6. Membuat laporan keberlanjutan itu membutuhkan biaya yang tinggi.
7. Kesulitan dalam mengumpulkan data atau informasi dan memilih indikator
yang benar dan tepat yang sesuai dengan kebutuhan di bidang lingkungan dan sosial.
8. Dapat merusak reputasi perusahaan dikarenakan kegiatan di bidang
lingkungan maupun sosial tidak sesuai dengan lingkup kerja perusahaan. dikarenakan kegiatan lingkungan dan sosial sudah ada yang bertanggung
jawab. Contoh: LSM di bidang lingkungan dan sosial. Berbagai penjelasan mengenai pentingnya perusahaan untuk melaporkan
CSR, yaitu:
Perusahaan didirikan atas mandat dari masyarakat; Laporan keberlanjutanCSR dibuat agar perusahaan tidak kehilangan mandat.
Perusahaan harus bertanggung jawab atas seluruh hal yang ditimbulkannya
dalam wilayah dampak. Laporan dibuat untuk menunjukkan pencapaian, proses, dan evaluasi, dan agenda perusahaan dalam memaksimumkan
dampak postif untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan.
2.6.2 Latar Belakang Pelaporan CSR
Laporan CSR harus menggambarkan pelaksanaan CSR yang sebenarnya, sehingga dapat digunakan dan diandalkan oleh para stakeholders dalam
mengevaluasi kinerja CSR perusahaan. Untuk memastikan bahwa laporan CSR relevan dan dapat diandalkan maka diperlukan suatu standar pelaporan dan
pengungkapan CSR yang dapat dijadikan acuan dalam menyusun laporan CSR. Ketiadaan standar akan menyulitkan stakeholders dalam melakukan evaluasi,
karena perusahaan akan menyajikan laporan CSR yang sangat beragam. Kualitas laporan juga akan dipertanyakan mengingat perusahaan membuat laporan sesuka
hatinya dengan sumber daya terbatas. Agar laporan CSR bermanfaat maka standar pelaporan dan pengungkapan CSR harus memastikan bahwa terdapat akuntansi,
pelaporan dan pengungkapan kegiatan dan biaya CSR serta manfaat yang diperoleh dari kegiatan CSR tersebut. Keberadaan suatu standar pelaporan CSR
tidak menjamin bahwa kualitas laporan CSR meningkat. Laporan CSR dibuat oleh perusahaan dan karena perusahaan menginginkan citra positif tentang dirinya,
maka perusahaan cenderung hanya mengungkapkan informasi yang positif mengenai perusahaan. Akibatnya laporan tersebut bisa jadi tidak menggambarkan
keadaan sebenarnya dan laporan tersebut akan kehilangan maknanya. Ada dua mekanisme yang dapat dijalankan perusahaan untuk memastikan
bahwa laporan CSR menjelaskan keadaan yang sebenarnya terjadi di perusahaan, yaitu :
1. Mekanisme dan struktur governance di perusahaan.
2. Keberadaan jasa assurance oleh pihak eksternal dan independen yang
memastikan keakuratan informasi yang di laporan CSR Governance perusahaan menentukan arah dan kebijakan perusahaan,
termasuk diantaranya kegiatan CSR beserta pelaporannya. Pelaksanaan CSR terkait dengan praktek Good Corporate Governance GCG, seperti yang
dinyatakan pada prinsip GCG ke tiga dari OECD 2004. Prinsip tersebut
menyatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, sesuai dengan aturan yang berlaku, serta mendorong kerjasama cooperation
perusahaan dengan stakeholders dalam memajukan perusahaan. Keberadaan jasa assurance atas laporan CSR oleh pihak eksternal dan
independen berperan untuk memberi keyakinan bagi stakeholders bahwa laporan tersebut telah disusun sesuai dengan standar pelaporan yang ada. Karena laporan
tersebut diaudit oleh pihak eksternal dan independen maka seharusnya laporan tersebut menyatakan apa adanya positif maupun negatif atas kegiatan CSR
perusahaan dan bebas dari kepentingan pihak-pihak tertentu. Untuk dapat melaksanakan audit dengan baik, maka diperlukan standar pemeriksaan untuk
laporan CSR, yang dapat dijadikan acuan auditor dalam melaksanakan pemeriksaan. Standar tersebut tidak dapat disamakan dengan standar pemeriksaan
laporan keuangan karena cakupan laporan CSR lebih luas dari laporan keuangan, demikian pula jenis informasi yang disajikan lebih bersifat kualitatif disbanding
laporan keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaporan CSR yang transparan dan akuntabel akan mendorong pelaksanaan kegiatan CSR, yang
pada akhirnya akan meningkatkan tidak saja nilai perusahaan, tetapi juga kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu diperlukan adanya infrastruktur
pendukung untuk tercapainya pelaporan CSR yang akuntabel. Bagian ini menjelaskan infrastruktur pendukung tersebut, yang diikhtisarkan pada bagan
berikut.
Gambar 2: Infrastruktur Pendukung Laporan Keberlanjutan \\\
Regulasi CSR dan pelaporannya
Mekanisme dan struktur governance
Keberadaan standar pelaporan CSR yang
diterima umun
Keberadaan standar assurance untuk
laporan CSR Peningkatan
kesejahteraan perusahaan
Peningkatan nilai perusahaan
Peningkatan kegiatan
CSR Pelaporan CSR
yang transparan dan akuntabel
Tekanan publik
Sumber: Utama, 2007. Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggungjawab Sosial dan lingkungan di Indonesia.
4 Isu utama yang dihat oleh perusahaan sebagai isu penting dalam laporan keuangan menurut Waller dan lannis, 2008 dalam An Analysis of Corporate
Social Responsibility Disclosure, yaitu: 1.
Work output: particularly focusing on the effect and the impact of their work in the marketplace, and that they undertake ethical work practices;
2. HR activities: range across a number of areas including looking after the
health and well-being of the staff, staff training, staff diversity and staff volunteering;
3. Socialcommunity commitment: presenting activities that are aimed at the
benefit of society in general, including assistance to charitable and non- profit organisations; and
4. Environmental initiatives: emphasizing initiatives undertaken within the
organization to assist in protecting the environment and conserve resources, such as reducing energy and water consumption, as well as
paper and ink recycling. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Waller dan Lannis di atas maka
isu penting dalam laporan keuangan dapat disimpulkan menjadi: 1.
Lingkup kegiatan perusahaan: Fokus pada efek dan dampak operasional perusahaan di dalam masyarakat, dan menunjukkan bahwa perusahaan
telah melakukan praktek pekerjaan yang etis. 2.
Lingkup SDM: Fokus pada kesejahteraan dan kesehatan dari pegawai. 3.
Lingkup sosial: Fokus terhadap pemberian bantuan berupa kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, contoh: pelatihan internet bagi masyarakat.
4. Lingkup lingkungan: Fokus terhadap perlindungan terhadap lingkungan
dan seperti mengurangi konsumsi air dan energi.
2.7 Laporan Keberlanjutan Sustainability Report