Kurva OC Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Kualitas

61 3. Batas kontrol bawah atau lower control limit LCL Gambar 2.12. Grafik kontrol Tahapan untuk membentuk grafik kontrol adalah sebagai berikut: 1. Grafik kontrol dibentuk dari data dimana kinerja masa depan dibandingkan dengan kinerja masa lalu. 2. Lalu dihitung angka rata-rata, batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Batas kontrol berdasarkan pada distribusi sampling. 3. Kemudian digambar grafik kontrol dimana sumbu Y menunjukkan perhitungan variabel dan sumbu mendatar X menunjukkan jumlah sample. 4. Pada grafik ditulis angka hasil pengukuran sampel variabel atau atribut dari unit. 5. Lalu diterjemahkan arti grafik untuk melihat apakah: • Proses terkontrol dan tidak perlu ada tindakan • Proses tak terkontrol maka perlu dicari penyebabnya • Proses terkontrol tetapi ada kecenderungan dimana harus memperingatkan kepada spesifikasi ada kemungkinan terjadi kondisi yang tidak acak atau kondisi yang tak terkendali. [7]

2. Kurva OC

62 Kurva OC adalah kurva yang diplotkan untuk menyajikan penerimaan kontrol kualitas. Kurva tersebut akan menunjukkan dan membedakan sampel yang dapat diterima atau tidak diterima terhadap spesifikasi. Kurva OC juga menjelaskan risiko yang terjadi pada pelaksanaan kontrol kualitas. Sehingga kurva merupakan batas statistik dari penilaian sampel yang akan dipilih nantinya. Sebuah kurva OC terhadap rata - rata ditunjukkan pada Gambar 2.15. Kurva OC menegaskan penerimaan sampel yang telah dikontrol kualitasnya dengan menggunakan resiko produsen α dan konsumen β sebagai signifikansi penerimaan dan faktor yang mempengaruhi kontrol kualitas bahan dan pekerjaan. Untuk penerimaan sampel ditentukan dengan P1 - α . Dimana P menggunakan resiko konsumen β sebagai parameter proporsi kerusakan sampel. Sehingga dapat dilihat dengan tabel kurva OC kesesuaian spesifikasi yang telah menjadi standar perencanaan campuran beraspal sebelumnya. [13] Gambar 2.13. Distribusi Normal dan Miring dengan jumlah sampel berbeda. [11] 63 Gambar 2.14. Batas Spesifikasi, Satu Batas maupun Dua Batas. [13] Gambar 2.15. Distribusi rata – rata, kemungkinan penerimaan dengan kontrol rerata. [13] 64

BAB III Pengendalian Mutu Quality Control Menurut Bina Marga 2006

III.1. Standar perkerasan lentur Menurut Yates Aniftos 1998, standar adalah sesuatu yang digunakan sebagai basis dasar untuk perbandingan dan evaluasi karakteristik material dan prosedur kerja beserta hasil implementasinya yang selalu siap pakai jika diperlukan dan selalu mengutamakan aspek keselamatan dan keamanan bagi manusia dan lingkungan. Standar adalah dokumen yang berisi ketentuan teknis dari sebuah produk, metode, proses atau sistem yang dirumuskan secara konsensus komitmen bersama dan ditetapkan oleh instansi yang berwenang, baik secara nasional maupun internasional. [12] Sebelum tahun 1985, pengelolaan perkerasan jalan sebagian besar dilaksanakan dengan mengacu pada standar Amerika AASHTO dan ASTM karena masih belum banyak tersedia standar produk Indonesia yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan daerah di wilayah kerja Indonesia. Indonesia memiliki SNI sebagai standar rujukan dalam standar teknis bidang konstruksi jalan dan jembatan oleh Departemen PU khususnya dirujukan untuk Ditjen Bina Marga. Standar teknis yang dimaksud adalah buku spesifikasi teknis bidang jalan dan jembatan yang di dalamnya terdapat urutan standardisasi: definisi jenis konstruksi, standar rujukan yang digunakan, persyaratan bahan dan peralatan serta metode kerja tata cara yang digunakan, pengendalian mutu, pengukuran dan pembayaran. Namun, dalam tahap operasionalnya, mulai timbul permasalahan teknis yang cukup serius dikaitkan terjadinya kerusakan dini. Beberapa penyebab kerusakan