5.1.3 Keterkaitan Pelaporan Dengan Proses Evaluasi
Berbagai unsur pengakomodasian dalam penyajian informasi laporan CSR telah menciptakan suatu proses yang disebut sebagai evaluasi. Proses evaluasi
tentunya memiliki hubungan yang sangat erat terhadap penyajian sebuah laporan, yang tentunya hal tersebut dilakukan guna mengatahui hasil suatu program yang
sedang dijalankan, sebagaimana diungkapkan oleh Wibisono, 2007 bahwa tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu
untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Hal ini tentunya sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Nur Endah Rini selaku Kepala PKBL CD
Area JATIM dalam kutipan wawancara berikut ini: “karena kan kita masing-masing punya tanggung-jawab dan punya kinerja dari
tangung-jawab dan kinerja itu kan direportkan ke corporate. Jadi yang dilakukan oleh kita, kita evaluasi kemudian kita laporkan juga ke corporate gt.. jadi
bertingkat tidak hanya secara nasional, mereka secara nasional mengevaluasi tetapi kita secara regional juga evaluasi sendiri, bagaimana program itu
berdampak, itu kalau gak berdampak ngapain lakukan itu”
Pernyataan kepala CD Area JATIM Pernyataan tentang harapan untuk lebih bisa menggambarkan proses
evaluasi dalam aktifitas CSR pada pelaporan PKBL. Seperti dalam pembahasan sebelumnya dimana dalam pengambilan suatu keputusan guna aktivitas
kedepannya tentunya terlebih dahulu melalui yang namanya proses evaluasi, sebagaimana hal ini dilakukan untuk memperoleh adanya suatu kepastian
mengenai program yang sedang berjalan, kepastian tidak hanya diartikan sebagai keberhasilan dalam proses pelaksanaan suatu kegiatan, melainkan bagaimana hasil
dari sebuah kegiatan tersebut memiliki dampak atau dalam arti lain dikatakan
kegiatan tersebut memiliki esensi lebih, baik bagi perusahaan selaku pemberi bantuan dan bagi stakeholder selaku penerima bantuan.
Penilaian terhadap kinerja dalam pelaksanaan kegiatan CSR merupakan suatu hal yang diharuskan, namun evaluasi dilakukan bukan hanya dilakukan saat
suatu program yang dilakukan tersebut gagal, begitupun sebaliknya, evaluasi tidak dilakukan saat program tersebut berhasil. Kondisi tersebut tentunya tidaklah
mencerminkan keadaan yang seharusnya, idealnya evaluasi justru dilakukan untuk mengambil sebuah keputusan, misalnya keputusan untuk menghentikan,
melanjutkan, atau memperbaiki dan mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang diimplementasikan.
“Itu kan untuk continous improvement kita untuk tujuan pengambilan keputusan yang sebetulnya apakah dijalankan seperti itu lagi apakah dihentikan ataukah
dilanjutkan ataukah diubah kan gitu kan.. karena tanpa proses evaluasi kita gak bisa ngapa-ngapain kan mungkin kita merasa benar tapi kita merasa gak bagus ya”
Pernyataan kepala CD Area JATIM Dapat diindikasikan bahwa keterkaitan adanya suatu laporan terhadap
proses evaluasi yaitu sebuah tujuan yang disebut sebagai continous improvement. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha yang dilakukan guna meningkatkan kinerja
CSR perusahaan pada masa yang akan datang, yang tentunya hal ini merupakan bagaian dari harapan perusahaan untuk selalu memegang komitmen dalam
mendukung pengembangan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan. Keinginan untuk menciptakan kondisi yang berkelanjutan tentunya
membutuhkan sebuah tingkat perencanaan yang matang dan terkonsep. Demikian pun hal tersebut berlaku dalam penetapan bantuan baik program maupun anggaran
kegiatan CSR. Kondisi tersebut dapat terlihat pada prosentase penetapan anggaran PKBL pada PT.TELKOM di bawah ini
Tabel 5 : Prosentase dana PKBL
Program Kemitraan
Program Bina Lingkungan Bantua Dana
Bergulir 1 Hibah
Bantuan Bencana Alam
Bantuan Progam Pendidikan dan Pelatihan
Bantuan Kesehatan Masyarakat
Bantuan Umum
Bantuan Sarana Ibadah
Bantuan Pelestarian Alam
0.5
15
40
10
15
10
10 Total prosentase dana PKBL adalah sebesar 1,5
Sumber : CDC Area V Jawa Timur Dengana adanya penyajian prosentase dana PKBL di atas dapat diketahui
bahwa dana yang dsisihkan perusahaan guna aktivitas PKBL adalah sebesar 1,5 dari laba bersih, yang dimana 1 diperuntukan guna Program Kemitraan, dan 0,5
untuk program Bina Lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa concern aktivitas CSR di TELKOM tertuju pada kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
direalisasikan pada bantuan dana bergulir yang dalam hal ini dikelola oleh bagian Kemitraan. Selain dari pada itu, pada tingkat pengalokasian dana pada Bina
Lingkungan, Bantuan Program Pendidikan dan dan Pelatihan memiliki tingkat prosentase penyaluran dana yang tinggi dibandingkan dengan program bantuan
yang lainnya. Pengalokasian anggaran juga internal, gak ada di Permen, persentase itu
berdasarkan peta sosial tentunya, peta sosial Indonesia kan gitu ya, bahwa ternyata yang paling banyak membutuhkan adalah segmen pendidikan, misal seperti itu,
kita persentasinya itu juga kesepakatan, itu dijadikan dasar kebijakan.
Pernyataan kepala CD Area JATIM
Berdasarkan hasil trianggulasi yang telah dilakukan, peneliti dalam hal ini mengindikasikan bahwa proses evaluasi juga memiliki pengaruh terhadap proses
penetapan anggaran. Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa evaluasi dilakukan guna mengetahui sejauh mana program tersebut
berdampak, tentunya dalam hal ini dikatakan berdampak dapat diartikan bahwa program tersebut berdampak terhadap perusahaan dan berdampak terhadap
masyarakat. Dengan kondisi yang seperti ini, juga diindikasikan bahwa perusahaan ingin berupaya mewujudkan misi perusahaaan dalam program CSR,
sebagaimana misi tersebut yaitu mencerdaskan masyarakat melalui pendidikan teknologi InfoComm, maka dalam hal ini tidaklah menjadi suatu hal yang aneh
apabila terjadi dominasi prosentase dalam anggaran PKBL perusahaan. Harapan tentang pelaksanaan proses evaluasi terhadap laporan CSR tersebut mampu
mengakomodir aktivitas kegiatan CSR perusahaan secara keseluruhan, hasil evaluasi diharapkan memiliki dampak yang berkelanjutan terhadap keberadaan
program CSR perusahaan di masa yang akan datang, sehingga konsep continous improvement dapat terus dijalankan sebagaimana komitmen perusahaan dalam
memegang teguh konsep keberlanjutan.
5.2 Pengungkapan CSR PT. TELKOM
Pengungkapan dapat diartikan sebagai penyampaian berbagai informasi yang relevan kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi tersebut sebagai
dasar pengambilan keputusan. Yang dimaksud dalam hal ini adalah pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk penyampaian informasi yang