memaparkan tentang kesimpulan hasil
(31)
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perbedaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata perbedaan
adalah perihal yang berbeda. Dalam hal ini berbeda berarti ada bedanya atau
berlainan. Jadi, perbedaan merupakan hal-hal yang menjadikan tidak sama atau
berlainan antara suatu kejadian/benda dengan kejadian/benda yang lain.
B. Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran tersusun dari dua kata, yaitu model dan
pembelajaran. Menurut Meyer (dalam Trianto, 2011: 21) secara kaffah, model
dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
mempresentasikan sesuatu hal yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk
yang lebih komprehensif. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran
adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Soekamto, dkk (dalam Trianto,
2011: 22) model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
(32)
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2011: 23), model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus, yaitu:
a. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya;
b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai;
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan secara berhasil; dan
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah 1. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Asep dan Jihad (2013: 30), model pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama
di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran
kooperatif mempunyai ciri-ciri:
a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif;
b. Dibentuk kelompok yang heterogen;
c. Jika di dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri-dari beberapa ras,
(33)
kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda
pula;
d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada individu.
Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2011: 57), menyatakan bahwa
tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu
maupun secara kelompok. Menurut Asep dan Abdul (2013: 30-31) tujuan
dari penerapan model pembelajaran kooperatif itu sendiri, adalah:
a. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat
bahwa model kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk
memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap keragaman
Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang. Perbedaan
tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan
tingkat sosial.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Model kooperatif bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam
pembelajaran kooperatif antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya,
(34)
mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan
sebgainya.
Menurut Killen (dalam Trianto, 2011: 58), model pembelajaran
kooperatif dengan pembelajaran konvensional mempunyai beberapa
perbedaan, yaitu:
Tabel 2.1: Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Konvensional
(1) (2)
Adanya saling ketergantungan positif atau guru tidak membiarkan siswa mendominasi dalam kelompok.
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya
“enak-enak saja” diatas keberhasilan temannya yang
dianggap ‘pemborong’.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya.
Kelompok belajar biasanya homogen.
(35)
(1) (2)
Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
(36)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama siswa dalam kelompok yang terdiri dari siswa
yang memiliki perbedaan suku, agama, ras, jenis kelamin, kemampuan
akademik, dan sebagainya. Dengan tujuan agar siswa yang tergabung di
setiap kelompok dapat saling berbagi pengetahuan-pengetahuan baru yang
didapatkan.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Asep dan Abdul (2013: 37), ciri-ciri utama pembelajaran
berbasis masalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah,
memusatkan keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama,
dan menghasilkan karya dan penghargaan. Menurut Imam Suyitno (2011:
34), pembelajaran berbasis masalah baik digunakan dalam pembelajaran
dengan beberapa alasan sebagai berikut:
a. Dengan pembelajaran berbasis masalah akan terjadi pembelajaran
bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada
konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat
diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi diterapkannya konsep
(37)
b. Dalam situasi pembelajaran berbasis masalah, siswa mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang
dilakukan oleh siswa sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoretis
sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori akan
ditemukan oleh mereka selama pembelajaran berlangsung.
c. Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja,
menumbuhkan motivasi intrinsik untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Menurut Asep dan Abdul (2013: 37-38), pada pembelajaran
berbasis masalah terdapat lima tahap utama dimulai dengan tahap
memperkenalkan siswa dengan suatu masalah dan diakhiri dengan tahap
penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Selanjutnya kelima langkah dari
pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2: Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Fase
ke- Indikator Aktivitas/Kegiatan Guru
(1) (2) (3)
1 Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
(38)
(1) (2) (3)
2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3
Membimbing penyelidikan dalam kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evalusi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Selanjutnya, menurut Asep dan Abdul (2013: 39-40), dalam
pembelajaran berbasis masalah, guru mempunyai beberapa tugas, yaitu:
a. Orientasi siswa pada masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis
masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah
besar, tapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah
(39)
untuk menyajikan masalah adalah menggunakan kejadian yang
menimbulkan misteri dan suatu keinginan untuk memecahkan masalah.
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pembelajaran berbasis masalah dibutuhkan pengembangan
keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu untuk
menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal tersebut
siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan
tugas-tugas pelaporan. Bagaimana mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok belajar kooperatif juga berlaku untuk pembelajaran berbasis
masalah.
c. Membantu penyelidikan kelompok
1) Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai
sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka
memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk
pemecahan masalah.
2) Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan
sepenuhnya ide-ide itu merupakan hal penting sekali dalam
penyelidikan. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan
yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
3) Puncaknya adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan,
(40)
d. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas pada tahap akhir pembelajaran adalah membantu siswa
menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan
keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
berbasis masalah mempunyai ciri utama, yaitu suatu pengajuan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Selanjutnya, jika
pembelajaran berbasis masalah digabungkan dengan model pembelajaran
kooperatif berarti pembelajaran tersebut disertai dengan kerjasama antar
siswa dalam kelompok yang diikuti dengan pengajuan masalah kontekstual
kemudian masalah tersebut harus dipecahkan bersama-sama dalam
kelompok.
D. Model Pembelajaran Konvensional
Menurut Djamarah dan Zain (2010: 97), metode ceramah boleh
dikatakan sebagai metode tradisional atau konvensional, karena metode ini
telah dipakai sejak dulu sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa
dalam proses belajar mengajar. Dalam metode ini lebih banyak menuntut
keaktifan guru daripada siswa. Menurut Imam Suyitno (2011: 24), model
pembelajaran konvensional merupakan suatu model pembelajaran yang
menuntut peran aktif guru. Dalam hal ini, guru lebih dominan mengambil
(41)
Menurut Djamarah dan Zain (2010: 97), model pembelajaran
konvensional mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahannya sebagai
berikut:
1. Kelebihan pembelajaran konvensional
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
d. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
e. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
2. Kelemahan pembelajaran konvensional
a. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
b. Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
c. Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
pembelajarnnya, ini sukar sekali.
d. Menyebabkan siswa menjadi pasif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang berpusat
pada guru. Dalam hal ini, guru yang menjadi sumber utama pengetahuan.
E. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010: 3), hasil belajar pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku siswa setelah melalui proses belajar mengajar. Dalam
(42)
yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran.
Sementara menurut Bloom (dalam Sudjana, 2010: 22), hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual. Ranah afektif berkenaan dengan sikap. Ranah psikomotorik
berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian
yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan
siswa. Dari ketiga ranah di atas, ranah kognitif lebih sering digunakan guru
untuk melakukan penilaian terhadap pengetahuan siswa. Adapun objek
penilaian hasil belajar pada penelitian ini adalah menggunakan ranah kognitif
dimana bentuk nilai atas kemampuan siswa mengerjakan soal adalah skor yang
menggambarkan keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
F. Minat Belajar
Menurut Loekmono (dalam Khairani, 2014: 142), minat diartikan
sebagai kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk
memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang
tertentu. Kemudian menurut Belly (2006: 4), minat adalah keinginan yang
didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati dan
membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang
(43)
yang dimaksud dengan minat ialah kecenderungan untuk dapat tertarik dan
memperhatikan pada seseorang, sesuatu hal, aktivitas, dan sebagainya dengan
kebutuhan yang diinginkannya.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
Menurut Khairani (2014: 148), faktor-faktor yang dapat
menumbuhkan minat dalam belajar ada 3, yaitu:
a. Faktor kebutuhan dari dalam
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan
jasmani dan kejiwaan (psikologis).
b. Faktor motif sosial
Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif
sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan
dari lingkungan ia berada.
c. Faktor emosional
Faktor emosional merupakan ukuran intensitas seseorang dalam
menaruh perhatian terhadap suatu kegiatan/objek tertentu.
2. Unsur-unsur minat
Menurut Reber (dalam Muhibbin Syah, 2003: 151), minat tidak
termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang
banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
(44)
a. Perhatian
Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan
baik, dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam
belajar. Menurut Muhibbin Syah (2003: 151), seorang siswa yang
menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan
perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena
pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya
mencapai prestasi yang diinginkan. Menurut Khairani (2014: 143),
minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat
sekali. Seseorang yang menaruh minat pada pelajaran tertentu,
biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut.
b. Perasaan
Unsur yang tak kalah pentingnya adalah perasaan dari siswa
terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Menurut Khairani
(2014: 140), faktor perasaan mempunyai pengaruh terhadap objek,
misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu
kegiatan tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan
dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan
tersebut. Sebaliknya, kegagalan yang dialami bisa juga menyebabkan
minat seseorang berkembang.
Jika seorang siswa mengadakan penilaian yang agak spontan
(45)
penilaian itu menghasilkan penilaian yang positif maka akan timbul
perasaan senang di hatinya akan tetapi jika penilaiannya negatif maka
timbul perasaan tidak senang. Perasaan senang akan menimbulkan
minat, yang diperkuat dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan
tidak senang akan menghambat dalam mengajar, karena tidak adanya
sikap yang positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar.
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/12/minat-belajar-siswa/
c. Motif
Menurut Khairani (2014: 142), motivasi muncul karena
adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat
merupakan alat motivasi. Menurut Muhibbin Syah (2003: 151),
motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan
keadaan yang datang dari luar diri siswa yang juga mendorongnya
untuk melakukan kegiatan belajar. Menurut Loekmono (dalam
Khairani, 2014: 146), mengemukakan 5 butir motif yang penting yang
dapat dijadikan alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar
dalam diri seseorang siswa, yaitu:
1) Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik.
(46)
3) Hasrat siswa untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
pribadi.
4) Hasrat siswa untuk menerima pujian dari orang tua, guru atau
teman-teman.
5) Gambaran diri di masa mendatang untuk meraih sukses dalam
suatu bidang khusus tertentu.
3. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar
Menurut Slameto (2003: 58), siswa yang berminat dalam belajar
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
b. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang
diminati.
d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya.
e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
minat belajar adalah kecenderungan untuk dapat tertarik dan
memperhatikan pada seseorang, sesuatu hal, aktivitas, dan sebagainya.
(47)
siswa antara penggunaan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah
dengan pembelajaran konvensional.
G. Materi Tabung dan Kerucut 1. Tabung
Tabung adalah suatu bangun ruang dengan irisan melingkar yang
seragam. Jika ujung-ujungnya tegak lurus pada permukaan yang
melengkung, tabung itu adalah suatu tabung tegak.
Unsur-unsur Tabung
Pada gambar 2.1, unsur-unsur tabung antara lain:
a. Tabung memiliki 3 sisi, di antaranya berbentuk bidang lengkung dan
lainnya berbentuk lingkaran.
b. Garis s disebut garis sumbu tabung.
c. Garis ML, garis KN, atau garis s disebut tinggi tabung (t).
M N
s
L K
(48)
Jaring-jaring Tabung
Tabung atau silinder pada gambar 2.1 dapat dibuat jaring-jaringnya
jika diiris menurut lingkaran alas, lingkaran atas, dan sebuah garis tinggi
atau selimut tabung, kemudian direbahkan (gambar 2.2)
Volume dan Luas Permukaan Tabung
Sebuah tabung dengan jari-jari lingkaran alas (r) dan tinggi tabung
(t) memiliki volume sebagai berikut.
� = � 2
Luas permukaan tabung adalah luas selimut tabung ditambah luas
alas dan tutupnya, dihitung dengan rumus sebagai berikut.
� = � +
2. Kerucut
Kerucut adalah bangun ruang yang dibatasi oleh suatu daerah pada
bidang datar (disebut alas) dan sebuah selimut. Kerucut dapat dibentuk dari
r
t
r
(49)
sebuah segitiga siku-siku yang diputar, dimana sisi siku-sikunya sebagai
pusat putaran.
Unsur-unsur Kerucut
Kerucut adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk lingkaran
dengan jari-jari r.
TC = t menyatakan tinggi kerucut dengan T sebagai puncak kerucut
dan s disebut sebagai apotema atau garis pelukis.
Jaring-jaring Kerucut
Jika kerucut pada gambar 2.3 diiris menurut lingkaran alas dan salah
satu garis pelukisnya, kemudian direbahkan, akan diperoleh jaring-jaring
berikut.
A
T
s
t
B C
r
(50)
Volume dan Luas Permukaan Kerucut
Sebuah kerucut dengan jari-jari lingkaran alas (r) dan tinggi (t),
memiliki volume (V) sebagai berikut.
� = � 2
Luas permukaan kerucut adalah luas selimut kerucut ditambah
dengan luas alas kerucut, dihitung dengan rumus berikut.
� = � +
dimana s = garis pelukis (apotema).
H. Kerangka Berpikir
1. Penelitian ini diadakan berdasarkan pada masalah yang diamati oleh
peneliti melalui observasi yang dilakukan di kelas XI OC dan XI OA SMK
Marsudi Luhur 1 Yogyakarta. Masalah tersebut adalah guru mata pelajaran
matematika masih menggunakan model pembelajaran konvensional, siswa
Gambar 2.4: Jaring-jaring Kerucut
(51)
pasif dalam belajar, hasil belajar matematika siswa yang kurang
memuaskan dan kurangnya minat belajar siswa dalam pembelajaran
matematika serta siswa cenderung menghafalkan rumus pada pokok
bahasan luas dan volume tabung serta kerucut.
2. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti mencobakan modifikasi proses
pembelajaran yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis
masalah agar siswa menjadi lebih aktif dan memahami konsep matematika.
3. Untuk melihat pengaruhnya peneliti akan membandingkan hasil dan minat
belajar siswa antara model pembelajaran kooperatif berbasis masalah
dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan tabung dan
kerucut. Penelitian akan dilakukan di dua kelas yang memiliki tingkat
kemampuan akademik yang relatif sama, yaitu di suatu kelas menggunakan
model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dan di kelas yang lain
menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini juga
dilakukan oleh pengajar yang sama, yaitu guru mata pelajaran matematika.
Penelitian dirancang sedemikian sehingga hanya model pembelajaran saja
yang berbeda sehingga dapat dianalisis apakah ada perbedaan antara model
pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran
konvensional.
4. Setelah penelitian ini selesai dan diketahui adakah perbedaan antara
penggunaan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan
pembelajaran konvensional yang ditinjau dari hasil dan minat belajar siswa
(52)
dapat menggunakan model pembelajaran tersebut pada tahun ajaran
berikutnya.
5. Dengan adanya penelitian ini dapat diharapkan dan layak diduga hasil dan
minat belajar siswa bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif
(53)
33 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment atau eksperimen semu,
dimana akan ditunjukkan ada atau tidaknya perbedaan dari dua percobaan.
Dalam penelitian ini akan melihat adakah perbedaan antara penggunaan model
pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional.
Ada atau tidaknya perbedaan antara penggunaan model pembelajaran
kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional ini akan
ditinjau dari hasil belajar dan minat belajar siswa kelas XI OC dan XI OA di
SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Mei 2015 semester genap tahun ajaran 2014/2015.
2. Tempat
Penelitian dilaksanakan di SMK Marsudi Luhur 1 Yogyakarta yang
(54)
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMK Marsudi
Luhur 1 Yogyakarta. Dalam penelitian ini diambil dua kelas, yaitu kelas XI OC
sebagai kelas eksperimen (dengan pembelajaran kooperatif berbasis masalah)
dan kelas XI OA sebagai kelas kontrol (dengan pembelajaran konvensional).
Objek dalam penelitian ini adalah perbedaan antara penggunaan model
pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional
pada pokok bahasan tabung dan kerucut ditinjau dari hasil belajar dan minat
belajar siswa.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua varibel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model
pembelajaran kooperatif berbasis masalah dan pembelajaran konvensional
pada pokok bahasan tabung dan kerucut. Sedangkan variabel terikat dalam
variabel ini adalah hasil belajar siswa setelah penggunaan model pembelajaran
kooperatif berbasis masalah dan pembelajaran konvensional serta minat belajar
siswa selama penggunaan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah
dan pembelajaran konvensional.
E. Bentuk Data
(55)
1. Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa berupa skor yang diperoleh siswa pada tes akhir
pada masing-masing model pembelajaran, yaitu pembelajaran kooperatif
berbasis masalah di kelas XI OC dan pembelajaran konvensional di kelas
XI OA. Dari tes yang dilakukan tersebut diperoleh data berupa
jawaban-jawaban siswa yang kemudian diberi skor dan dilakukan analisis terhadap
data yang terkumpul.
2. Angket minat belajar siswa terhadap matematika
Angket (kuesioner) minat belajar siswa terhadap matematika
berupa lembar yang berisikan pernyataan-pernyataan tertutup dengan
pilihan dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Dari
pernyataan-pernyataan tersebut, siswa memilih pilihan yang
menggambarkan minat belajar siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan di kelas masing-masing. Data tersebut kemudian diolah dalam
bentuk skor.
F. Instrumen
Dalam penelitian ini, terdapat dua instrumen yang digunakan, yaitu:
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada masing-masing
model pembelajaran. Berikut adalah rencana pembelajaran yang akan
(56)
1) Pertemuan pertama adalah mengingat kembali tentang luas bangun
datar dan volume prisma serta masuk ke materi unsur-unsur,
jaring-jaring, luas permukaan dan volume tabung.
2) Pertemuan kedua mengingat kembali tentang luas bangun datar dan
volume limas serta masuk ke materi unsur-unsur, jaring-jaring, luas
permukaan dan volume kerucut.
3) Pertemuan ketiga adalah tes akhir mengenai pokok bahasan luas
permukaan dan volume tabung serta kerucut.
a. Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
dilaksanakan ini dilengkapi dengan Lembar Aktivitas Siswa yang berisi
permasalahan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. RPP
dibuat bersama-sama dengan guru pengampu. Dalam penelitian ini,
peneliti bertindak sebagai observer di dalam kelas sedangkan guru yang
mengajar akan diberi arahan oleh peneliti tentang bagaimana proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada awal pembelajaran guru
akan menyampaikan apersepsi berupa mengulang materi yang sudah
didapatkan sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan
diterima oleh siswa. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator
yang membimbing dan menuntun siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya secara terstruktur dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang direncanakan. Pembelajaran kooperatif berbasis
(57)
siswa dalam kelompok heterogen yang diikuti dengan pemberian
masalah dalam bentuk Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang berisi
langkah-langkah atau ide berpikir dalam pengerjaan suatu masalah
berdasarkan pengetahuan yang telah siswa dapatkan. Kemudian siswa
bersama guru menyimpulkan materi yang didapat dan guru
menjelaskan materi tersebut.
b. Model Pembelajaran Konvensional
Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat merujuk
pada pembelajaran matematika konvensional yang didominasi guru.
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai observer di dalam kelas
sedangkan guru mata pelajaran matematika mengajar seperti yang biasa
dilakukannya (pembelajaran konvensional). Pembelajaran ini
dilakukan dengan metode ceramah, yaitu guru menjadi sumber utama
pengetahuan dan siswa hanya menerima dan menunggu apa yang
disampaikan dan dicatatkan oleh guru.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, terdapat dua instrumen pengumpulan data,
yaitu:
a. Hasil belajar
Tes akhir sebagai bentuk hasil belajar diberikan kepada setiap
(58)
yang telah disampaikan. Tes akan dilaksanakan pada akhir pokok
bahasan tabung dan kerucut.
Tabel 3.1: Kisi-kisi Tes Akhir Pokok Bahasan Luas Permukaan dan Volume Tabung serta Kerucut
Indikator Jumlah soal
Aspek Penilaian
Pemahaman Aplikasi Analisis
1 2 3a 3b 3c
Menghitung luas
permukaan tabung 1 (1) Menggunakan
rumus luas permukaan untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan tabung
1 (2)
Menghitung volume
tabung 1 (3)
Menggunakan rumus volume untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan tabung
1 (4)
Menggunakan rumus volume kerucut
(59)
1 2 3a 3b 3c Menggunakan
rumus luas permukaan untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan kerucut
1 (6)
Menghitung volume
kerucut 1 (7)
Menggunakan rumus luas permukaan untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan tabung dan kerucut
1 (8)
Jumlah soal 8 2 3 3 Keterangan: (1), (2), (3), ..., (8) adalah nomor soal.
Tabel 3.2: Kerangka penilaian hasil belajar siswa Aspek
Penilaian Rubrik Penilaian Skor
Skor Maksimal
Soal Pemecahan Masalah
Mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan
1
5 Menetapkan strategi dalam
penyelesaian
2
Menerapkan strategi dan menyelesaikan dengan benar
(60)
b. Minat belajar
Angket minat belajar siswa terhadap matematika berisikan
daftar pernyataan tertutup yang mengukur minat belajar siswa terhadap
matematika. Angket ini diberikan setelah siswa mengikuti
pembelajaran, yaitu pembelajaran kooperatif berbasis masalah dan
pembelajaran konvensional pada pokok bahasan tabung dan kerucut
yang menggambarkan minat belajar siswa terhadap matematika. Dalam
angket ini akan disajikan 30 pernyataan yang berupa pernyataan positif
dan pernyataan negatif. Skala penyusunan angket ini menggunakan
lima tingkatan, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
3.3: Tabel Kisi-kisi Angket (kuesioner) Minat Belajar Siswa terhadap Matematika
Indikator
Minat Sub Indikator
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Pemusatan Perhatian
Pada Materi 2 (7, 15) 2 (20, 29) Pada
Pembelajaran 5
(4, 17, 18, 22, 28) 5
(5, 14, 16, 19, 25)
Rasa
Senang 2 (1, 12) 2 (8, 11) Rasa Ingin Tahu 2 (3, 10) 2 (6, 27) Percaya Diri 1 (30) 1 (26) Membutuhkan 1 (9) 1 (24)
Motivasi Intrinsik 1 (21) 1 (23) Ekstrinsik 1 (2) 1 (13) Jumlah pernyataan 15 15 Keterangan: (1), (2), (3), ..., (30) adalah nomor soal.
(61)
G. Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi
(content validity). Menurut Asep & Abdul (2013: 179), validitas isi dilakukan
bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan tujuan yang ingin
diukur atau kisi-kisi yang telah dibuat. Jadi hasil belajar pada pokok bahasan
tabung dan kerucut dikatakan valid apabila isi dari tes hasil belajar tersebut
mencakup materi tabung dan kerucut. Validitas ini dilakukan dengan meminta
pertimbangan dari guru mata pelajaran matematika kelas XI SMK Marsudi
Luhur 1 Yogyakarta dan dosen. Sebelum soal tes ini dipakai harus diuji coba
dahulu. Selain itu, peneliti juga menggunakan validitas butir soal dari hasil uji
coba dengan rumus korelasi product moment Pearson dengan mengkorelasikan
antara skor yang didapat siswa pada suatu butir soal dengan skor total yang
didapat. Rumus yang digunakan, yaitu:
= � ∙ ∑ ∙ − ∑ ∙ ∑
√ � ∙ ∑ − ∑ ∙ � ∙ ∑ − ∑
Keterangan:
= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
� = Banyaknya peserta tes = Nilai hasil uji coba
= Nilai rata-rata harian
Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi digunakan kriteria
Nurgana (Asep & Abdul, 2013: 180) berikut ini:
(62)
0,60 < ≤ 0,80 : tinggi 0,40 < ≤ 0,60 : cukup 0,20 < ≤ 0,40 : rendah
≤ 0,20 : sangat rendah
H. Reliabilitas
Menurut Asep & Abdul (2013: 180), reliabilitas soal merupakan
ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu soal tes.
Untuk mengukur tingkat kekonsistenan soal ini digunakan perhitungan Alpha
Cronbach. Rumus yang digunakan dinyatakan dengan:
= [ − ][ − ��]
Keterangan:
= banyaknya butir soal
� = jumlah varians skor tiap item � = varians skor total
Rumus untuk mencari varians adalah:
� =
∑ − ∑
Interpretasi nilai mengacu pada pendapat Guilford (Asep & Abdul,
2013: 181) berikut ini:
0,90 < ≤ 1,00 : sangat tinggi 0,70 < ≤ 0,90 : tinggi
(63)
0,40 < ≤ 0,70 : sedang 0,20 < ≤ 0,40 : rendah
≤ 0,20 : sangat rendah
I. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Tes Hasil Belajar Siswa
Nilai tes hasil belajar siswa didapatkan dengan perbandingan antara
jumlah skor yang diperoleh siswa dengan jumlah skor maksimum
Selanjutnya, nilai hasil belajar siswa dikonversikan ke dalam data
kualitatif untuk menentukan kriteria hasil belajar dari setiap siswa. Berikut
ini adalah kriteria hasil belajar menurut Suharsimi:
Tabel 3.4: Kriteria hasil belajar siswa
Interval Nilai Hasil Belajar Kriteria Hasil Belajar
0 – 39 Sangat Kurang 40 – 55 Kurang 56 – 65 Cukup 66 – 79 Baik 80 – 100 Sangat Baik
Dimodifikasi dari Suharsimi (2009: 245)
(64)
Selain menggunakan kriteria hasil belajar siswa, data tes hasil belajar
siswa juga dianalisis menggunakan Uji T Sampel Independen
(Independent-Samples T Test).
Independent-Samples T Test adalah uji komparatif atau uji beda
untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rerata yang bermakna
antara 2 kelompok bebas yang berskala data interval/rasio. Dua kelompok
bebas yang dimaksud di sini adalah dua kelompok yang tidak berpasangan,
artinya sumber data berasal dari subjek yang berbeda. Misal Kelompok
Kelas A dan Kelompok kelas B, dimana responden dalam kelas A dan kelas
B adalah 2 kelompok yang subjeknya berbeda.
http://www.statistikian.com/2014/04/independen-t-test-dengan-spss.html
Asumsi yang harus dipenuhi pada independen t test antara lain:
a. Skala data interval/rasio.
b. Kelompok data saling bebas atau tidak berpasangan.
c. Data per kelompok berdistribusi normal.
Data dari setiap kelompok haruslah berdistribusi normal dan diuji
normalitas dengan SPSS sebagai berikut:
- Hipotesis
� = data berdistribusi normal
� = data tidak berdistribusi normal - Statistik uji: Kolmogorov-Smirnov
- α = 0,05
(65)
- Output SPSS:
Kolmogorov-Smirnov Z = ? ; Asymp. Sig. (2-tailed) = ?
- Penarikan kesimpulan
d. Variansi antar kelompok sama atau homogen.
Dalam menguji kesamaan variansi, dilakukan prosedur sebagai berikut:
- Hipotesis
� : � = � � : � ≠ �
dimana � adalah variansi nilai hasil belajar kelas XI OC (kelas eksperimen); � adalah variansi nilai hasil belajar kelas XI OA (kelas kontrol).
- Statistik uji: uji F
- α = 0,05
- Daerah kritis: � ditolak jika Sig. < α - Output SPSS: F = ? ; Sig. = ?
- Penarikan kesimpulan
e. Uji Independent Samples T Test.
Setelah mengetahui kesamaan variansi antar kelompok, kemudian
dapat dilakukan Uji Independent Samples T Test dengan prosedur
sebagai berikut.
- Hipotesis
� : � = � � : � ≠ �
(66)
dimana � adalah rata-rata nilai hasil belajar kelas XI OC (kelas eksperimen); � adalah rata-rata nilai hasil belajar kelas XI OA (kelas kontrol).
- Statistik uji: uji t
- α = 0,05
- Daerah kritis: � ditolak jika Sig. (2-tailed) < � - Output SPSS: t = ? ; Sig. (2-tailed) = ?
- Penarikan kesimpulan
2. Analisis Data Angket Minat Belajar Siswa
Dalam penelitian ini, untuk mengukur minat belajar siswa terhadap
matematika yaitu dengan menggunakan angket. Angket ini berisikan 30
pernyataan, dimana ada 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif.
Setiap pernyataan terdapat 5 pilihan jawaban, yaitu sangat setuju, setuju,
netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Dalam pemberian skor,
terdapat perbedaan antara pernyataan positif dengan pernyataan negatif.
Untuk pernyataan positif, sangat setuju mempunyai skor 5, setuju
mempunyai skor 4, netral mempunyai skor 3, tidak setuju mempunyai skor
2, dan sangat tidak setuju mempunyai skor 1. Sedangkan untuk pernyataan
negatif, berkebalikan dengan pernyataan positif, yaitu sangat setuju
mempunyai skor 1, setuju mempunyai skor 2, netral mempunyai skor 3,
tidak setuju mempunyai skor 4, dan sangat tidak setuju mempunyai skor
5. Sehingga dengan 30 pernyataan tersebut, skor terendah yang mungkin
(67)
Nilai dari angket minat belajar siswa terhadap matematika
didapatkan dengan perbandingan antara jumlah skor yang diperoleh siswa
dengan jumlah skor maksimum (150).
Selanjutnya, nilai dari angket minat belajar siswa terhadap
matematika dikonversikan ke dalam data kualitatif untuk menentukan
kriteria minat belajar dari setiap siswa. Berikut ini adalah kriteria minat
belajar menurut Suharsimi:
Tabel 3.5: Kriteria minat belajar siswa terhadap matematika Interval Nilai Minat Belajar Kriteria Minat Belajar
0 – 39 Sangat Kurang 40 – 55 Kurang 56 – 65 Cukup 66 – 79 Baik 80 – 100 Sangat Baik
Dimodifikasi dari Suharsimi (2009: 245)
Selain menggunakan kriteria hasil belajar siswa, data tes hasil belajar
siswa juga dianalisis menggunakan Uji T Sampel Independen
(Independent-Samples T Test).
Asumsi yang harus dipenuhi pada independen t test antara lain:
a. Skala data interval/rasio.
b. Kelompok data saling bebas atau tidak berpasangan.
(68)
c. Data per kelompok berdistribusi normal.
Data dari setiap kelompok haruslah berdistribusi normal dan diuji
normalitas dengan SPSS sebagai berikut:
- Hipotesis
� = data berdistribusi normal
� = data tidak berdistribusi normal - Statistik uji: Kolmogorov-Smirnov
- α = 0,05
- Daerah kritis: � ditolak jika Asymp. Sig. (2-tailed) < α - Output SPSS:
Kolmogorov-Smirnov Z = ? ; Asymp. Sig. (2-tailed) = ?
- Penarikan kesimpulan
d. Variansi antar kelompok sama atau homogen.
Dalam menguji kesamaan variansi, dilakukan prosedur sebagai berikut:
- Hipotesis
� : � = � � : � ≠ �
dimana � adalah variansi nilai minat belajar siswa kelas XI OC (kelas eksperimen); � adalah variansi nilai minat belajar siswa kelas XI OA (kelas kontrol).
- Statistik uji: uji F
- α = 0,05
(69)
- Output SPSS: F = ? ; Sig. = ?
- Penarikan kesimpulan
e. Uji Independent Samples T Test.
Setelah mengetahui kesamaan variansi antar kelompok, kemudian
dapat dilakukan Uji Independent Samples T Test dengan prosedur
sebagai berikut.
- Hipotesis
� : � = � � : � ≠ �
dimana � adalah rata-rata nilai minat belajar siswa kelas XI OC (kelas eksperimen); � adalah rata-rata nilai minat belajar siswa kelas XI OA (kelas kontrol).
- Statistik uji: uji t
- α = 0,05
- Daerah kritis: � ditolak jika Sig. (2-tailed) < � - Output SPSS: t = ? ; Sig. (2-tailed) = ?
- Penarikan kesimpulan
J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Penyusunan Proposal Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu
menyusun proposal penelitian. Proposal penelitian berisikan BAB I tentang
(70)
Penelitian. Dalam menyusun laporan penelitian, peneliti selalu
berkonsultasi dengan dosen pembimbing untuk dapat dipastikan bahwa
penelitian ini dapat berjalan sesuai yang direncanakan.
2. Persiapan Penelitian
Untuk persiapan sebelum melaksanakan penelitian, peneliti
melakukan observasi ke sekolah untuk mengetahui apakah sekolah tersebut
layak diadakan penelitian mengenai perbedaan hasil dan minat belajar siswa
antara model pembelajaran kooperatif berbasis masalah pada pokok bahasan
tabung dan kerucut. Observasi dilakukan dengan bertanya dengan guru mata
pelajaran maupun siswa mengenai hasil belajar dan minat belajar siswa
terhadap matematika. Setelah melakukan observasi dan dirasa siswa di
sekolah tersebut layak diadakan penelitian maka peneliti mengajukan
permohonan izin kepada pihak sekolah untuk mengadakan penelitian.
Dengan persetujuan dari dosen pembimbing, selanjutnya peneliti mulai
dalam pembuatan instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini meliputi:
RPP pembelajaran kooperatif berbasis masalah, RPP pembelajaran
konvensional, tes akhir pada pokok bahasan tabung dan kerucut, dan angket
minat belajar siswa terhadap matematika.
3. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 3 pertemuan beserta tes
akhir pada pokok bahasan tabung dan kerucut. Penelitian ini akan
membandingkan dua model pembelajaran, yaitu pembelajaran kooperatif
(71)
yang mempunyai kemauan/minat dan kemampuan akademik terhadap
matematika yang relatif sama. Di kelas XI OC akan menjadi kelas
eksperimen, yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis
masalah, sedangkan di kelas XI OA akan menjadi kelas kontrol, yaitu
menggunakan model pembelajaran konvensional. Di akhir pertemuan
peneliti akan mengadakan tes akhir pada pokok bahasan tabung dan kerucut
dengan soal yang sama untuk mengukur hasil belajar siswa pada
masing-masing kelas serta memberikan angket minat belajar siswa terhadap
matematika di kelas eksperimen.
4. Analisa Data
Setelah mendapatkan data mengenai hasil belajar dan angket minat
belajar siswa terhadap matematika, peneliti akan menganalisis dan
mengevaluasi data-data yang telah terkumpul.
5. Penarikan Kesimpulan dan Saran
Dari data yang telah dianalisa oleh peneliti kemudian peneliti dapat
menarik kesimpulan dan saran apakah ada perbedaan hasil dan minat belajar
siswa antara model pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan
pembelajaran konvensional dan model pembelajaran manakah yang
(72)
52 BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, PENYAJIAN DATA, ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mempersiapkan
instrumen-instrumen penelitian yang akan digunakan, seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Siswa (LAS), latihan-latihan soal, tes
akhir dan angket (kuesioner) minat belajar siswa terhadap matematika. RPP,
latihan-latihan soal, dan angket (kuesioner) minat belajar dibuat peneliti
dengan bimbingan dari guru mata pelajaran matematika SMK Marsudi Luhur
1 Yogyakarta serta dosen pembimbing. LAS dan tes akhir yang dibuat peneliti
dikonsultasikan dengan pakar (dosen yang mengampu mata kuliah geometri
ruang) terlebih dahulu untuk meminta saran perbaikan LAS dan tes akhir
kemudian dikonsultasikan lagi dengan dosen pembimbing dan guru pengampu.
Validitas pada tes akhir dilakukan dengan menggunakan validitas isi, uji pakar,
dan uji coba di kelas lain yang mempunyai tingkatan akademik yang kurang
lebih sama dengan kelas-kelas yang dipakai untuk penelitian. Sedangkan
validitas pada angket (kuesioner) dilakukan dengan menggunakan validitas isi
dan uji pakar.
Penelitian dilaksanakan di empat kelas, yaitu di kelas XI OB dan XI
(73)
eksperimen (menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah)
serta XI OA sebagai kelas kontrol (menggunakan model pembelajaran
konvensional).
1. Kelas XI OB dan XI Elektro (uji coba tes akhir)
Uji coba instrumen tes akhir di kelas XI OB dilaksanakan pada tanggal
28 April 2015 pukul 12.00-13.30 (jam pelajaran ke-7 dan ke-8) terhadap
19 siswa. Kemudian guru memberi saran untuk melakukan uji coba
instrumen tes akhir di kelas XI Elektro juga agar siswa yang mengikuti uji
coba tes akhir menjadi banyak. Uji coba tes akhir di kelas XI Elektro sendiri
dilaksanakan pada tanggal 29 April 2015 pukul 07.00-08.30 (jam pelajaran
ke-1 dan ke-2) terhadap 4 siswa. Selanjutnya data yang terkumpul
dianalisis untuk mengetahui kevalidan setiap butir soal.
2. Kelas XI OC (kelas eksperimen)
Model pembelajaran yang diterapkan di kelas XI OC adalah model
pembelajaran kooperatif berbasis masalah, dimana guru tetap menjadi
pengajar dan peneliti bertindak sebagai observer di kelas. Penelitian di
Gambar 4.1 uji coba tes akhir di kelas XI OB
Gambar 4.2 uji coba tes akhir di kelas XI Elektro
(74)
kelas XI OC ini dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan, dimana setiap
pertemuan terdiri dari 2 x 45 menit. Materi yang diajarkan pada pertemuan
pertama adalah luas permukaan dan volume tabung, kemudian pada
pertemuan kedua adalah luas permukaan dan volume kerucut, sedangkan
pada pertemuan ketiga dilaksanakan tes akhir pada pokok bahasan tabung
dan kerucut. Berikut adalah deskripsi setiap pertemuannya.
Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 27 April 2015 jam
pelajaran ke-2 (07.45-08.30 WIB) dan jam pelajaran ke-6 (11.00-11.45
WIB). Pada pembelajaran ini diikuti oleh 17 siswa. Pembelajaran dibuka
oleh guru dengan mengecek kehadiran siswa dan meminta siswa untuk
mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan. Kemudian guru
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, yaitu menghitung serta
menggunakan rumus luas permukaan dan volume tabung. Selanjutnya,
guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai benda atau
bangunan apa saja yang ada di kehidupan sehari-hari yang berbentuk
tabung serta menggambarkan bentuk tabung dan jaring-jaring tabung.
Kemudian guru memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi
luas permukaan dan volume tabung lalu membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa untuk
mendiskusikan dan memecahkan permasalahan tersebut. Guru
berkeliling untuk membantu kesulitan-kesulitan yang dialami secara
(75)
cara memancing dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah siswa
dapatkan. Setelah siswa selesai mengerjakan Lembar Aktivitas Siswa
(LAS) dengan waktu yang diberikan, guru meminta salah satu kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan memberikan kesempatan
pada kelompok lainnya untuk memberi tanggapan dan guru pun sesekali
memberikan pertanyaan dan mengomentari presentasi dari kelompok.
Setelah permasalahan-permasalahan di dalam LAS selesai dibahas
semua, siswa diberikan latihan soal untuk memantapkan kemampuannya.
Ketika ada siswa yang belum selesai mengerjakan latihan, guru meminta
untuk melanjutkannya sebagai PR. Kemudian yang terakhir, guru
mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang didapatkan
pada hari itu.
Pertemuan kedua
Pelaksanaan pertemuan kedua dilaksanakan pada dua hari yang
berbeda, yaitu pada hari kamis, tanggal 30 April 2015 pada jam pelajaran
ke-3 (08.30-09.15 WIB) dan hari sabtu, tanggal 2 Mei 2015 jam pelajaran
ke-4 (11.00-11.45 WIB). Pada pembelajaran ini, satu jam pelajaran yang
Gambar 4.3 diskusi kelompok Gambar 4.4 presentasi hasil diskusi kelompok (1)
(1)
(2)
173
Siswa A4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
(4)
175
Siswa A5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
(6)
177
Siswa A5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI