109 Dilihat dari tabel 4.12, indikator keberhasilan ketuntasan
klasikal yang ditetapkan peneliti yakni 80 siswa mendapatkan nilai ≥ 75 berhasil dipenuhi. Sehingga dapat disimpulkan hasil
belajar siswa pada siklus II ini berhasil. Berikut ini dibuat diagram nilai ketuntasan secara klasikal
siklus II adalah sebagai berikut :
Gambar 4.8 Persentasi Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus II
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan melalui observasi kegiatan pembelajaran dan kegiatan siswa serta nilai hasil belajar pada siklus
II, maka dapatlah direfleksikan hal-hal sebagai berikut: 1
Aktivitas Guru Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka proses pembelajaran
diperbaiki pada siklus II ini. Hasilnya pada pertemuan pertama semua kegiatan pembelajaran yang direncanakan sudah terlaksana
dengan baik. Setiap kegiatan pembelajaran memperoleh persentase yang cukup tinggi. Begitu pun pada pertemuan kedua, kegiatan
86 14
Pertemuan 1
Tuntas Tidak Tuntas
93 7
Pertemuan 2
Tuntas Tidak Tuntas
93 7
Evaluasi Siklus II
Tuntas Tidak Tuntas
110 pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Tidak ada lagi
kegiatan yang sudah direncanakan belum terlaksana. Hal ini karena pengelolaan waktu yang efektif dan efisien oleh guru. Setiap sintak
atau kegiatan belajar siswa diberi batasan waktu yang cukup. Sehingga dengan waktu yang ada, semua kegiatan dapat terlaksana
dan juga tanpa mengurangi kualitas proses pembelajaran itu sendiri.
2 Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa pada siklus II ini sudah menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Pada pertemuan kedua aktivitas siswa
mengalami peningkatan
yang signifikan
dari pertemuan
sebelumnya. Semua aspek yang dinilai sudah siswa laksanakan dengan baik. Hasilnya pun cukup memuaskan, hal ini dapat dilihat
dari persentase keaktifan siswa yang meningkat pada setiap aspeknya. Begitu juga pada pertemuan kedua, aktivitas siswa juga
mengalami peningkatan dari pertemuan pertama. Peningkatan- peningkatan ini tidak lepas dari pemberian motivasi dari guru
sehingga aspek yang pada siklus I masih rendah yakni asperk bertanya dalam kelompok dapat ditingkatkan pada siklus II ini.
Selain itu, siswa sudah terbiasa belajar dengan menggunakan model jigsaw ini dan para siswa menyukainya sehingga
aktivitasnya pun meningkat. Apalagi dengan adanya pemberian
111 penghargaan membuat para siswa lebih termotivasi dan antusias
dalam belajar.
3 Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada pertemuan pertama siklus II mengalami peningkatan yang signifikan daripada pertemuan
sebelumnya. Secara individual 12 siswa atau 85,71 sudah berhasil mencapai indikator ketuntasan individual yang ditetapkan
peneliti, yakni ≥70. Begitu juga dengan ketuntasan klasikal sudah mencapai indikator yang ditetapkan peneliti yakni 80 siswa
mendapat nilai ≥75. Ketuntasan klasikal yang diperoleh pada
pertemuan pertama ini adalah 85,71. Niali rata-rata kelas juga mengalami peningkatan, yakni pada pertemuan pertama ini adalah
78,21. Meskipun pada pertemuan pertama ini masih ada dua siswa yang belum mencapai ketuntasan individual. Pada pertemuan
kedua, hasil belajar mengalami peningkatan lagi. Ketuntasan individu meningkat menjadi 92,85 dan ketuntasan klasikal
meningkat menjadi 92,85. Rata-rata kelas meningkat menjadi 85. Pada evaluasi siklus II, tidak terjadi peningkatan, baik pada
ketuntasan individual maupun klasikalnya. Namun, rata-rata kelas meningkat menjadi 86,01. Peningkatan-peningkatan hasil belajar
pada siklus II ini tidak lepas dari dua hal yakni kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa. Dua hal tersebut mengalami
peningkatan sehingga hasil belajar pun juga meningkat. Kegiatan
112 pembelajaran mengalami peningkatan karena pengelolaan waktu
yang efektif, sehingga waktu untuk siswa dalam mengerjakan soal evaluasi lebih banyak. Kemudian, peningkatan aktivitas siswa
disebabkan karena siswa mulai terbiasa dengan model jigsaw ini dan motivasi yang diberikan oleh guru, sehingga pemahaman siswa
terhadap materi yang diberikan juga meningkat. Pemahaman akan materi inilah yang juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
D. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Ujung Batu 2 Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan PKn. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari 2 pertemuan, dengan jumlah siswa 14 orang yakni 6
siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn materi Kebebasan Berorganisasi. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas Guru
Berikut perbandingan rata-rata aktivitas guru pada siklus I dan siklus II yang digambarkan dalam bentuk grafik 4.9 berikut ini