1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi
hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, dari kata pais
artinya “anak” dan again artinya “membimbing”. Maka “paedagogie”, diartikan sebagai bimbingan yang
diberikan kepada anak.
1
Dalam bahasa inggris, education pendidikan berasal dari educate mendidik yang artinya memberi peningkatan to elicit, to give
rise to, dan mengembangkan to evolve, to develop. Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan
untuk memperoleh pengetahuan.
2
Dan dalam bahasa Arab dikenal dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Pendidikan memiliki kurikulum sebagai tolok ukur keberhasilannya. Kurikulum meliputi tujuan isi dan metode yang lebih luas atau lebih umum,
sedangkan yang lebih sempit kurikulum merupakan tugas pengajaran.
3
Kurikulum yang sedang diterapkan dan dikembangkan oleh pemerintah sebagai pengembangan dari kurikulum 2004 KBK saat ini adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Prinsip yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah
berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, relevan dengan kebutuhan, menyeluruh dan
1
Sudirman, Tabrani Rusyan, Zainal Arifin, Toto Fathoni, Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1991, Cet. V, h. 4.
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. VRevisi, h.10.
3
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, Cet. XI, h. 6.
berkesinambungan, belajar sepanjang hayat, seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal.
4
Pengembangan KTSP ditujukan pada kompetensi tertentu, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang utuh dan terpadu, serta dapat
didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud hasil belajar.
5
Hasil belajar siswa dalam tiap mata pelajaran dinyatakan dengan ketercapaian ketuntasan
minimal KKM. Dengan batas KKM 75 menguasai bahan ajar. Siswa yang tidak mencapai KKM mengikuti program remedial, dan siswa yang
mencapai KKM mengikuti program pengayaan atau mengikuti pembelajaran pada kemampuan dasar berikutya.
Menurut Irma Pujiati banyak siswa yang belum mencapai KKM 75, karena masalah-masalah seperti masalah belajar siswa di kelas, desain dan
strategi pembelajaran dikelas, alat bantu, sumber belajar, sistem penilaian dan proses evaluasi, pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan lainnya atau masalah kurikulum. Sehingga setiap sekolah menetapkan batas ketuntasan belajar yang bervariasi, bahkan kurang dari 75
batas yang ditentukan oleh pemerintah.
6
Masalah ketuntasan dalam belajar merupakan masalah penting bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar
biologi. Masalah lain dalam pembelajaran adalah kebanyakan guru dalam
mengelola pembelajarannya menggunakan bahan ajar media konvensional yaitu bahan ajar instan, membeli dari penerbit dan pakai, tanpa upaya
menyiapkan dan menyusun sendiri, seperti buku-buku teks, buku sumbangan dari pemerintah dan LKS.
7
Dalam penggunaannya peran siswa hanya membaca dan kemudian menghafal. Pada saat guru menerangkan peran siswa
4
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, Cet. VI, h. 151.
5
Ibid., h. 146.
6
Irma Pujiati, Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1, 2008, h. 70.
7
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode Pembelajaran yang Kreatif dan Menyenangkan, Jogjakarta: Diva Press, 2011, Cet. I, h. 18.
hanya sebagai pendengar karena materi yang disampaikan oleh guru sudah tersedia lengkap di dalam buku teks.
Kondisi serupa juga terjadi dalam pembelajaran biologi, Biologi merupakan salah satu bagian Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Pendidikan
biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
Mata pelajaran biologi terdiri dari konsep, prinsip, hukum, dan teori yang sebagian merupakan sesuatu yang abstrak.
8
Pembelajaran biologi menuntut adanya peran aktif dari siswa, akan tetapi proses pembelajaran biologi yang berkembang saat ini masih banyak
ditekankan dengan ceramah murni dan menghafal, sehingga sulit untuk dipahami. Biologi termasuk mata pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian
besar siswa. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dibuktikan betapa sulitnya
mata pelajaran biologi. Hal itu terlihat dari adanya bermacam-macam tempat bimbingan belajar IPA, les IPA, kursus-kursus IPA dikarenakan hasil belajar
yang masih tergolong rendah.
9
Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru, khususnya dalam proses
pembelajaran biologi. Kegiatan belajar mengajar seharusnya lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa
diisi dengan muatan-muatan berbagai macam informasi yang dianggap perlu oleh guru. Alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa.
Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa lainnya. Langkah yang dapat dilakukan agar dapat menarik minat siswa dalam
pembelajaran adalah melaksanakan pengembangan dalam pengajaran dan pembelajaran. Guru harus dapat membangkitkan semangat konsentrasi siswa
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Selain itu juga, guru harus dapat memilih dan menyajikan model maupun strategi belajar
yang lebih efektif. Salah satunya adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division STAD.
8
Sri Wahyuningsih, Efektivitas Penggunaan Alat Peraga IPA Fisika Kelas 1 SLTP N Yogyakarta, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2, 2005, h. 199.
9
Ibid., h. 197.
STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang pertama kali akan menggunakan model pembelajaran
kooperatif hendaknya menggunakan tipe STAD.
10
Keistimewaan dalam STAD adalah kerjasama dalam kelompok belajar. Pelaksanaanya menerapkan
strategi kelompok belajar dengan anggota 4-5 orang dengan memperhatikan individu seperti tingkat kemampuan, jenis kelamin, kecepatan belajar, sosial
budaya atau latar belakang yang berbeda. Model STAD dapat ditunjang dengan media pembelajaran seperti
lembar kerja siswa LKS, handout, dan modul. Dengan LKS, siswa dapat mengerjakan latihan-latihan soal yang mengacu pada ringkasan konsep yang
diberikan sehingga dapat menumbuhkan penguatan dalam ingatan dan pemahaman siswa. Handout adalah bahan ajar yang sangat ringkas yang
diberikan kepada peserta didik ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan handout guru dapat membantu siswa untuk memberikan bimbingan
selama mengikuti kegiatan belajar. Sedangkan dengan modul, siswa yang mengikuti pembelajaran lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar
secara mandiri, memiliki catatan yang lengkap dan akurat, sehingga siswa dapat menjawab soal kuis dengan mudah.
11
Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Anugrah Ayumaharani Widianingsih 2012 yang berjudul
“Perbandingan hasil belajar kelas tipe STAD dilengkapi dengan modul dan LKS pada konsep sistem gerak pada manusia”. dari penelitian ini diperoleh
pembelajaran STAD dengan dilengkapi modul mendapatkan hasil lebih tinggi daripada yang dilengkapi dengan LKS.
12
Akan tetapi, dewasa ini masih banyak dijumpai di kelas, pembelajaran kooperatif tidak berjalan efektif. Seperti, diskusi masih banyak didominasi
oleh seorang siswa yang pandai, siswa yang pintar enggan mengajari anggota
10
Robert E. Slavin, Cooperatif Learning : Teori, Riset dan Praktik, Terj. dari Cooperatif Learning:Theory, Research and Practice oleh Narulita Yusron, Bandung: Nusa Media, 2013,
Cet. XIII, h. 143.
11
Prastowo, op. cit., h.79.
12
Anugrah Ayumaharani Widianingsih, Perbandingan Hasil Belajar Kelas Tipe STAD Dilengkapi dengan Modul dan LKS Pada Konsep Sistem Gerak pada Manusia, Skripsi pada
Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 69, tidak dipublikasikan.
kelompoknya yang belum mengerti, sehingga diskusi tidak berjalan dengan baik, siswa belum mencapai KKM disebabkan belum memahami konsep
dengan baik.
13
Dalam pembelajaran STAD siswa cenderung berpangku tangan pada kelompoknya sehingga banyak siswa yang mengandalkan beberapa teman
dalam kelompok yang mempunyai prestasi akademik,
14
pada tahap penyampaian materi siswa tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh
guru, pada akhirnya hal tersebut berakibat pada hasil belajar yang diperoleh. Fenomena ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif membutuhkan persiapan matang. Pertama, siswa harus sudah memiliki pengetahuan awal tentang topik atau materi yang akan dipelajari.
Kedua, siswa sudah harus mempunyai keterampilan bertanya. Keterampilan ini penting karena pembelajaran kooperatif tidak akan berjalan efektif jika
siswa tidak mempunyai kompetensi bertanya jawab. Tanya jawab merupakan proses transaksi atau penetapan gagasan atau ide intersubjektif dalam rangka
membangun pengetahuan. Pembelajaran kooperatif membutuhkan dukungan pengalaman siswa baik berupa pengetahuan awal maupun kemampuan
bertanya jawab.
15
Oleh karena itu, diperlukan teknik yang tepat yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran.
Guided Note Taking GNT adalah salah satu dari beberapa teknik pembelajaran. Pada teknik GNT, siswa dituntut untuk membuat catatan dan
menyimpulkan sendiri dari materi yang disampaikan oleh guru, dimana sebelumnya guru membuatkan skema atau pola dengan mengosongi sebagian
poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang kosong dalam handout yang diberikan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan diri serta diharapkan mampu memecahkan masalah
13
Selistiawati, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Perhitungan Kimia Stoikiometri, Skripsi pada Sarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 81, tidak dipublikasikan.
14
Eviyana Ayu Nugroho, Perbedaan Hasil Belajar Kimia Siswa Antara yang diberi Model NHT dengan STAD Kelas XI Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 61, tidak dipublikasikan.
15
Agus Suprijono, Cooperatif Learning, Tori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, Cet. VII, h. 102.
sendiri. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa supaya aktif mengembangkan pengetahuannya.
Tujuan dari teknik ini, agar siswa berlatih berfikir, berani bertanya, memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan diri serta diharapkan
mampu memecahkan masalah sendiri. Walaupun teknik ini akan berjalan baik di kelas yang kemampuannya merata, namun sebenarnya kelas dengan
kemampuan siswa yang bervariasi lebih membutuhkan strategi ini. Karena dengan kemampuan siswa yang beragam tersebut, maka siswa yang lamban
pemahamannya akan terbantu dan termotivasi siswa yang lebih cepat pemahamannya. Demikian juga siswa yang lebih cepat pemahamannya akan
semakin terasah. Teknik ini diharapkan dapat membantu siswa mempersiapkan pengetahuannya sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif
dan maksimal. Peneliti menggunakan teknik GNT pada model pembelajaran STAD
pada konsep organisasi kehidupan karena materi ini termasuk konsep dalam mata pelajaran biologi yang banyak terdapat istilah-istilah maupun bahasa
ilmiah yang sulit dipahami jika hanya dengan mendengarkan. Organisasi kehidupan merupakan materi yang banyak memanfaatkan informasi
penyusun tubuh makhluk hidup dan pembahasannya. Untuk itu diperlukan strategi dan model pembelajaran yang dapat mengemas setiap bahasan
didalamnya. Harapannnya jika ditambah dengan mencatat pemahaman siswa akan bertambah sehingga hasil belajar pun meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik dengan penggunaan teknik GNT pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan
hasil belajar biologi siswa, sehingga penulis mengangkat judul dalam skipsi ini, yaitu :
“Pengaruh Teknik GNT Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMP Kelas VII Pada Konsep Organisasi Kehidupan
”.
B. Identifikasi Masalah