65
BAB IV
Perlindungan Pengungsi Anak dalam Konvensi Hak Anak
A. Pengungsi Anak dan Berbagai Permasalahan yang Dihadapi
1. Kategori Masalah Anak
Masalah yang menyangkut hak-hak anak bukan hanya bagaimana mengintegrasikan hak-hak anak ke dalam hukum nasional negara peserta Konvensi
Hak Anak, akan tetapi yang terpenting adalah mengimplementasikan hak-hak anak dan hukum anak dalam praktek kehidupan sehari-hari. Hak-hak anak dalam
Konvensi Hak anak bukan sekedar hak-hak anak dalam keadaan yang sulit dan tertindas sehingga perlu dilindungi, akan tetapi juga kesejahteraan anak yang lebih
luas, baik secara sosial, ekonomi sosial, dan budaya bahkan politik. Dalam kenyataan keseharian, masalah anak-anak yang paling mendesak dilakukan langkah
intervensi dan intervensi itupun dilakukan secara khusus terhadap kategori anak- anak yang berada dalam situasi sulit. Anak-anak yang tergolong dalam kategori
situasi sulit dapat dikualifikasikan sebagai berikut :
68
a. Anak-anak yang berada dalam keadaan yang diskriminatif, yakni :
1 Larangan perlakuan diskriminasi anak
2 Nama dan kewarganegaraan anak
3 Anak cacat disabled
4 Anak suku terasing children of indegeneous people
68
Muhammad Zoni dan Zulchaina Z. Tanamas. Op.Cit. hal 110
Universitas Sumatera Utara
b. Anak-anak dalam situasi eksploitasi, yakni:
1 Anak yang terpisah dengan keluarganya
2 Anak korban penyeludupan dan terdampar di luar negeri
3 Anak yang tergangu privasinya
4 Anak korban kekerasan dan penelantaran
5 Anak tanpa keluarga
6 Anak yang diadopsi
7 Anak yang ditempatkan pada suatu lokasi yang perlu ditinjau secara
berkala 8
Buruh anak 9
Anak korban eksploitasi seksual, penculikan anak 10
Anak korban perdagangan anak, penyuludupan anak dan penculikan anak 11
Anak yang di eksploitasi dalam lain-lain bentuk 12
Anak korban penyiksaan dan perampasan kebebasan c.
Anak-anak dalam situasi darurat dan kritis
69
1 Anak yang perlu dipertemukan kembali dengan keluarganya
2 Pengungsi anak-anak
3 Anak yang terlibat dalam konflik bersenjata dan serdadu anak
4 Anak yang ditempatkan yang harus ditinjau secara berkala.
2. Pengungsi Anak dan Permasalahannya
Perlindungan hak-hak anak, yang diwujudkan sebagai gerakan global negara- negara di seluruh dunia dengan mensahkan Konvensi Hak Anak sebagai bagian dari
69
Ibid hal 111
Universitas Sumatera Utara
hukum nasional, merupakan sebuah kemajuan penting untuk meletakkan pembangunan sosial anak. Hal ini karena masa kanak-kanak merupakan masa
dimana jiwa dan raga serta kepribadian sedang tumbuh, dan masa dimana kekurangan yang bersifat sementara pun dapat menimbulkan kerusakan sepanjang
hidup serta kelainan pada tumbuh kembang manusia.
70
Walaupun Konvensi ini telah banyak diratifikasi negara-negara, kondisi anak-anak dalam kondisi sulit,
rentan, eksploitasi mengalami kekerasan, diskriminasi, serta penindasan, masih memerlukan perlindungan khusus.
71
Berbagai permasalahan anak muncul di berbagai negara, salah satunya yang menjadi perhatian khusus adalah pengungsi anak. Pengungsi Anak adalah anak-
anak yang hidup di pengungsian baik anak-anak yang dibawa oleh orang tuanya untuk mengungsi maupun anak-anak yang dilahirkan orang tuanya di tempat
pengungsian. Perlindungan Khusus juga perlu didapatkan
bagi anak-anak yang berada ataupun dilahirkan di tempat pengungsian.
72
70
Ibid hal 83
71
Ibid hal. 87
72
Acmad Romsan. Op.Cit. hal 153
Keberadaan Pengungsi Anak dalam dunia Internasional telah menimbulkan keprihatinan bagi masyarakat Internasional. Masyarakat perlu
memperhatikan sistem dalam perlindungan hak-hak pengungsi anak. Pengungsi anak merupakan golongan yang masih rentan, hal ini karena anak-anak belum
termasuk dalam orang-orang yang cakap hukum. Mereka msih memerlukan orang dewasa untuk membantu mereka di tempat pengungsian. Pengungsi anak juga perlu
dilindungi dari pengeksploitasi anak. Pada tahun 2012, dari statistik data UNHCR, jumlah pengungsi berada pada kisaran 35 juta orang. Sebanyak 55lima puluh
lima persen pengungsi berasal dari negara konflik, seperti Afganistan, Somalia,
Universitas Sumatera Utara
Iraq, Syria, dan Sudan. Selain itu juga, 48empat puluh delapan persen dari jumlah tersebut adalah perempuan dan sekitar 46 empat puluh enam persen
adalah anak-anak.
73
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pengungsi anak diantaranya kekurangan pangan
Jumlah yang tidak sedikit tentang data pengungsi anak sangat memprihatinkan.
74
, sanitasi yang buruk di tempat pengungsian, tempat pengungsian tidak layak, hingga terbatasnya kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan.
75
Tempat penungsian dan sanitasi yang buruk dapat memunculkan berbagai macam penyakit. Timbulnya masalah kesehatan menjadi awal perkembangan
penyakit-penyakit menular dan lainnya. Dalam Pasal 24 ayat 1 Konvensi Hak Anak menyatakan, bahwa tak seorang anakpun yang akan dirampas haknya untuk
Permasalahan pengungsi anak bukan hanya sebatas itu, ada juga anak-anak pengungsi disuruh bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga. Hal-
hal tersebut sudah termasuk pelanggaran yang dilakukan terhadap pengungsi. Walaupun hal-hal tersebut merupakan pelanggaran yang dilakukan terhadap
pengungsi dalam kajian Konvensi Hak Anak, sejauh ini masih belum ada sanksi yang diberikan kepada pelanggar atau Negara yang melangar Konvensi Hak Anak.
Pengungsi anak yang kurang mendapatkan pangan bahkan cenderung kekurangan gizi dapat menyebabkan angka kematian anak meningkat. Akibat dari kekurangan
pangan, proses tumbuh dan berkembang anak-anak akan mengalami masalah.
73
http:www.theguardian.comnewsdatablog2013jun19refugees-unhcr-statistics-datadata diakses
pada tanggal 16 April 2016 pukul 15:35
74
http:unic-jakarta.org201504278657 diakses pada tanggal 16 April 2016 pukul 15:54
75
https:arrahmahnews.com20160225mimpi-buruk-anak-anak-pengungsi-suriah diakses pada
tanggal 16 April 2016 pukul 15:55
Universitas Sumatera Utara
memperoleh pelayanan perawatan kesehatan. Dalam Pasal 24 ayat 2 Konvensi tersebut menerangkan bahwa negara-negara peserta akan mengusahakan
pelaksanaan hak atas kesehatan dan akan mengabil langkah-langkah tepat untuk: 1.
Memperkecil angka kematian bayi dan anak 2.
Memastikan pengadaan bantuan medis 3.
Memberantas penyakit dan kekurangan gizi 4.
Memastikan perawatan kesehatan 5.
Memastikan pemberian informasi tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan
6. Mengembangkan perawatan kesehatan pencegahan.
Masalah yang cukup serius adalah masalah kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Untuk kesempatan mendapatkan pendidikan, Konvensi Hak Anak telah
mengatur di dalam Pasal 28, yaitu negara-negara peserta megakui hak anak atas pendidikan dan untuk mewujudkan hak ini secara bertahap dan berdasarkan
kesempatan yang sama. Bagi para pencari suaka ataupun pengungsi, mendapat pendidikan dirasa sangat penting. Hal ini karena hak mendapatkan pendidikan
merupakan hak mendasar untuk meningkatkan kualitas hidup. Hal yang sangat disayangkan, pendidikan bagi para pencari suaka ataupun pengungsi di negara-
negara transi seperti halnya di Indonesia, umumnya tidak memadai ataupun tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
76
Selain itu juga, masalah anak-anak sebagai pengungsi adalah terpisahnya mereka dari orang tua atau keluarga mereka karena terpaksa keluar dari negaranya.
76
http:jrs.or.idcampaignsurban-refugeespendidikan-untuk-masa-depan-sebuah-harapan-pencari- suaka-dan-pengungsi-di-cisarua
diakses pada tanggak 17 April 2016 pukul 17:20
Universitas Sumatera Utara
Dari data JRS Jesuit Refugee Service pada tahun 2014, ada sekitar 2652 pengungsi atau pencari suaka anak di Indonesia. Sebanyak 908 diantaranya
merupakan anak-anak tanpa pendamping atau yang terpisah dari keluarganya.
77
B. Pengaturan Hukum Internasional Terhadap Pengungsi Anak