Brand Position dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Brand Position Ice Cream Wall’s Magnum Terhadap Minat Beli di Kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan)

(1)

Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera utara

Oleh :

ANANDA YUNITA

080904131

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Ananda Yunita

NIM : 080904131

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : BRAND POSITION DAN MINAT BELI

(Studi Korelasional Pengaruh Brand Position Ice Cream Wall’s Magnum Terhadap Minat Beli di Kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Dra. Dewi Kurniawati M.Si) (Dra. Fatma Wardy M.A) NIP. 19650524 198903 2 001 NIP. 19620828 198701 2 001

Dekan FISIP USU


(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Brand Position dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Brand Position Ice Cream Wall’s Magnum Terhadap Minat Beli di Kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan). Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmanakah pengaruh brand position ice cream Wall’s Magnum terhadap minat beli di Kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini, Teori AIDDA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh, seberapa erat pengaruh dan berarti tidaknya hubungan brand position terhadap minat beli pelajar SMA HARAPAN 1 Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar SMA HARAPAN 1 Medan yang berjumlah 865 orang. Dimana dalam penelitian ini sampel diambil menggunakan rumus Taro Yamane dengan persisi 10% dari populasi yaitu 90 orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan Penelitian Kepustakaan (Library Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 13.0 dan didukung dengan menggunakan skala Guilford. Berdasarkan hasil pencarian melalui SPSS versi 13.0 maka didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,411. Menurut skala Guilford, nilai 0, 411 terletak diantara nilai 0,40-0,70 yaitu bermakna memiliki hubungan yang cukup berarti. “Terdapat pengaruh yang cukup berarti antara brand position ice cream Wall’s Magnum terhadap minat beli di kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan”.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah, ridho serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Brand Position dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Brand Position Ice Cream Wall’s Magnum Terhadap Minat Beli di Kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan). Adapun skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) dari Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Hasyim Taruna dan Ibunda Tengku Merry yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, mendoakan, menjaga, memberi nasehat, serta kasih sayang yang tiada tara kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi.

4. Ibu Dra. Dayana M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi. 5. Ibu Dra. Dewi Kurniawati M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang


(5)

6. Bapak Drs.Syafruddin Pohan Ph,D, selaku dosen wali penulis selama mengikuti perkuliahan dari awal hingga akhir perkuliahan. Terima kasih atas segala arahan dan masukan yang telah diberikan.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu, mendidik, membimbing dan membantu peneliti selama masa perkuliahan.

8. Staf laboraturium dan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Kak Icut, Kak Maya, Kak Hanim, Kak Puan dan Kak Ros yang telah membantu peneliti selama masa perkuliahan dan dalam proses pengerjaan skripsi ini. 9. Kepada Kepala sekolah, PKS, BP, dan guru-guru sekolah SMA

HARAPAN 1 Medan, terima kasih atas tempat dan waktu nya.

10.Kepada saudara penulis, Mira Tania SE, M.Imam Wahyudi, dan Dea Nita. 11.Buat Aviandha Virizad, terima kasih buat dukungan, semangat, bantuan,

perhatiannya selama ini kepada penulis.

12.Sahabat-sahabat penulis tersayang, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan canda tawa selama ini. Buat Sarah Firdausy Ketaren, Ewith Ramalani dan Irma Yani. Kalian yang terbaik dan akan selamanya selalu menjadi sahabat terbaikku.

13.Kepada Dimas Tri Adji, M. Luthfi (biber), M.Iqbal Lisdy, Fikrie Rahmat (Kumis), M. Farid Barkah, Reza Fiezri Lubis, Fahmi, Sona Adha Rizky, Iana Menda, Munadya Jannah, M. Fadhillah (Kambeng). Terima kasih teman-temanku.


(6)

14.Teman-teman angkatan 2008 semuanya, terima kasih atas masa-masa kuliah selama ini.

15.Buat para responden, terima kasih atas partisipasi dan perhatiannya untuk menjawab kuesioner yang diberikan penulis.

16.Dan kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua nya.

Penulis sadar akan masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sehingga kelak akan berguna dan lebih baik di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak.

Penulis, Mei 2012


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 5

I.3 Pembatasan Masalah ... 6

I.4 Tujuan Penelitian ... 6

I.5 Manfaat Penelitian ... 7

I.6 Kerangka Teori ... 7

I.7 Kerangka Konsep ... ... 15

I.8 Model Teoritis ... 16

I.9 Variabel Operasional ... 17

I.10 Definisi Operasional ... 18


(8)

II.1 Komunikasi, Komunikasi Massa dan Komunikasi

Pemasaran ... 21

II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 21

II.1.1.a Unsur-Unsur Komunikasi ... 23

II.1.1.b Hambatan Komunikasi ... 24

II.1.1.c Dimensi Ilmu Komunikasi ... 26

II.1.2 Komunikasi Massa ... 30

II.1.3 Komunikasi Pemasaran ... 32

II.1.3.a Proses Komunikasi Pemasaran ... 33

II.1.3.b Unsur-Unsur Komunikasi Pemasaran ... 34

II.2 Periklanan ... 34

II.2.1 Fungsi Iklan ... 34

II.2.2 Jenis Iklan ... 37

II.2.3 Manfaat Iklan ... 38

II.2.4 Media Iklan... 39

II.3 Merek (Brand) ... 42

II.3.1 Nilai Merek... 43

II.3.2 Fungsi Merek ... 44

II.3.3 Syarat-Syarat Sebuah Merek ... 46

II.4 Brand Position ... 48

II.5 Minat Beli ... 49

II.5.1 Pengertian Minat ... 49


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53

III.1 Metode Penelitian... 53

III.2 Deskripsi Lokasi Penelitian... 54

III.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54

III.2.2 Sejarah Yayasan Pendidikan Harapan ... 54

III.2.3 Visi dan Misi SMA HARAPAN 1 Medan ... 57

III.3 Populasi ... 59

III.4 Sampel ... 60

III.5 Teknik Penarikan Sampel ... 60

III.6 Teknik Pengumpulan Data ... 62

III.7 Teknik Analisis Data ... 62

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 65

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan ... 65

IV.1.1 Tahap Persiapan ... 65

IV.1.2 Tahap Pengumpulan Data ... 66

IV.2 Teknik Pengolahan Data ... 66

IV.3 Analisis Tabel Tunggal ... 67

IV.3.1 Karakteristik Responden ... 67

IV.3.2 Brand Position ... 71


(10)

IV.5 Uji Hipotesis ... 103

IV.6 Pembahasan ... 106

BAB V PENUTUP ... 109

V.1 Kesimpulan ... 109

V.2 Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR BAGAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah populasi pelajar SMA HARAPAN 1 Medan ... 59

Tabel 2 Sampel SMA HARAPAN 1 Medan ... 61

Tabel 3 Jenis Kelamin ... 68

Tabel 4 Kelas ... 68

Tabel 5 Usia ... 69

Tabel 6 Uang saku per hari ... 70

Tabel 7 Produk ice cream Wall’s yang palin dikenal ... 71

Tabel 8 Informasi pertama tahu tentang ice cream Wall’s Magnum ... 72

Tabel 9 Promosi ice cream Wall’s Magnum di media mudah diingat ... 73

Tabel 10 Promosi produk ice cream Wall’s Magnum di media dapat di kenal ... 74

Tabel 11 Frekuensi membeli ice cream Wall’s Magnum ... 75

Tabel 12 Ice cream Wall’s Magnum Almond sering di konsumsi ... 77

Tabel 13 Ice cream Wall’s Classic sering di konsumsi ... 78

Tabel 14 Ice cream Wall’s Chocolate Truffle sering di konsumsi ... 79

Tabel 15 Ice cream Wall’s Magnum Double Caramel sering di konsumsi ... 80

Tabel 16 Ice cream Wall’s Magnum Chocolate Strawberry sering di konsumsi ... 81

Tabel 17 Ice cream Chocolate Brownies sering di konsumsi ... 82

Tabel 18 Ice cream Wall’s Magnum sering muncul dalam ingatan Saat ingin membeli ice cream ... 83

Tabel 19 Kualitas ice cream Wall’s Magnum ... 84

Tabel 20 Harga ice cream Wall’s Magnum sesuai dengan kualitas ... 85

Tabel 21 Ice cream Wall’s Magnum memberikan rasa sensasi berbeda ... 86

Tabel 22 Kepuasan mengkonsumsu ice cream Wall’s Magnum ... 87

Tabel 23 Memberi perhatian pada ice cream Wall’s Magnum ... 89

Tabel 24 Promosi iklan ice cream Wall’s Magnum menarik perhatian ... 90


(13)

Tabel 26 Setelah melihat promosi tertarik membeli ice cream

Wall’s Magnum ... 92 Tabel 27 Stand ice cream Wall’s Magnum di sekolah menambah minat

Membeli ... 93 Tabel 28 Kuis berhadiah menambah ketertarikan membeli ice cream

Wall’s Magnum ... 94 Tabel 29 Magnum cafe menambah ketertarikan membeli ice cream

Wall’s Magnum ... 95 Tabel 30 Kualitas mempengaruhi minat beli ice cream Wall’s Magnum ... 96 Tabel 31 Kemasan ice cream Wall’s Magnum mempengaruhi minat beli ... 97 Tabel 32 Mengkonsumsi kembali setelah membeli ice cream

Wall’s Magnum ... 98 Tabel 33 Pengaruh uang saku per hari terhadap frekuensi membeli ice cream

Wall's Magnum ... 100 Tabel 34 Pengaruh frekuensi membeli ice cream Wall’s Magnum terhadap

Stand ice cream Wall’s Magnum di sekolah menambah

minat beli ... 101 Tabel 35 Pengaruh kepuasan mengkonsumsi ice cream Wall's Magnum

terhadap mengkonsumsi kembali setelah membeli ice cream Wall's Magnum ... 102 Tabel 36 Hasil Uji Korelasi pengaruh brand position ice cream Wall’s

Magnum terhadap minat beli di kalangan pelajar SMA HARAPAN 1 Medan ... 104


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian 2. Tabel Fortran Cobol 3. Tabel Skor Data Mentah

4. Surat izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik, Departemen Ilmu Komunikasi

5. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 6. Biodata


(15)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Brand Position dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Brand Position Ice Cream Wall’s Magnum Terhadap Minat Beli di Kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan). Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmanakah pengaruh brand position ice cream Wall’s Magnum terhadap minat beli di Kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini, Teori AIDDA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh, seberapa erat pengaruh dan berarti tidaknya hubungan brand position terhadap minat beli pelajar SMA HARAPAN 1 Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar SMA HARAPAN 1 Medan yang berjumlah 865 orang. Dimana dalam penelitian ini sampel diambil menggunakan rumus Taro Yamane dengan persisi 10% dari populasi yaitu 90 orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan Penelitian Kepustakaan (Library Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 13.0 dan didukung dengan menggunakan skala Guilford. Berdasarkan hasil pencarian melalui SPSS versi 13.0 maka didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,411. Menurut skala Guilford, nilai 0, 411 terletak diantara nilai 0,40-0,70 yaitu bermakna memiliki hubungan yang cukup berarti. “Terdapat pengaruh yang cukup berarti antara brand position ice cream Wall’s Magnum terhadap minat beli di kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan”.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini banyak bermunculan aneka merek yang menyampaikan pesan berupa bujukan untuk mengkonsumsi dan memakai suatu produk. Kita menyadari bahwa pada dasarnya kita merupakan sasaran dari komunikasi pemasaran, agar mau melirik dan membeli bahkan menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut. Adapun pesan-pesan yang berasal dari beragam merek tersebut dapat kita jumpai dalam berbagai bentuk, ukuran dan model yang menarik, juga melalui media lainnya baik media cetak mau elektronik demi menunjang keberhasilan suatu merek.

Keberadaan merek-merek ini tentu saja tidak terlepas dari kampanye komunikasi pemasaran produsennya. Suatu merek diperkenalkan melalui metode pemasaran yang bertujuan agar khalayak memperoleh informasi tentang produknya sebelum menggunakan atau mengkonsumsinya. Suatu merek dapat diperkenalkan melalui metode: penjualan produk (personal selling), yaitu bentuk komunikasi antara individu dimana tenaga penjualan menginformasikan, mendidik dan melakukan persuasi kepada calon pembelinya; iklan, merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberi layanan, melakukan saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif; promosi penjualan, merupakan kegiatan pemasaran yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu


(17)

produk yang cepat atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat; pemasaran sponsor, merupakan aplikasi dalam mempromosikan suatu perusahaan dan merek dengan mengasosiasikan merek tertentu; publisitas, biasanya dilakukan dalam bentuk berita atau komentar editorial mengenai suatu produk; komunikasi ditempa pembelian, yang melibatkan peraga, poster, tenda dan berbagai materi lainnya.

Produsen pada umumnya memasarkan produknya pada media dengan menggunakan iklan yang sesuai dengan target mereka. Keefektifan suatu iklan tidak hanya ditentukan oleh keberadaan iklan itu saja tetapi juga dapat menentukan keberhasilan atau tidaknya suatu iklan itu dapat menarik perhatian, memberikan informasi untuk memberikan respon terhadap khalayak. Dalam menstimuli suatu pesan bisa saja seseorang hanya mengenal merek suatu produk dengan menyebut nama produk (merek), sedangkan orang lain mampu menerangkan bagian-bagian yang mana yang menarik tanpa menyebutkan merek produk tersebut. Itu karena adanya perubahan cara berfikir manusia melewati tahap-tahap perhatian (attention), kesadaran (awareness), pemahaman (comphension), dan keyakinan (believes).

Citra merek akan menjadi posisi merek kalau sudah memenuhi syarat tadi: jelas, berbeda, dan unggul. Kalau belum memenuhi kriteria itu, jadi belum jelas, tidak berbeda, atau tidak unggul, maka citra merek itu belum bisa disebut sebagai posisi merek. Citra merek merupakan interprestasi akumulasi berbagai informasi yang diterima konsumen, jadi yang menginterprestasikan adalah konsumen dan


(18)

hal yaitu: Pertama, bagaimana konsumen melakukan interprestasi; Kedua, informasi apa yang diinterprestasi. Perusahaan tidak dapat mengkontrol kedua faktor tersebut karena faktor pertama dapat dipengaruhi oleh aspek konsumen sendiri dan aspek lingkungan, sedangkan faktor informasi ada berbagai sumber yang bisa dipakai konsumen, seperti konsumen lain, orang-orang dekat, media massa dan lain-lainnya. Meski tidak dapat mengendalikan proses pembentukan citra merek pada konsumen dan ingin membangun mrek yang kuat maka perusahaan tidak boleh membiarkan proses itu berjalan sendirinya. Perusahaan harus melakukan upaya. Proses ini dinamakan dengan positioning (Bilson, 2002: 92).

Unilever Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan terdepan untuk produk Home and Personal Care serta Foods & Ice Cream di Indonesia. Memasuki pasar Indonesia pada tahun 1992, Wall’s terus menerus menciptakan inovasi yang hebat sepanjang tahun untuk memenuhi kepuasan pelanggan di segala segmen baik untuk produk dari maupun luar perusahaan. Dengan memadukan produk-produk yang baik dan komunikasi sempurna, dan dengan 13 merek dan lebih dari 40 varian, kini wall’s merupakan pilihan utama dunia ice cream di Indonesia. Kini Magnum merupakan salah satu merek ice cream Unilever terkemuka dari Wall’s, Wall’s Magnum dikemas dengan begitu berbeda dengan produk Wall’s lainnya dengan varian rasa yang berbeda diantaranya yaitu: Magnum Classic, melambangkan rasa orisinil Wall’s Magnum yang mampu memberikan rasa dengan kualitas terbaik dari lapisan pertama; Wall’s Magnum Almond, identik dengan seksi dan berjiwa petualang yang dipancing dengan ice


(19)

cream vanilla yang halus berlapiskan coklat susu Belgia yang tebal dan renyah ditambah kacang almond; Wall’s Magnum Chocolate Truffle tersedia dengan ice cream coklat yang dicampuri coklat truffle berlapiskan coklat tebal (http://www.unilever.co.id/id/aboutus/newsandmedia/siaranpers/2010/Magnum_ba ru.aspx; diakses pada 03 Maret 2012).

Melalui iklan-iklan produk Wall’s Magnum yang ditampilkan begitu berbeda, menarik, benar-benar menarik khalayak untuk membeli Wall’s Magnum. Terlihat dari harga Wall’s Magnum yang cukup mahal dibandingkan dengan produk Wall’s lainnya, hal ini dapat membedkan bahwa kualitas yang diberikan oleh Wall’s Magnum berbeda dengan yang lainnya. Begitu juga dengan cara pengemasan Wall’s Magnum di media cetak maupun elektronik ataupun juga kemasan dari Wall’s magnum itu sendiri.

Khalayak mempercayai bahwa ice cream baru yang ditawarkan oleh Wall’s magnum dapat memberikan rasa baru dalam dunia ice cream. Wall’s Magnum sangat gencar melakukan pendekatan kepada khalayak diluar dari menggunakan iklan televisi ataupun iklan pada media cetak, Wall’s Magnum membangun Magun cafe dengan lebih membuat para pelanggan tertarik untuk membeli ice cream Wall’s Magnum, lebih banyak varian rasa yang ditawarkan di Magnum Cafe, tidak hanya memikirkan rasa dari ice cream tersebut Wall’s Magnum tidak lupa memberikan rasa nyaman kepada para pelanggan yang datang dengan dekorasi tempat yang begitu menarik.


(20)

Los Angles dan maldives dan juga uang saku senilai US $5000 dan 100 pemenang belanja senilai Rp. 20 juta. Frekuensi iklan ditelevisi dan pengemasan iklan yang menarik dan variatif nantinya akan mempengaruhi posisi merek (brand position)akan merek Wall’s Magnum dibandingkan dengan produk Wall’s lainnya

ataupun produk (merek) ice cream lainnya yang ada dipasaran.

Begitu menariknya penampilan yang dipasarkan serta ditonjolkan oleh ice cream Wall’s Magnum tersebut bisa jadi menarik minat beli para konsumen, termasuk para kaum pelajar yang memiliki rasa keingintahuan terhadap sesuatu hal yang berbeda. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di kalangan Pelajar, yang berlokasi di SMA HARAPAN 1 Medan yang dimana di sekolah ini juga terdapat stand (tempat) Wall’s Magnum yang menjual produknya, sehingga mungkin hal ini dapat mendorong para pelajar berminat membeli ice cream Wall’s Magnum tersebut.

Berdasarkan uraian diatas yang telah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh brand position ice cream Magnum terhadap minat beli di Kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan.

I.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Sejauhmanakah pengaruh brand position ice cream Wall’s Magnum terhadap minat beli di Kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan?”


(21)

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk lebih memperjelas ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti agar tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut:

a. Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang bersifat atau menjelaskan hubungan, yakni antara pengaruh brand position ice cream Wall’s Magnum terhadap minat beli di kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan.

b. Objek penelitian ini adalah Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan kelas 1-3. Tahun Ajaran 2012.

c. Penelitian ini dimulai pada mulai bulan Maret sampai Mei 2012.

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui brand position khalayak akan ice cream Wall’s Magnum

b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan pelajar SMA HARAPAN 1 Medan berminat membeli ice cream Wall’s Magnum.

c. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh brand position ice cream Wall’s Magnum terhadap minat beli di kalangan pelajar SMA HARAPAN 1 Medan.


(22)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pelajar tentang pengaruh brand position ice cream Wall’s Magnum terhadap minat beli di kalangan pelajar SMA HARAPAN 1 Medan. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan masukan-masukan

kepada pihak yang berkepentingan baik perusahan Unilever maupun para pelaku pemasaran.

I.6 Kerangka Teori

Dalam melaksanakan penelitian ini, teori yang digunakan sebagai landasan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya, untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2011: 39).


(23)

I.6.1 Komunikasi, Komunikasi Massa, Komunikasi Pemasaran

Pengertian komunikasi adalah istilah komunikasi yang berasal dari bahasa latin communication, yang berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna, jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003: 30).

Hovland mendefinisikan proses komunikasi sebagai proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (Mulyana, 2002: 62). Dari definisi tersebut, menujukan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan melalui penggunaan simbol atau lambang yang dapat menimbulkan efek seperti mengubah tingkah laku orang lain, yang bisa dilakukan dengan menggunakan media tertentu.

Dalam proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media massa disebut dengan komunikasi massa. Menurut Jalaluddin Rahmat (2004: 189) komunikasi massa dapat diartikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditunjukan kepada khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak maupun media elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara bersamaan dan sesaat.

Menurut Philip Kotler (1992), pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses pertukaran. Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui beberapa istilah seperti: kebutuhan (needs), keinginan (wants), permintaan (demands), produk


(24)

(product), pertukaran (exchange), transaksi (transactions), dan pasar (markets) (Angipora, 1993: 3).

Komunikasi pemasaran adalah istilah yang menggambarkan bagaimana organisasi perusahaan atau pemerintahan mengkomunikasikan pesan-pesan kepada khalayak sasaran mereka. Khalayak sasaran adalah kelompok konsumen potensial yang menerima pesan-pesan pemasaran mereka (Lwin, 2005: 5).

I.6.2 Periklanan

Menurut Wright (Liliweri, 1992: 20) iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif. Berdasarkan definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa iklan adalah suatu proses komunikasi yang berfungsi untuk menyebarkan informasi, ide, gagasan, ataupun jasa seperti produk melalui media tertentu yang bertujuan untuk mempengaruhi khalayak agar mau membeli barang yang ditawarkan oleh produsen.

Salah satu fungsi iklan adalah menginformasikan keberadaan produk kepada konsumennya. Melalui iklan sebuah produk dapat dikenal, disayang dan dicari oleh khalayak. Hal ini disebabkan oleh potensi iklan yang luar biasa untuk mempengaruhi, sekaligus membentuk opini dan persepsi masyarakat.


(25)

Merek adalah suatu nama, kata, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semua yang mendefinisakan pembuat atau penjual produk dan jasa tertentu (Kotler, Amstrong, 2003: 349). Merek didefinisikan pula sebagai value indicator, yaitu indikator yang menggambarkan seberapa kokoh dan solidnya nilai yang ditawarkan kepada pelanggan. Karena merek menggambarkan nilai yang ditawarkan oleh produsen, maka merek menjadi alat kunci bagi pelanggan dalam menetapkan pilihan pembelian. Mereklah yang menjadi penentu pembelian pelanggan, sehingga merek menjadi “payung” dari keseluruhan strategi pemasaran yang dijalankan. Strategi pemasaran apapun yang dijalankan, sesungguhnya merupakan bagaian dari keseluruhan upaya produsen untuk membangun merek (Kartajaya, 2004: 184).

Nama merek dan merek dagang penjual memberikan perlindungan hukum bagi fitur-fitur produk unik yang jika tidak diberi merek, maka merek dagang tersebut bisa ditiru oleh pesaing. Merek juga membantu penjual mensegmentasi pasar. Merek yang kuat akan mempunyai kesadaran akan merek (brand awareness), memiliki asosiasi merek yang baik (strong brand association), dipersepsikan konsumen sebagai produk berkualitas (perceived quality) dan loyalitas (brand loyalty).

I.6.4 Brand Position (Posisi Merek)

Merek bisa ada dan hidup kalau konsumen sudah memiliki gambaran merek yang jelas dan dipercaya jika merek tersebut sudah memiliki posisi merek


(26)

(brand position). Posisi merek adalah citra merek (brand position) yang jelas, berbeda dan unggul secara relatif dibanding pesaing (Kotler, 2011).

Brand Positioning adalah posisi merek dalam benak pelanggan. Apa yang ada di benak mereka ketika teringat akan brand kita (pengasosiasian merek). Hasil akhir dari positioning adalah keberhasilan dalam menciptakan fokus dalam benak konsumen konsumen serta alasan yang kuat mengapa konsumen harus membeli produk. Namun demikian sering kali para produsen gagal melakukan positioning yang pas dalam benak konsumen.

Positioning terkait erat dengan asosiasi dan konsep gambar, kecuali menyiratkan suatu kerangka acuan, titik referensi biasanya menjadi kompetitif posisi merek yang baik akan memiliki posisi kompetitif yang menarik didukung oleh asosiasi yang kuat. “posisi” merek tidak mencerminkan bagaimana orang merlihat merek, namun “posisi” atau “strategi positioning” juga dapat digunakan unyuk mencerminkan bagaimana perusahaan sedang mencoba untuk dirasakan (David, 1991: 256).

Menurut David A. Aaker dan J. Gary Shanby dalam bukunya “Positioning your Product” (1982), strategi positioning dapat diterapkan melalui:

1. Penonjolan Karakteristik Produk

Konsep ini menegaskan bahwa terlalu banyak atribut yang ingin ditonjolkan berakibat fatal karena calon pembeli dibuat kacau sehingga akhirnya tidak menimbulkan simpati. Karakteristik suatu produk dapat dibagi menurut kriteria, yaitu:


(27)

a. Karekteristik Fisik adalah penonjolan karakter ini meliputi sifat-sifat suatu produk seperti, suhu, warna, ketebalan, kehalusan, jarak dan sejenisnya. b. Karakteristik Fisik Semu adalah meliputi sifat-sifat yang berkaitan dengan

rasa, selera, simbol-simbol dan sebagainya.

c. Keuntungan Konsumen adalah keuntungan ini mengacu pada keuntungan yang dapat dinikmati oleh calon pembeli, misalnya tidak berbahaya pada kulit, aman bagi anak-anak dan sebagainya. Keuntungan ini sering juga disebut keuntungan ekstra.

2. Penonjolan Harga dan Mutu

Konsumen sering kali mempersepsikan harga sama dengan mutu. Harga yanf tinggi diimbangi dengan mutu yang baik pula. Sementara itu barang-barang yang harganya rendah seringkali dipersepsikan tidak bermutu.

3. Penonjolan Penggunaannya

Cara lain adalah dengan mengkaitkannya dengan penggunaan produk. Bisa saja suatu produk memiliki fungsi yang sama dengan pesaingnya, namun penggunaan yang berbeda dapat meningkatkan keungulan produk tersebut dibandingkan pesaingnya.

4. Positioning Menurut Pemakainya

Penggunaan model, terutama artis yang terkenal sebagai bintang iklan ataupun wakil produknya. Artis ini diharapkan dapat meningkatkan posisi produk tersebut dibandingkan produk sejenisnya.


(28)

Cara umumnya dilakukan dengan menempatkan produknya sebagai alternatif dari produk saingannya.

6. Positioning dengan Menggunakan Simbol-simbol Budaya

Menciptakan citra yang berbeda dimata calaon pembeli terhadap produk para pesaing. Strategi ini mengupayakan identifikasi atas sejumlah simbol yang memiliki arti penting bagi calon pembeli.

7. Positioning Langsung Terhadap Pesaing

Penggunaan pesaing sebagai acuan positioning sering juga disebut sebagai periklanan kreatif.

Adanya empat jenis kesalahan positioning, yaitu: Underpositioning, dalam hal ini fitur yang hendak ditonjolkan untuk membangun positioning dianggap bukan hal yang terlalu istimewa; Overpositioning, disini produk memiliki citra yang terlalu tinggi dalam benak konsumen, dan karenanya dianggap diatas jangkauan daya beli mereka; Confused positioning, dalam hal ini pelanggan bingung dengan citra brand karena terlalu banyaknya klaim atau perubahan brand positioning yang terlalu sering; Doubtful positioning, disini pelanggan merasa sulit untuk mempercayai klaim sebuah brand dalam kaitannya dengan fitur suatu produk, harga, atau manufakturnya (http://rajapresentasi.com/2009/04/4-kesalahan-dalam-brand-positioning/; diakses pada 03 Maret 2012).

I.6.5 Minat Beli

Minat adalah perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan. Jadi, minat beli adalah suatu sikap yang


(29)

dapat menimbulkan hasrat dan perhatian terhadap sesuatu dan timbul keinginan untuk membeli sesuatu (Effendy, 2002: 103).

Menurut Tidjan (1976: 71) adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap obyek tersebut.

I.6.6 Teori AIDDA

Dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, teori yang dipandang mendekati permasalahan penelitian ini adalah teori AIDDA. Pengertiannya sebagai berikut:

A - Attention - Perhatian I - Interest - Ketertarikan

D - Desire - Minat

D - Desicion - Keputusan A - Action - Tindakan

Proses tahap komunikasi ini mengandung maksud bawa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention), dalam hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya tarik. Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan menjadi awal sukses suatu proses komunikasi, apabila perhatian komunikasi telah terbangkitkan hendaknya disusul dengan upaya


(30)

menumbuhkan ketertarikan (interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian.

Ketertarikan merupakan kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya suatu hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Jika hanya ada hasrat saja pada diri komunikasi, maka bagi komunikator ini belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (desicion), yaitu keputasan untuk melakukan kegitan (action) sebagaimana yang diharapkan oleh komunikator (Khasali, 1995: 83).

Namun karena penelitian ini hanya melihat minat beli maka desicion (keputusan) dan action (Tindakan) tidak dikembangkan dalam penilitian ini, tetapi hanya sampai pada desire (minat). Brand position ice cream Wall’s Magnum adalah sebagai komunikator yang menyampaikan pesan-pesannya kepada komunikan (khalayak sasaran) yaitu masyarakat dengan tujuan untuk menarik perhatian agar pesan yang disampaikan oleh produk tersebut dapat diterima, sehingga khlayak tertarik dan sampai pada akhirnya khalayak tersebut berminat untuk membeli produk tersebut.

I.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat krisis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntut penelitian dalam menentukan hipotesis (Nawawi, 2001: 40).


(31)

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya atau faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1995: 56)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah brand position.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena variabel lain (Nawawi, 1995: 57).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat beli.

I.8 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep diatas maka dapat dibentuk model teoritis sebagai berikut:


(32)

Gambar 1 Model teoritis

I.9 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian. Adapun operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel bebas (X)

Brand position

1. Pengasosian brand

2. Gambaran mengenai brand 3. Keunggulan yang dimiliki brand 4. Harga dan Mutu

5. Asosiasi brand 6. Variabel Terikat (Y) 1. Perhatian (attention)

Variabel bebas (X) Brand position

Variabel terikat (Y) Minat beli

Variabel antaseden (Z) Karakteristik responden


(33)

Minta beli 2. Ketertarikan (Interest) 3. Minat (desire)

7. Karakteristik responden 1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Kelas

4. Uang Saku

I.10 Definisi Operasional

Definisi operasional memberikan makna pada konstruk atau variabel dengan cara menetapkan aktivitas-aktivitas operasi yang diperlukan untuk mengukurnya (Bulaeng, 2004: 60). Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Maka variabel yang terdapat dalam penelitian perlu didefinisikan sebagai berikut:

A.Variabel bebas (X) Brand position, terdiri dari:

1. Pengasosiasian brand, yaitu sebagai segala yang berkenaan dengan ingatan terhadap merek dalam hal ini merek yang dimaksud adalah ice cream Magnum.

2. Gambaran mengenai brand, yaitu sejauhmana konsumen mengenal produk Wall’s Magnum.


(34)

3. Keunggulan brand, yaitu kelebihan yang dimiliki oleh Wall’s Magnum dibandingkan dengan produk Wall’s yang lain ataupun merek ice cream lainnya.

4. Harga dan mutu, yaitu harga yang ditawarkan oleh ice cream Wall’s Magnum sesuai atau tidak dengan mutunya.

5. Asosiasi Brand, yaitu bentuk-bentuk dari pengenalan merek ice cream Wall’s magnum kepada khalayak oleh konsumen.

B. Variabel Terikat (Y) minat beli, terdiri dari:

1. Perhatian (attention) adalah menaruh minat ingin membeli produk tersebut. 2. Ketertarikan (interest) adalah perhatian terhadap suatu promosi produk yang akan menimbulkan ketertarikan atau minat terhadap produk yang dipromosikan tersebut.

3. Minat (desire) adalah timbulnya keinginan untuk mencoba sebagai pemenuhan kebutuhan karena merasa produk tersebut memberi manfaat dan keuntungan.

C.Variabel antaseden (Z) yaitu karakteristik responden, terdiri dari 1. Usia, yaitu umur dari responden.

2. Jenis kelamin, yaitu penggolongan jenis kelamin responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

3. Kelas, yaitu tingkatan kelas responden, yaitu kelas 1-3. 4. Uang Saku, yaitu uang jajan yang diterima oleh responden. I.11 Hipotesis


(35)

Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis ini melalui penelitian (Bungin, 2005:75). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan anatara dua variabel atau lebih.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat pengaruh brand position dalam meningkatkan minat beli ice cream Wall’s Magnum di kalangan pelajar SMA HARAPAN 1 Medan.

Ha : Terdapat pengaruh brand position ice cream Wall’s Magnum terhadap minat beli di kalangan pelajar SMA HARAPAN 1 Medan.


(36)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi, Komunikasi Massa, dan Komunikasi Pemasaran II.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin yaitu communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2005: 9).

Menurut Carl I. Hovland dalam karyanya yang berjudul Social Communication memunculkan istilah science of communication yang didefinisikan sebagai suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan cara setepat-tepatnya asas-asas pentransmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap (Effendy, 2005: 13).

Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai kemampuan untuk melakukan interaksi yang telah menyebabkannya berbeda dengan makhluk lainnya. Dalam prosesnya, terjadinya pertukaran informasi dan adanya saling ketergantungan. Sementara penyampaiannya dilakukan secara langsung maupun media.

Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan yang dianut secara sama (Mulyana, 2005:41). Secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut (Purba, 2006:1).


(37)

Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan -pesa (message) dari pengirim -pesan sebagai komunikator kepada penerima sebagai komunikan yang bertujuan untuk saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak. Komunukasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Muhammad, 2009:4).

Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni (Muhammad, 2009: 5): a. Komunikator (communicator, source, sender)

b. Pesan (message)

c. Media (channel, media)

d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) e. Efek (effect, impact,influence)

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek.

II.1.1.a Unsur-Unsur Komunikasi

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, maka diperlukan pemahaman tentang unsur komunikasi. Adapun unsur yang mendukung terjadinya suatu komunikasi (Cangara, 2002:23-26) :


(38)

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim. Sumber sering disebut pengirim, komunikator.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuat yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda.

3. Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat untuk menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengar.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah sumber, pesan, atau saluran.


(39)

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang difikirkan, dirasakan, dan dilakukan penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa tejadi pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan balik

Apa yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor teretntu yang dapt mempengaruhi jalannya komunikasi.

II.1.1.b Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin seorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang dapat merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses (Effendy: 2003:45) :


(40)

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaudhan bersifat fisik. Sebagai contoh ialah gangguan suaran ganda (interfensi) pada pesawat radio, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layer televisi, huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau tebalik atau halaman yang sobek pada surat kabar. Sedangkan gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengeretiannya menjadi rusak. Gangguan semantik ini tersaring ke dalam pesan istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, maka akan menjadi lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam sebuah pengertian.

2. Kepentingan

Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi menentukan daya tanggap. Perasaan, pikiran dan tingkah laku kita merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

3. Motivasi Terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan,


(41)

kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda beda dengan orang lain, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karena motivasinya itu berbeda intensitasnya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.

4. Prasangka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan terberat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama, pendidikan politik, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah memberik kesan yang tidak enak.

II.1.1.c Dimensi-dimensi Ilmu Komunikasi

Klasifikasi atau jenis-jenis komunikasi dapat dilihat berdasarkan konteksnya sebagai berikut:

1. Tatanan Komunikasi


(42)

2. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi Kelompok (group communication)

1. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication) a. Ceramah

b. Forum c. Simposium d. Diskusi panel e. Seminar

f. Curah saran (brainstorming)

2. Komunikasi Kelompok Besar (large group communication) c. Komunikasi Organisasi (organization communication)

d. Komunikasi Massa (mass commnication)

1. Komunikasi massa cetak (printed massa communication) a. Surat Kabar

b. Majalah c. Buku, dll.

2. Komunikasi massa elektronik (electronic massa communication) a. Radio

b. Televisi c. Film, dll.

2. Sifat Komunikasi


(43)

a. Komunikasi Lisan (oral communication). b. Komunikasi Tulisan (written communication). 2. Komunikasi Nonverbal (nonverbal communication).

a. Komunikasi Kial (gesture/body communication). b. Komunikasi Gambar (pictorial communication). 3. Komunikasi Tatap Muka (face-to-face-communication). 4. Komunikasi Bermedia (mediated communication).

3. Tujuan Komunikasi

1. Mengubah sikap (to change the attitude).

2. Mengubah opini/pandangan/pendapat (to change the opinion). 3. Mengubah perilaku (to change the behaviour).

4. Mengubah masyarakat (to change the society).

4. Fungsi Komunikasi

1. Menginformasikan (to inform). 2. Mendidik (to educate).

3. Menghibur (to entertain). 4. Mempengaruhi (to influence).

5. Metode Komunikasi


(44)

3. Komunikasi Pervasif (pervasive communication). 4. Komunikasi Koersif (coersive communication). 5. Komunikasi Instruktif (instructive communication). 6. Komunikasi Manusiawi (human relations).

6. Bidang Komunikasi

1. Komunikasi Sosial (social communication).

2. Komunikasi Organisasi/Manajemen (organization/management communication).

3. Komunikasi Bisnis (business communication). 4. Komunikasi Politik (political communication).

5. Komunikasi Internasional (international communication). 6. Komunikasi Antarbudaya (intercultural communication). 7. Komunikasi Pembangunan (development communication). 8. Komunikasi Tradisional (traditional communication).

7. Teknik Komunikasi

1. Jurnalistik (journalism).

2. Hubungan masyarakat (public relation). 3. Periklanan (advertising).

4. Propaganda.


(45)

8. Model Komunikasi

1. Komunikasi Satu Tahap (one step flow communication). 2. Komunikasi Dua Tahap (two step flow communication). 3. Komunikasi Banyak Tahap (multi step flow communication).

II.1.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas (Bungin, 2006: 71). Dengan demikian maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah:

1. Komunikator, Komunikator dalam komunikasi massa adalah:

a. Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik.

b. Komuniaktor dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar dimana tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka.

c. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu.

2. Media Massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat


(46)

3. Informasi (pesan) Massa adalah informasi yang diperuntukan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi pleh pribadi.

4. Gatekeeper adalah penyeleksi informasi.

5. Khlayak (publik) adalah massa yang menerima informasi massa yang disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar atau permisa sebuah media massa.

6. Umpan Balik dalam media massa berbeda dengan komunikasi antarpribadi. Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda sedangkan umpan balik komunikasi tatap muka bersifat langsung.

Joseph A. Devito merumuskan komunikasi massa menjadi dua hal, yaitu: Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyak. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti pula bahwa khalayak itu besar pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemacar-pemacar yang bersifat audio atau visual. Komunikasi massa menjadi lebih logis jika didefinisikan menurut bentuknya seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, buku, tabloid, film, dan pita (Ardianto, 2004: 6).

Menurut Gebner komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkesinambungan serta


(47)

paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004: 4). Joseph R. Dominick mendefinisikan komunikasi massa sebagai suatu proses dimana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen dan tersebar.

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern (media cetak dan elektronik) dalam penyampaian informasi yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak (komunikan) heterogen dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak.

II.1.3 Komunikasi Pemasaran

Menurut William G. Nickels didalam bukunya Marketing Communication and Promotion (John Willey & Sons, 1984) yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah proses pertukaran informasi yang dilakukan secara persuasif sehingga proses pemasaran dapat berjalan secara lebih efektif dan efisien.

Suatu pemasaran, melebihi fungsi binis berkaitan dengan pelanggan. Menciptakan nilai dan kepuasan pelanggan adalah inti pemikiran pemasaran modern dalam praktiknya. Pengertian paling sederhana pemasaran adalah pemenuhan kepuasan pelanggan demi suatu keuntungan, dua tujuan utama pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan superior dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan (Sunarto, 2004:


(48)

Komunikasi pemasaran (marketing communication) dapat dinyatakan sebagai kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan pada konsumen dapat menggunakan berbagai media, dengan harapan agar komunikasi dapat menghasilkan tiga tahap perubahan, yaitu: perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki. Definisi lain menyatakan bahwa kegiatan pemasaran dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi pada orang banyak agar tujuan perusahaan tercapai, yaitu terjadinya peningkatan pendapatan atas penggunaan jasa atau pembelian produk yang ditawarkan. Komunikasi pemasaran juga bertujuan untuk mempertahankan strategi pemasaran guna meraih segmentasi yang lebih luas.

II.1.3.a Proses Komunikasi Pemasaran

Proses komunikasi pemasaran pada dasarnya bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri dilakukan oleh seorang produsen, melainkan kegiatan yang saling tergantung antara produsen dengan konsumen pembeli. Bahkan bisa dikatakan produsen sangat tergantung sekali dengan konsumen. Sehingga, untuk keberhasilan sebuah produk dipasar maka produsen harus mendengarkan informasi dan suara yang berasal dari konsumen.

Adapun proses komunikasi pemasaran itu menurut William G. Nickels (1984) terdiri dari rangkaian yang saling berhubungan antara penjual dengan pembeli atau antara produsen dengan konsumen yang terdiri dari:


(49)

b. Keinginan dan kebutuhan c. Informasi

d. Persuasi e. Negosiasi

II.1.3.b Unsur-Unsur Komunikasi Pemasaran

Kegiatan komunikasi pemasaran merupakan rangkaian kegiatan untuk mengenalkan suatu produk, jasa atau ide dengan menggunakan iklan, penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion) serta publisitas dan kehumasan. Rangakain unsur-unsur komunikasi pemasaran itu disebut dengan bauran pemasaran (promotion mix).

II.2 Periklanan

Iklan adalah sarana komunikasi penting yang tidak bisa dihindarkan dalan negara yang menganut sistem ekonomi yang berorientasi pasar. Selama mesin pabrik masih berputar, selama buruh pabrik masih mengerjakan untuk menjadi sebuah produk, selama karyawan masi bekerja, iklan tentu diperlukan. Tugas iklan menyampaikan informasi tentang produk atau jasa sekaligus menawarkan kepada konsumen. Iklan bahkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat menurut ukuran dunia modern.

Dengan iklan, produsen barang dan jasa menyampaikan sekaligus menawarkan manfaat produknya kepada konsumen. Melalui iklan konsumen tahu


(50)

mereka bisa memperolehnya. Dari definisi tersebut terdapat empat unsur penting yang membedakan iklan dengan bentuk komunikasi lain, keempatnya adalah:

1. Gagasan, barang dan jasa.

Iklan sangat terkait dengan barang atau jasa telah jelas, namun iklan bisa juga merupakan presentasi dari gagasan, misalnya iklan layanan masyarakat yang mengangkat masalah lingkungan, kesehatan, korupsi, dan masalah sosial lainnya.

2. Khalayak/Non Personal.

Mengingat iklan ditayangkan melalui media massa, tentu calon konsumen atau khalayak yang teterapa iklan adalah khalayak non personal atau heterogen (tidak saling mengenal dan berbeda dalam berbagai karakteristiknya).

3. Sponsor yang jelas.

Tertera sponsor secara nyata menjadikan iklan berbeda dengan propaganda karena apa yang termuat dalam pesan iklan dapat dipertanggungjawabkan oleh sponsor.

4. Pembayaran.

Iklan yang dipasang di media, maka dikenai biaya pembayaran kepada lembaga sponsor yang memasang iklan, namun untuk hal terakhir ini ada pengecualian untuk iklan layanan masyarakat.


(51)

II.2.1 Fungsi Iklan

Fungsi iklan menurut Alo Liliweri (1998) yang dikutip dari beberapa sumber seperti Wright (1978), S.W Dunn (1978) dan Bover (1976) dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Fungsi Pemasaran

Fungsi untuk menjual informasi tentang barang dan jasa maupun gagasan melalui media.

2. Fungsi Komunikasi

Upaya memberikan penerangan dan informasi tentang produk, memberi pesan yang berbau pendidikan, meciptakan pesan yang bersifat menghibur dan mempengaruhi khalayak untuk dekat dan selalu membeli dan memakai produk secara tetap.

3. Fungsi Pendidikan

Melalui iklan orang dapat belajar sesuatu dari yang dibacanya, ditonton maupun didengar. Khalayak dapat mengkonsumsi produk yang sesuai untuk merek dan merek dapat memperbaiki gaya hidup menjadi lebih baik.

4. Fungsi Ekonomi

Keuntungan ekonomis yang diperoleh khalayak melalui iklan adalah mereka lebih mudah mengakses produk yang dibutuhkan yang bisa menjadikan khalayak efisien dari segi biaya.


(52)

Dalam fungsi sosial iklan membantu menggerakan perilaku khalayak untuk lebih baik.

II.2.2 Jenis Iklan

Secara garis besar terdapat 2 jenis iklan, yaitu iklan standar atau bisa juga disebut iklan komersil dan iklan layanan masyarakat. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk memperkenalkan barang maupun jasa untuk konsumen melaui media. Tujuan ini adalah merangsang minat dan motif para pembeli.

Iklan layanan masyarakat adalah jenis iklan yang bersifat non profit, umumnya iklan layanan masyarakat bertujuan memberikan informasi atau penerangan serta pendidika kepada masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi serta bersikap positif terhadap iklan yang ditayangkan. Lebih spesifik, terdapat beberapa pembagian lain iklan menurut Alo liliweri (1998), yaitu:

1. Iklan Tanggung Jawab Sosial adalah iklan yang bertujuan menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif, penerangan, pendidikan agar membentuk sikap masyarakat sehingga lebih bertanggung jawab terhadapa masalah sosial tertentu.

2. Iklan bantahan diajukan guna membantah dan memperbaiki citra suatu produk yang namanya sudah tercemar dikalangan masyarakat akibat suatu informasi yang tidak benar.


(53)

3. Iklan Pembelaan pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan iklan bantahan, hanya saja iklan ini dimaksudkan untuk membela keberadaan suatu produk jasa maupun ide tertentu.

4. Iklan Perbaikan adalah iklan yang memperbaiki pesan-pesan tentang suatu produk tertentu yang terlanjur salah dan disebarluaskan melalui media massa.

5. Iklan Keluarga adalah iklan yang pesan-pesannya merupakan pemberitahuan tentang terjadinya suatu peristiwa kekeluargaan kepada keluarga khalayak lainnya.

II.2.3 Manfaat Iklan

Periklanan dewasa ini merupakan usaha bisnis yang besar. Iklan melibatkan pembelanjaan dana dalam jumlah besar sehingga perlu ditangani dengan hati-hati dan efisien. Periklanan adalah sebuah metode yang dipergunakan ditengah-tengah masyarakat dengan tujuan, seperti (Liliweri, 1992:31):

1. Bagi bisnis komersial, untuk menjual barang dan jasa. 2. Bagi rekrutmen, untuk mendapatkan karyawan.

3. Bagi pemerintah, untuk memberikan informasi kepada masyarakat. 4. Iklan juga bermanfaat dalam jasa keuangan, industri hiburan, informasi

perjalanan wisata/ibadah, informasi pendidikan, informasi produk kesehatan atau untuk pembelian dan penjualan barang pribadi.


(54)

2. Menumbuhkan atau membangun sikap-sikap yang diinginkan.

3. Membangun identitas merek, iklan membantu menanamkan citra atau ciri-ciri tertentu terhadap produk.

4. Menumbuhkan permintaan akan produk. Sedangkan manfaat iklan bagi produsen, yaitu:

1. Memperkenalka produk baru. 2. Memperluas pemasaran.

3. Memberitahukan adanya modifikasi. 4. Memberitahukan perubahan harga. 5. Mengumunkan kemasan baru. 6. Mengingatkan produk.

7. Memulihkan penjualan.

8. Mendukung dealer dan pengecer 9. Mencari mitra usaha.

II.2.4 Media Iklan

Kategori Media dan Karakteristiknya, pakar periklanan mengelompokkan media iklan menjadi 2, yaitu (Dewi, 2005:21):

1. Above the Line/Up the Line (media lini atas) yang meliputi: a. Pers (surat kabar, majalah)

Kebanyakan surat kabar mengandalkan hidup dari iklan sehingga surat kabar seringkali tidak terganggu apabila terjadi kenaikan harga bahan dasar untuk


(55)

produksi, misalnya kertas koran. Kehadiran iklan dengan kata lain mensubsidi harga eceran surat kabar sebagai media untuk beriklan.

b. Televisi

Sebagai media pengiklan, televisi memiliki kelebihan dan kekeurangan yang dapat mempengaruhi penerimaan iklan.

c. Radio

Radio memiliki jangkauan selektif terhadap segmen pasar tertentu. Dalam masyarakat agraris dengan jangkauan wilayah yang sangat luas, radio telah menjawab kebutuhan untuk meyakinkan komunikasi yang dapat memacu perubahan masyarakat.

d. Media Luar Ruangan (outdoor)

Media yang dapat dikatergorikan media luar ruangan antara lain papan reklame. Papan reklame adalah poster dalam ukuran besar sengaja didesain besar agar dapat dilihat orang-orang yang berlalu lalang di jalan raya.

e. Sinema (Bioskop)

Penggunaan bioskop sebagai media iklan memiliki beberapa kelebihan yaitu perhatian penonton terkonsentrasi, layar yang lebih besar dan tidak ada selingan. Serta memiliki kekurangan yaitu bersifat selintas, ingatan penonton lebih kepada film.

2. Below the line/Under the Line (media lini bawah) yang meliputi: a. Direct Mail (literatur Penjualan)


(56)

Direct mail termasuk kedalam kategori periklanan tanggapan langsung, yaitu segala bentuk advertensi yang digunakan untuk menjual barang secara langsung kepada konsumen, apakah melalui surat, kupon yang disebarluaskan di berbagai media cetak atau melalui telepon.

b. Pameran

Pameran pada umumnya terdiri dari 2 jenis, yakni pameran sambil berdagang dan pameran tanpa berdagang. Sasaran utama umumnya adalah perusahaan besar, namun tidak jarang pula pengunjung yang juga membeli. c. Point of Purchase (Benda pajangan ditempat penjualan).

Point of Purchase dapat diartikan sebagai display untuk mendukung penjualan. Dalam banyak hal, penerimaan para penjual terhadap suatu produk sangat dipengaruhi oleh gaung yang bergema dari iklan yang disebarkan di media lini atas, serta kecepatan perputaran produk diatas rak-rak jalur distribusi. Point of Purchase bisa menjadi implus yang merangsang pembelian.

d. Kalender

Kalender merupakan salah satu media lini bawah yang paling populer. Orang menggunakan kalender bukan semata-mata untuk referensi penanggalan, tetapi juga untuk membuat janji, catatan, atau bahkan merekam sesuatu. Kalender dapat disebarluaskan pada berbagai jenis khlayak, mulai dari pelanggan, distributor bahkan sampai mitra bisnis.

e. Tas Iklan, Bendera, Korek Api, Cenderanata, Lencana, Stiker, dan lain-lainnya


(57)

Penggunaan atribut-atribut ini disebut merchandising schemes. Merchandising Schemes digunakan untuk mempertahankan pembelian lewat celah-celah yang dilupakan. Cara ini diberikan secara temporer untuk menghadapi persaingan dan mempertahankan penjualan konsumen yang sudah ada.

II.3 Merek (Brand)

Merek adalah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasi hal-hal tersebut yang ditunjukan untuk mengindentifikasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang dan layanan penjual lain (Kotler, 2000). Keberadaan merek bagi para pembeli, perantara, produsen maupun publik (Bilson, 2002: 3). Bagi pembeli merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan membantu memberi perhatian terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat.

Bagi masyarakat merek bermanfaat dalam tiga hal, yaitu Pertama, pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsiten. Kedua, meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan tempat membelinya. Ketiga, meningkatkan inovasi-inovasi produk baru, karena prdusen terdorong menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan dari pesaing.

Bagi penjual merek bermanfaat dalam empat hal, yaitu: Pertama, memudahkan penjual mengelolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul. Kedua, memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas


(58)

produk. Ketiga, memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan. Keempat, membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

Acker (1966) menyatakan konsumen akan memilih merek yang memberikan nilai pelanggan (consumer value) yang tertinggi. Jadi merek lebih luas daripada produk, berbicara tentang produk hanya membicarakan ruang lingkup, atribut, kualitas, dan penggunaan. Sedangkan merek selain terkait dengan yang ada dalam produk juga terkait dengan:

a. Siapa yang menggunaka merek (Brisk, perawatan rambut pria). b. Asal produk (Mercedes Benz dari Jeraman).

c. Asosiasi dengan organisasi (Kijang identik dengan Astra).

d. Kepribadian merek (Sari Ayu, Mustika Ratu, merupakan kosmetik tradisional).

e. Simbol merek (Hermes (H)).

f. Hubungan pelanggan dengan merek (oriflame, Avon, dll). g. Manfaat emosional (Bateray ABC, produk asli Indonesia). h. Manfaat ekspresi diri (Ferrari, pribadi yang sporty).

II.3.1 Nilai Merek

Ada 3 nilai yang dijanjikan oleh merek, yaitu (Acker 1966):

1. Nilai Fungsional, yaitu nilai yang diperoleh dari atribut produk yang memberi kegunaan fungsional kepada konsumen. Misalnya, aqua minuman sehat karena diproses langsung dari air pegunungan.


(59)

2. Nilai Emosional, yaitu nilai dimana konsumen menjalani perasaan positif seperti nyaman, bahagia, bangga pada saat membeli atau menggunakan merek terserbut.

3. Nilai Ekspresi Diri berkaitan dengan “bagaimana saya dimata orang lain maupun dari saya sendiri setelah memakai suatu merek”. Jadi kalau nilai emosional berpusat pada diri sendiri maka nilai ekspresi diri berpusat pada publik.

II.3.2 Fungsi Merek

Secara umum fungsi merek ada 6 yaitu (Safrin, 2004: 12-14): 1. Merek Menciptakan Pilihan

Dalam kehidupan modern saat ini, produk industri konsumsi telah berkembang dengan pesat. Perkembangan itu menuntut setiap produsen untuk menghasilkan produk dengan bermacam kandungan yang mencerminkan aneka kelebihan, misalnya shampo yang saat ini tersedia dengan berbagai macam merek, seperti untuk rambut lurus, keriting dan sebagainya

2. Merek Menyederhanakan Keputusan

Keputusan konsumen untuk mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi sesuatu produk lebih mudah dengan adanya merek, misalnya ketika seseorang pergi ke pasar swalayan atau pasar tradisional tersedia banyak produk yang dipajangkan, kondisi ini jelas membingungkan bagi


(60)

demikian bila konsumen telah memiliki suatu merek tertentu, meski banyak merek yang terpajang, konsumen akan lebih mudah memilih merek yang disukainya. Dengan kata lain, tersedianya merek pada suatu produk akan memudahkan dan menyederhanakan keputusan konsumen ketika memilih.

3. Merek menawarkan jaminan Mutu dan Mengurangi Resiko

Pada dasarnya keberadaan suatu merek selalu berhubungan dengan kualitas dari produk tersebut. Misalnya rinso untuk sabun cuci deterjen, selalu dikaitkan konsumen dengan kualitas cucian yang bersih. Dengan demikian ketika konsumen membeli prouk dari merek tersebut, telah tumbuh persepsi bahwa produk tersebut memiliki jaminan mutu. Hal ini sekaligus juga mengurangi resiko yang tidak diinginkan.

4. Merek Membantu Ekspresi Diri

Dalam kehidupan modern saat ini, merek telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Dengan kata lain orang membeli produk dari suatu merek tertentu karena berharap akan diterima pada suatu komunitas tertentu. Merek busana Armani, Mango, Guess, Polo misalnya merupakan merek-merek yang banyak dikonsumsi masyarakat kelas atas sebagai cerminan gaya hidup. Sehingga bagi kelompok ini mengkonsumsi produk dari merek-merek tertentu merupakan suatu kebutuhan. Dengan demikian peran merek disini membantu konsumen untuk mengekspresikan diri.


(61)

Penggunaan merek pada suatu produk dapat menimbulkan kesenangan dan rasa persahabatan pada pemakainya, misalnya pada produk pembalut wanita yang diberi merek, asosiasi yang tumbuh memperlihatkan merek tersebut memberi rasa persahabatan dan kesenangan bagi konsumen.

II.3.3 Syarat-syarat Sebuah Merek

Dalam membuat sebuat merek, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, yaitu (Safrin, 2004: 14-16):

1. Merek Harus Mempunyai Ejaan Yang Sederhana

Tidak jarang dalam upaya agar merek yang diberikan kepada suatu produk itu berbeda dengan merek yang sudah ada, seorang produsen memberikan merek pada suatu produk dengan ejaan yang sulit dipahami oleh konsumen yang akibatnya ketika produk tersebut dipasarkan sulit untuk berhasil. Contoh merek yang memiliki ejaan yang sederhana, misalnya Sony, Nokia, Sambung, Beng-Beng, Aqua.

2. Merek Harus Mudah Diucapkan

Pemberian merek pada suatu produk tidak jarang menyulitkan konsumen untuk mengucapkannya, misalnya L.A Light, Bear Brand, Laurier yang tidak jarang konsume sulit untuk mengucapkannya. Penyebutan dan pemahaman terhadap makna lain dari merek tersebut tidak akan jadi masalah apabila antara antara konsumen dan pengecer


(62)

memahami makna komunikasi yang disampaikan dan diterima, maka keberadaan merek tersebut tidak akan berhasil dipasaran.

3. Merek Harus Istimewa atau Tidak Biasa

Hal ini bertujuan untuk memudahkan konsumen untuk mengingatkan kepada merek tersebut, misalnya untuk tempat hiburan yang ada di Jakarta ada beberapa nama yang dijadikan merek seperti Dunia Fantai, Taman Ria Remaja, Lippo Water Boom. Ternyata nama Dunia Fantasi sebagai merek lebih dikenal dari nama lain. Hal ini disebabkan Dunia fantasi memiliki nama yang istimewa, tidak biasa dan mencerminkan realitas produk yang ditawarkan kepada konsumen.

4. Merek Harus Mudah Diingat

Merek-merek sederhana dan menggunakan ejaan yang mudah dimengerti biasanya lebih mudah diingat oleh konsumen. Selain pengucapan dalam kehidupan sehari-hari suatu kelompok masyarakat sangat sederhana. Misalnya untuk merek sabun mandi, merek lux lebih mudah diingat daripada merek impressions, cusson maupun nivea. 5. Merek Harus Universal

Pemberian merek juga harus memperhatiakan unsur universalitas. Tujuannya agar ketika merek tersebut berkembang dan merencanakan untuk berekspansi keluar negeri, nama merek yang telah diberikan sebelumnya tidak mengandung arti lain pada budaya dan bangsa lain, misalnya untuk merek Coca-Cola, ketika berekspansi ke Cina pengucapan nama Coca-Cola dicoba untuk menggunakan pendekatan


(63)

lokal menjadi “kou-ke-kou-la” yang didalam masyarakat Cina mengandung arti “mengigit kecebong lilin”, dampaknya merek tersebut tidak laku dipasaran.

6. Merek Jangan Menyinggung Budaya Lain

Agar sebuah produk yang memiliki mrek dapat diterima dimana saja, maka ketika produsen hendak memberi nama pada produk yang dibuatnya, maka si produsen harus memperlihatkannya terlebih dahulu apakah merek yang diberikan pada produk tersebut tidak menyingung budaya dari suku bangsa lain. Hal ini bertujuan agar produk dengan merek tersebut dapat diterima oleh khalayak yang berada di tempat manapun maupun budaya apapun.

II.4 Brand Position

Menurut Kevin Lane Keller (2008), brand position adalah suatu kegiatan perusahaan untuk mendisain penawaran dan image sehingga memberikan nilai yang berbeda didalam pikiran konsumen

Dalam membentuk imej merek, kita memasuki dunia persepsi. Image adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang. Tidak mudah membentuk image, tetapi sekali terbentuk tidak mudah pula mengubahnya. Image yang dibentuk tidak sekedar imej, melainkan image yang jelas, berbeda dan secara relatif lebih unggul dibanding pesaing. Inilah yang disebut posisi merek (brand position). Proses pembentukannya disebut positioning. Merek yang berhasil adalah


(64)

Agar posisi merek kuat, tentu harus mengenal merek tersebut terkebih dahulu dan tempatkan lah merek kedalam pikiran konsumen. Untuk itu merek harus bersaing dulu masuk ke dalam memori konsumen. Dalam bukunya, Building Strong brand (1996), Aaker mengatakan bahwa merek yang kuat adalah yang memiliki posisi kuat. Pembentukan posisi yang kuat dimulai dengan menganalisis situasi untuk mengetahui posisi merek-merek pesaing dan posisi merek saat ini (merek yang sudah diluncurkan). Setelah itu perusahaan perlu merancang identitas merek, yaitu posisi merek yang diinginkan dan kemudian mengkomunikasikannya melalui proses brand positioning. Hasilnya adalah posisi merek (Bilson, 2002: 72). Postioning adalah proses pembentukan citra merek yang jelas, berbeda dan unggul secara relatif dibanding pesaing. Positioning merupakan upaya mengkomunikasikan realitas merek terhadap konsumen, namun tidak semua realitas dapat dikomunikasikan. Craven (1999) dan Kotler (2001) meneruskan positioning pada tahap program pemasaran artinya, apapun yang dilakukan pada produk, harga, tempat dan promosi, keempatnya harus menciptakan identitas merek yang sama yang telah ditetapkan sebelumnya (Bilson, 2002: 100-101).

II.5 Minat Beli

II.5.1 Pengertian Minat

Efenndy mengungkapkan minat adalah kelanjutan perthatian yang merupakan titik tolak kelanjutan timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan (Effendy, 2005: 10). Lebih lanjut Effendy mengemukakan bahwa minat muncul karena adanya stimulus motif yang menimbulkan motivasi. Motif


(65)

adalah kondisi seseorang yang mendorong untuk mencari sesuatu kepuasan atau mencapai tujuan, sedangkan motivasi adalah kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil tindakan yang dikehendaki. Minat dipengaruhi oleh beberapa faktor (Effendy, 2005: 12):

1. Perhatian terhadap stimulus.

2. Mengerti atau tidaknya audiens terhadap stimulus. 3. Penerimaan terhadapa stimulus itu.

Minat adalah keinginan yang kuat, gairah, kecenderungan hati yang sangat kuat terhadap sesuatu. Minat adalah sikap yang menimbulkan perhatian rasa ingin tahu lebih rinci dalam diri seseorang, dengan adanya keinginan/hasrat untuk melakukan sesuatu yang muncul akibat adanya objek tertentu. Minat adalah rasa suka/senang dan rasa tertarik pada suatu objek atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh dan biasanya ada kecenderungan untuk mencari objek yang disenangi itu (Pandji, 1995: 9).

Minat digambarkan sebagai sebuah situasi seseorang sebelum melakukan tindakan yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakannya. Minat merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menujukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian (Kotler, 2002: 15). Di bawah ini merupakan beberapa pengertian minat:

1. Minat dianggap sebagai sebuah perangkat atau perantara antara faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku.


(66)

3. Minat menujukan pengukuran kehendak seseorang. 4. Minat berhubungan dengan perilaku yang terus menerus.

II.6 Teori AIDDA

Para ahli komunikasi cenderung memiliki kesamaan pendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi sebaiknya menggunakan A.A Procedure atau Front Attention to Action Procudure. A.A Procudure sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang biasa disingkat menjadi AIDDA. AIDDA adalah merupakan singkatan dari Attention (perhatian), Interest (Ketertarikan), Desire (Minat), Decision (keputusan), dan Action (tindakan) (Effendy, 2003: 304).

Proses dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan merupakan awal suksesnya suatu proses komunikasi. Apabila perhatian (attention) komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan ketertarikan (interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Ketertarikan itu sendiri merupakan kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya suatu minat (desire) untuk melakukan kegiatan yang diharapkan oleh komunikator. Jika hanya ada minat saja pada diri komunikan, maka bagi komunikator hal ini belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya suatu keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan suatu tindakan (action) (Khasali, 1995: 83-86).

Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya,


(1)

c. Sering d. Sangat sering

Untuk pertanyaan no. 10 berilah tanda v pada tabel yang telah tersedia. Keterangan :

SS : Sangat sering S : Sering J : Jarang TP : Tidak Pernah

10. Dari jenis-jenis produk ice cream Wall’s Magnum, produk manakah yang sering Anda konsumsi?

12

13

14

15

16

17 11. Jika Anda ingin membeli ice cream, apakah merek ice cream Wall’s Magnum

yang sering muncul dalam ingatan Anda?

a. Tidak pernah

b. Jarang 18

c. Sering

d. Sangat Sering

SS S J TP a. Magnum Almond

b. Magnum Classic

c. Magnum Chocolate truffle d. Magnum Double Caramel e. Magnum Chocolate Strawberry f. Magnum Chocolate Brownies


(2)

12. Kualitas seperti apa yang terlintas dipikiran Anda saat mendengar merek ice cream Wall’s Magnum?

a. Harga murah, tidak berkualitas 19

b. Harga murah, kualitas rendah

c. Harga mahal, kualitas biasa saja

d. Harga mahal, kualitas terjamin

13. Apakah harga ice cream Wall’s Magnum sesuai dengan kualitas yang ditawarkan?

a. Tidak sesuai

b. Biasa saja 20

c. Sesuai d. Sangat sesuai

14. Apakah produk yang ditawarkan oleh ice cream Wall’s Magnum memberikan rasa sensasi yang berbeda?

a. Tidak berbeda

b. Biasa saja 21

c. Berbeda d. Sangat berbeda

15. Apakah Anda puas terhadap produk yang ice cream Wall’s Magnum yang Anda konsumsi sekarang ini?

a. Tidak puas

b. Biasa saja 22

c. Puas

d. Sangat puas B. Minat Beli

16. Apakah Anda memberi perhatian pada produk ice cream Wall’s Magnum? a. Tidak memberi

b. Biasa saja

c. Memberi 23


(3)

17. Apakah promosi iklan (cetak ataupun elektronik) pada produk ice cream

Wall’s Magnum menarik perhatian Anda untuk membeli?

a. Tidak menarik

b. Biasa saja 24

c. Menarik

d. Sangat menarik

18. Apakah Anda merasa tertarik dengan produk ice cream Wall’s Magnum? a. Tidak tertarik

b. Biasa saja

c. Tertarik 25

d. Sangat tertarik

19. Apakah setelah Anda melihat promosi yang dilakukan produk ice cream

Wall’s Magnum, Anda tertarik untuk membeli produk tersebut?

a. Tidak tertarik

b. Biasa saja 26

c. Tertarik d. Sangat tertarik

20. Apakah dengan adanya stand Wall’s Magnum di sekolah Anda, menambah minat Anda untuk membeli ice cream Wall’s Magnum?

a. Tidak berminat

b. Biasa saja 27

c. Berminat

d. Sangat Berminat

21. Apakah dengan adanya promosi kuis berhadiah yang dilakukan ice cream

Wall’s Magnum, menambah ketertarikan Anda untuk membeli ice cream

Wall’s Magnum?

a. Tidak tertarik

b. Biasa saja 28

c. Tertarik

d. Sangat tertarik

22. Apakah Magnum cafe yang merupakan salah satu bentuk promosi ice cream

Wall’s Magnum menambah ketertarikan Anda untuk membeli produk

tersebut?


(4)

c. Tertarik d. Sangat tertarik

23. Apakah kualitas mempengaruhi minat Anda untuk membeli ice cream Wall’s Magnum?

a. Tidak mempengaruhi

b. Biasa saja 30

c. Mempengaruhi

d. Sangat mempengaruhi

24. Apakah kemasan produk ice cream Wall’s Magnum mempengaruhi Anda sehingga berminat membeli produk tersebut?

a. Tidak mempengaruhi

b. Biasa saja 31

c. Mempengaruhi

d. Sangat mempengaruhi

25. Apakah setelah mengkonsumsi kembali ice cream Wall’s Magnum pada kesempatan lain, Anda berminat untuk mengkonsumsinya kembali?

a. Tidak berminat

b. Biasa saja 32

c. Berminat d. Sangat berminat

26. Apa saran Anda terhadap produk ice cream Wall’s Magnum ?

... ... ... ... ...


(5)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. DR. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

========================================================== =======

LEMBARAN CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Ananda Yunita

NIM : 080904131

PEMBIMBING : Dra. Dewi Kurniawati M.Si

No. TANGGAL PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING 1. 13 Maret 2012 Penyerahan Proposal

2. 14 Maret 2012 Perbaikan Proposal

3. 15 Maret 2012 Penyerahan Perbaikan Proposal dan ACC Seminar

4. 22 Maret 2012 Seminar Proposal

5. 30 Maret 2012 Penyerahan Perbaikan BAB 1 6. 3 April 2012 Diskusi Kuesioner

7. 17 April 2012 ACC Kuesioner

8. 10 Mei 2012 Penyerahan BAB 2-BAB 5

9. 22 Mei 2012 Penyerahan Perbaikan BAB 2-BAB 5 10. 29 Mei 2012 Penyerahan BAB 1-BAB 5

11. 30 Mei 2012 Penyerahan Perbaikan BAB 1-BAB 5 12. 2 Juni 2012 ACC Meja Hijau


(6)

BIODATA PENELITI

Nama : Ananda Yunita

NIM : 080904131

Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Prapat/24 Juni 1990

Departemen : Ilmu Komunikasi

Alamat : Jl. Abdul Hakim Komplek Classic 1 No. 6 blok A Pasar 1 Tanjung Sari Medan

Anak ke/dari bersaudara : Ke 2/dari 4 bersaudara Nama orang tua

1. Ayah : Hasyim Taruna

2. Ibu : Tengku Merry

Pendidikan : TK Perwanis, Medan (1995-1996)

SD Percobaan Negeri,Medan (1996-2002) SMP HARAPAN 2, Medan (2002-2005)

SMA HARAPAN 1, Medan (2005-2008) Nama Saudara Kandung :

1. Mira Tania SE 2. M. Imam Wahyudi 3. Dea Nita


Dokumen yang terkait

Positioning Brand Dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Positioning Brand AXE Apollo di RCTI Terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

1 57 138

Pengaruh brand knowledge, persepsi kualitas, dan innovativeness terhadap minat beli: studi kasus pada pengguna smartphone android lenovo di Wilayah Jakarta Selatan

0 8 139

Pengaruh Brand Image, Reputation, Identity dan Sponsorship Adidas di Chelsea Football Club terhadap Minat Beli Produk Adidas (Studi Kasus : Chelsea Indonesia Supporters Club (CISC) Tangerang Selatan)

2 23 183

Positioning Brand Dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Positioning Brand AXE Apollo di RCTI Terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

0 14 138

Cover Positioning Brand Dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Positioning Brand AXE Apollo di RCTI Terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

0 0 14

Abstract Positioning Brand Dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Positioning Brand AXE Apollo di RCTI Terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

0 0 2

Chapter I Positioning Brand Dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Positioning Brand AXE Apollo di RCTI Terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

0 0 8

Brand Position dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Brand Position Ice Cream Wall’s Magnum Terhadap Minat Beli di Kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan)

0 1 32

Brand Position dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Brand Position Ice Cream Wall’s Magnum Terhadap Minat Beli di Kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan)

0 0 20

Brand Position dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Brand Position Ice Cream Wall’s Magnum Terhadap Minat Beli di Kalangan Pelajar SMA HARAPAN 1 Medan)

0 0 14