Teori-Teori Belajar Kerangka Teori

20 faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik Djamarah, 2008: 176-191. Jadi dapat disimpulkan, ada 4 faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yakni faktor lingkungan, faktor instrumental, kondisi fisiologi, dan kondisi psikologis.

2. Teori-Teori Belajar

a. Teori Belajar Menurut Para Ahli 1 Menurut Thorndike Thorndike adalah orang yang mengemukakan teori konektionisme. Dari penelitiannya dia menyimpulkan bahwa respon lepas dari kurungan itu lambat laun diasosiasikan dengan situasi stimulus dalam belajar coba-coba, trial and error. Inilah kesimpulan Thorndike terhadap prilaku binatang dalam kurungan. Ada tiga hukum belajar yang utama dan ini diturunkannya dari hasil-hasil penelitiannya. Ketiganya adalah hukum efek, hukum latihan, dan hukum kesiapan. Jadi, menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indera dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini dinamakan connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus 21 dan respon, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respons ini akan terjadi suatu hubungan yang erat bila sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi terbiasa dan otomatis Djamarah, 2008:24. 2 Teori Belajar Menurut Skinner Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan- 22 perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya Madziatul,2009:online. 3 Teori Belajar Menurut Ausubel David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel 1996 bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna” meaning full. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi- generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Misalnya, dalam hal pembelajaran sejarah, bukan hanya sekedar menekankan pada pengertian konsep-konsep sejarah belaka, tetapi bagaimana melaksanakan proses pembelajarannya, dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran tersebut menajdi benar-benar bermakna. Dengan cooperative learning tentu materi sejarah yang dipelajarinya tidak hanya sekedar menjadi sesuatu yang dihafal dan diingat, melainkan ada sesuatu yang dapat dipraktekkan dan dilatihkan dalam situasi nyata dan terlibat dalam pemecahan masalah. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan langsung dari guru, bak lisan maupun dengan contoh tindakan. Sedangkan siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri Isjoni, 2010:35-36. 23 b. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn di SD Lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 mengemukakan bahwa “mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarekter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”. Berdasarkan Pemendiknas No. 22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1 Persatuan dan Kesatuan Bangsa 2 Norma, Hukum dan Peraturan 3 Hak Asasi Manusia 4 Kebutuhan Warga Negara 5 Konstitusi Negara 6 Kekuasaan dan Politik 7 Pancasila 8 Globalisasi PKn mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional. PKn merupakan pendidikan demokrasi, pendidikan moral, pendidikan sosial, dan masalah pendidikan politik. PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral, dengan alasan sebagai berikut: 24 1 Materi PKn adalah konsep- konsep nilai Pancasila dan UUD 1945 beserta dinamika perwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia. 2 Sasaran akhir belajar PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan sosial dari peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami bersifat kognitif tetapi dihayati bersifat objektif dan dilaksanakan bersifat perilaku Ian,2010:online.

3. Pendidikan Kewarganegaraan PKn