Pengertian Pengungsi Dalam Instrumen Internasional dan Regional

masih dalam lingkup wilayahnya wilayah negaranya belum dapat disebut sebagai pengungsi menurut Konvensi Tahun 1951. 30 c. Enny Soeprapto Pengungsi adalah suatu status yang diakui oleh hukum Internasional danatau nasional. Seseorang yang telah diakui statusnya sebagai pengungsi akan menerima kewajiban-kewajiban yang ditetapkan serta hak-hak dan perlindungan atas hak- haknya yang diakui oleh Hukum Internasional danatau nasional. Sebelum seorang pengungsi diakui statusnya sebagai pengungsi, pertama-tama ia merupakan pencari suaka. Status sebagai pengungsi merupakan tahap berikut dari protes kepergian atau beradanya seseorang di luar negeri tempat tinggalnya dulu. Ia menjadi pengungsi setelah diakuinya status oleh instrumen internasional danatau nasional. 31

3. Pengertian Pengungsi Dalam Instrumen Internasional dan Regional

32 Berikut ini akan dijelaskan pengertian pengungsi refugee menurut instrumen-instrumen Internasional maupun regional.

a. Instumen Internasional

1 Menurut Statuta UNHCR Instumen ini disahkan oleh Majelis Umum PBB dalam resolusi 428V, bukn Desember 1959. Secara garis besar Statuta UNHCR ini terdiri dari tiga bab yaitu : 30 Ibid hal. 37 31 Sri Badini Amidjojo. Perlindungan Terhadap Pengungsi Berdasarkan Konvensi Jenewa 1951. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manuisa RI. 2004 32 Acmad Romsan. Op.Cit hal 37 Universitas Sumatera Utara a Ketentuan-ketentuan umum b Fungsi UNHCR c Organisasi dan Keuangan Dalam fungsi UNHCR yang disebutkan dalam Statuta, tercermin di definisi yang diberikan terhadap pengungsi dan juga tugas-tugas yang diemban oleh Badan ini, yaitu ; memberikan bantuan serta perlindungan secara Internasional terhadap orang-orang yang terpaksa pergi meninggalkan negara asalnya, karena adanya rasa ketakutan yang sangat akan persekusi. Ketakutan itu bisa didasarkan kepada ras, agama, kebangsaan, juga mungkin karena keanggotaan pada salah satu kelompok sosial ataupun karena pendapat politik. Juga mereka tidak dapat atau tidak bermaksud untuk melindungi diri dari perlindungan negara tersebut, atau untuk kembali, karena adanya rasa ketakutan akan persekusi. 33 2 Menurut Konvensi Tahun 1951 Tentang Status Pengungsi The 1951 Convention Relating to the Status of Refugees Secara umum pengertian pengungsi dapat dilihat dalam ketentuan Pasal I A ayat 2 sebagai berikut : “ As a result of events occuring before 1 January 1951 and owing to well founded fear of being persecuted for reason of race, religion, nationality, membership of particular social group or political opinion, is outside the country of his nationality and is unable or, owing to such fear, is unwilling to avail himself of protection of thet country; or who, not having a nationality and being outside the country of his former habitual 33 Acmad Romsan. Op.Cit. hal. 39 Universitas Sumatera Utara residence as a result of such events, is unable or, owing to such fear, is unwilling to return to it” Jadi berdasarkan konvensi tersebut, pengungsi merupakan orang-orang yang berada diluar negaranya dan terpaksa meinggalkan negara mereka karena adanya peristiwa yang terjadi sebelum tanggal 1 Januari 1951 dan adanya rasa takutakan penganiayaan, baik karena ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok tertentu maupun pendapat politik yang dianut mereka. Rasa takut akan adanya penganiayaan ini menjadi dasar UNHCR untuk menentukan apakah seseorang itu termasuk dalam kategori pengungsi atau tidak. 34 3 Menurut Protocol Tanggal 31 Januari 1967 tentang Status Pengungsi Protocol Relating to the Status of Refugees of 31 January 1967 Dalam Pasal 1 ayat 2 Protokol tersebut, pengungsi dapat diartikan sebagai berikut : “For the purpose of the present Protocol, the term ‘refugee’ shall, except as regards the application of paragraph 3 of this Article, mean any person within the definition of Article 1 of the Convention as if the words ‘ as a result of events occuring before 1 January 1951 and ...’ and the words ‘ ... a result of such events: in Article 1A 2 were comitted.” Jadi, adanya perluasan mengenai definisi pengungsi dalam Konvensi 1951 sebagai akibat dari adanya pengungsi baru disepanjang 1950-1960 an. Karena itu, negara-negara yang ikut dalam protokol ini menerapkan definisi pengungsi menurut Konvensi 1951, namun tanpa adanya batasan waktu. 35 34 Ibid hal 40-41 35 Ibid hal 42 Universitas Sumatera Utara 4 Menurut Deklarasi Perserikatan Bangs-Bangsa tahun 1967 tentang Asilum Teritorial UN Declaration on Territorial Asylum 1967 Dalam deklarasi Suaka Teritorial tahun 1967 ini, memperluas efektifitas perlindungan Internasional terhadap para pengungsi. Perlindungan itu dimaksudkan untuk mengembangkan instrumen hukum Internasional untuk para pengungsi dan juga untuk memastikan bahwa mereka diperlakukan sesuai dengan instrumen-instrumen khususnya yang berkaitan dengan hak untuk bekerja, jaminan sosial, serta akses terhadap dokumen perjalanan. UN Declaration on Territorial Asylum 1967 ini hanya terdiri dari 4 Pasal. Deklarasi ini, di bagian Pembukaan, merujuk kepada Pasal 14 Universal Declaration of Human Rights yang menyatakan bahwa : a Everyone has the right to seek and to enjoy in other countries asylum from persecution. b This right may not be revoked in the case of prosecutions genuinely arising from non-political crimes or from acts contrary to the purpose and principles of the United Nations. Deklarasi tahun 1967 juga merujuk kepada Pasal 13 ayat 2 dari Universal Declaration of Human Rights yang menyatakan: “Everyone has the right to leave any country, including his own, and to return to his country.” 36

b. Instrumen Regional

Ada beberapa instrumen regional yang secara khusus mengatur tentang pengungsi : 36 Ibid hal 43 Universitas Sumatera Utara 1 Organization of African Unity OAU Convention Definisi pengungsi menurut OAU masih tetap berpegang kepada definisi yang diberikan oleh Konvensi tahun 1951. Hal ini karena, pengesahan terhadap naskah Konvensi OAU dilakukan dalam tahun 1969 dengan merujuk kepada Konvensi Tahun 1951 tentang status pengungsi. Akan tetapi ada tambahan yang merupakan hal yang sesuai dengan karakteristik di Afrika yaitu orang-orang yang terpaksa meninggalkan negara-negara mereka karena : “owing to external aggression, occupation, foreign domination or events seriously disturbing public order in either part or the whole of his country of origin or nationality” Dengan demikian, orang-orang yang pergi meninggalkan negara tempat asal mereka karena adanya bencara perang saudara, kekerasan, dan juga adanya perang, berhak untuk mendapatkan status sebagai pengungsi. 37 2 Menurut Negara-Negara Amerika Latin Dalam Deklarasi Kartagena, memuat definisi sama dengan yang ada dalam Konvensi OAU. Deklarasi Kartagena ini sangat penting, disamping Konvensi 1951 dan Konvensi OAU, karena telah memberikan rekomendasi, bahwa definisi pengungsi yang dipergunakan di kawasan harus memasukkan orang-orang yang pergi meninggalkan negara mereka dengan alasan jiwanya terancam, keamanan, serta kebebasan karena adanya kekerasan, agresi pihak asing, konflik internal, pelanggaran HAM yang berat, ataupun karena adanya hal-hal lain sehingga ketertiban umum 37 Ibid hal 44 Universitas Sumatera Utara terganggu. Secara lengkap rekomendasi itu dituangkan dalam poin berikut : “To reiterate that, in view of the experience gained from the massive flows of the refugees on the Central American area, it is necessary to consider enlarging the concept of the refugee, bearing in mind, as far as appropriate and in the light of the situation prevaling in the religion, the precedent of the OAU Convention article 1, paragraph 2 and the doctrine employed in the reports of the Inter-American Commission on Human Right. Hence the definition or concept of a refugee to be recommended for use in the region is one which, in addition to containing the elements of the 1951 Convention and the 1967 Protocol, includes among refugees person who have fled their country because their lives, safety or freedom have been threatened by generalized violence, foreign aggresion, internal conflicts, massive violation of Human Right or other circumstances which have seriously disturbed public order” 38

B. Syarat Pengungsi

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Perdagangan Orang Menurut Konvensi Hak Anak 1989

0 98 86

Kewenangan United Nation High Commisioner For Refugees (Unhcr) Dalam Perlindungan Pengungsi Konflik Suriah Di Wilayah Turki

7 112 91

Upaya United Nations High Commissioner For Refugees (UNHCR) dalam menangani pengungsi Suriah di Lebanon Tahun 2011-2013

1 29 111

PERLINDUNGAN HUKUM PENGUNGSI VIETNAM DI PULAU GALANG KEPULAUAN RIAU PADA TAHUN 1979-1996 OLEH UNHCR (UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES) DITINJAU DARI KONVENSI WINA 1951 DAN UNDANG-UNDANG N.

0 0 1

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 10

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 1

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 15

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 27

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kewenangan United Nation High Commisioner For Refugees (Unhcr) Dalam Perlindungan Pengungsi Konflik Suriah Di Wilayah Turki

0 0 18