orang yang tidak memiliki warga negara melalui perkawinan, berakhirnya perkawinan, atau karena mendapatkan status kewarganegaraan lainnya.
d. The Fourth Geneva Convention Relative to the Protection of Civilian
Persons in Time of War 1949
42
Konvensi ini merupakan Konvensi keempat dari 3tiga Konvensi Jenewa lainnya yang mengatur tentang perlindungan korban perang. Di dalam
Konvensi ini yang berkaitan dengan pengungsi diatur dalam Bagian II, berjudul “Aliens in the Territory of a Part to the Conflict”. Dalam Pasal
44 disebutkan bahwa negara yang bertikai tidak boleh memperlakukan para pengungsi yang tidak mendapatkan perlindungan dari suatu negara
seperti musuh dari negara mana ia bermusuhan. e.
The United Nations Declaration on Teritorial Asylum 1967
43
Setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan di negara lain karena adanya persekusi dan juga merupakan hak setiap orang untuk
kembali dan pergi meninggalkan negaranya, maka disahkanlah Deklarasi Suaka Teritorial. Deklarasi Suaka Teritorial ini sangat penting bagi
pengungsi mengingat diantara mereka itu mungkin saja terdapat orang- orang yang mencari suaka Asylum Seekers
2. Status dan Syarat Pengungsi
Status Pengungsi merupakan KetetapanDeclarator yang hanya menyatakan apa yang sebenarnya sudah ada. Ini berbeda dengan konstitutp yang menciptakan
status yang baru. Dengan kata lain, seseorang tidak menjadi pengungsi sebab
42
Ibid hal 93
43
Ibid
Universitas Sumatera Utara
pengakuan akan tetapi pengakuan ada karena orang tersebut sudah pengungsi. Kriteria untuk dapat disebut sebagai pengungsi adalah :
a. Has a well founded fear of persecution because of hisher : race, religion,
nationality, membership in a particular social group or politican opinion b.
Is outside hisher country of origin c.
Is unable or unwilling to avail hilmherselft of the protection of that or to return there for fear of persecution country
Selain itu juga, terdapat 2dua terminologi pengungsi, yaitu: a.
Mandate Refugee Pengungsi Mandat Hal tersebut didasarkan oleh faktor apabila suatu negara belum menjadi
peserta pada Konvensi 1951. Status penetapan pengungsi dilakukan oleh wakil-wakil UNHCR yang berada di negara tersebut dan untuk hal yang
demikian dinamakan pengungsi mandate karena penetapannya ditentukan oleh UNHCR.
b. Convention Refugee Pengungsi Konvensi
Pada pengungsi Konvensi, prosedur penetapan status diserahkan kepada negara yang sudah menjadi peserta Konvensi tersebut dan tetap
bekerjasama dengan UNHCR setempat. Biasanya negara tersebut membentuk suatu panitia khusus yang terdiri dari instansi-instansi yang
ada hubungannya dengan masalah pengungsi.
44
44
Wagiman. Op.Cit hal 139
Universitas Sumatera Utara
Penentuan seseorang menjadi pengungsi sebenarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam 2 tahap, yaitu:
a. Penemuan atau penetapan yang menentukan bahwa dari fakta yang ada
memang orang tersebut adalah refugee b.
Fakta dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dalam Konvensi 1951 dan Protokol 1967. Setelah itu dihubungkan apakah yang bersangkutan
memang merupakan pengungsi atau tidak. Pada awalnya, status orang yang mengungsi bukan lah pengungsi tetapi
pencari suaka. Pencari suaka merupakan orang yang telah mengajukan permohonan untuk mendapat perlindungan namun permohonannya sedang dalam
proses penentuan. Apabila permohonan pencari suaka diterima, maka ia akan disebut sebagai pengungsi, dan status tersebut memberikannya hak serta
kewajiban sesuai dengan undang-undang negara yang menerimanya.
45
45
Persentase permohonan pencari suaka diterima sangat beragam dari satu negara ke negara
lain, bahkan untuk satu negara yang sama. Setelah menunggu proses selama bertahun-tahun, para pencari suaka yang mendapatkan jawaban negatif tidak dapat
dipulangkan ke negara asalnya yang membuat mereka terlantar. Para pencari suaka yang tidak meinggalkan negara yang disinggahinya biasanya dianggap
sebagai imigran tanpa dokumen. Pencari suaka, terutama mereka yang permohonannya tidak diterima, semakin banyak yang ditampung di rumah
tendensi.
http:jrs.or.idrefugee diakses pada tanggal 11 April 2016 pukul 17.29
Universitas Sumatera Utara
Pencari suaka yang telah terdaftar kemudian dapat mengajukan permohonan status pengungsi, melalui prosedur penilaian yang mendalam oleh UNHCR, yang
disebut sebagai Penentuan Status Pengungsi atau Refugee Status Determination RSD, prosedur ini antara lain
46
a. Registrasi atau Pendaftaran Para Pencari Suaka
:
Sebelum melalui tahap ini, petugas UNHCR memberikan berupa formulir isian dan memberikan briefingpengarahan mengenai proses yang akan
dilakukan oleh para pencari suaka. Formulir isiannya sendiri memiliki banyak versi, dan briefing yang diberikan dilakukan dan didampingi oleh seorang
interpreter terpercaya berdasarkan kebutuhan pada saat registrasi. Dalam tahap registrasi, para pencari suaka dicatat seluruh detailnya, mulai dari nama,
asal, suku, agama, warga negara, bahasa yang digunakan, tanggal keberangkatan dari negara asalnya, tempat transit, data keluarga, alasan lari
dari negaranya, dan lainya. Setelah tahap ini selesai, UNHCR akan memberikan Attestation Letter yaitu suatu surat yang menerangkan bahwa
orang tersebut sedang mengikuti proses penentuan status pengungsi. Attestation Letter yang dikeluarkan UNHCR ini berkaitan dengan prinsip
non-refoulement, yaitu sebuah prinsip tentang suatu negara tidak boleh mengembalikan orang yang diduga pengungsi ke negara dimana orang
tersebut akan dipersekusi atau dianiaya. Attestation Letter yang dikeluarkan berupa Asylum seeker certificate, hal ini dikarenakan tahap ini masih
merupakan tahap awal. Jangka waktu sertifikat ini biasanya bervariasi. Untuk
46
http:lettredecreance.blogspot.co.id201305proses-penentuan-status-pengungsi.html diakses pada
tanggal 11 April 2016 pukul 17.30
Universitas Sumatera Utara
mereka yang berkategori minor, wanita, atau orang tua, atau golongan yang termasuk dalam golongan rentan vulnerable, biasanya mereka mendapatkan
tahap wawancara lebih cepat. Akan tetapi untuk golongan biasa, mereka akan mendapatkan sertifikat dengan jangka waktu 2 bulan. Setelah 2 bulan, mereka
diminta kembali datang ke UNHCR untuk mendapatkan sertifikat pembaharuan dari sertifikat yang telah mereka terima serta mendapatkan
kepastian tanggal wawancara tahap awal tersebut.
b. Wawancara Interview
Wawancara tahap awal, atau dapat disebut dengan first instance interview adalah wawancara yang dilakukan oleh seorang petugas UNHCR untuk
menggali leih dalam mengenai status orang pencari suaka sebelum diberikan rekomendasi untuk diterima atau ditolaknya kasus. Pertanyaan yang diajukan
bersifat detail, dan petugas UNHCR sudah menyatakan bahwa segala pernyataan yang diajukan selama proses wwancara bersifat rahasia dan tidak
ada pihak lain yang tahu kecuali UNHCR sendiri. Proses wawancara ini biasanya memakan waktu yang cukup lama, yaitu berkisar 4-5 jam.
c. Penentuan Status Pengungsi
Proses penentuan status pengungsi atau biasa disebut dengan proses Refugee Status Determination RSD, adalah suatu tahap dimana petugas UNHCR
telah selesai melakukan proses wawancara tahap awal, maka petugas tersebut bertanggung jawab terhadap penyelesaian kasus hingga memberikan laporan
dan rekomendasi apakah kasus mereka ditolakditerima oleh UNHCR. Dalam
Universitas Sumatera Utara
tahap ini, petugas menulis semacam laporan yang telah ditentukan formatnya oleh UNHCR pusat di Geneva, yang tebalnya mencapai minimal 10 halaman
untuk satu kasus dan ditulis dalam bahasa Inggris. Dalam tahap ini juga, mereka menggali segala informasi yang didapat pada tahap wawancara, dari
informasi Country of Information CoI, berita-berita terbaru tentang wilayahdaerah konflik asal para pencari suaka, serta pedoman dari UNHCR
pusat mengenai beberapa hal tertentu. Selain itu, untuk beberapa kasus, para petugas sering bekerjasama dengan petugas-petugas lain yang ada di belahan
dunia, yang pernah menangani kasus atau pencari suaka tersebut pernah mencari suaka di negara lainnya.
d. Pemberian StatusPenolakan Kasus
Setelah petugas menyelesaikan suatu kasus, maka petugas tersebut akan memberikan rekomendasi kasus tersebut kepada petugas yang lebih tinggi
untuk dilakukan peninjauan kembali. Seringkali diperiksa mulai dari inti kasus tersebut, alasan, dan dasar pemberian rekomendasi, bahkan hingga
grammar dan titik koma penulisannya. Ini bertujuan untuk menciptakan rekomendasi yang berkualitas. Setelah ditinjau kembali, maka petugas yang
lebih tinggi jabatannya akan memanggil petugas yang mengerjakan kasus tersebut untuk mengetahui lebih detail lagi alasan kasus tersebut dapat
diterima atau ditolah, dan setelah itu barulah penyelesaian. Bagi mereka yang dinyatakan diterima kasusnya dan dinyatakan layak
sebagai pengungsi Internasional, maka mereka akan diberikan status pengungsi Internasional. Pihak UNHCR akan memberi kabar terhadap orang
Universitas Sumatera Utara
yang baru ditetapkan sebagai pengungsi Internasional dan memintanya datang ke UNHCR untuk menukar attestation letter mereka yang tadinya berupa
asylum seeker certificate menjadi refugee certifiate. Sedangkan bagi mereka yang ditolak kasusnya, UNHCR mempunyai hak
untuk tidak memberi alasannya, dan mereka yang ditolak kasusnya berhak mengajukan banding yang jangka waktunya selama 1 bulan. Permintaan
banding diberikan secara tertulis, disertai alasannya. Pada umumnya, mereka yang mengajukan banding akan memberikan fakta baru atau cerita lainnya
dengan harapan status mereka akan dipikirkan kembali oleh UNHCR. Apabila permintaan banding diterima, maka UNHCR akan memberikan
jadwal baru bagi mereka untuk kembali melakkan interview tambahan atau appeal interview, akan tetapi wawancara atau interview tersebut bukanlah hal
yang wajib. Apabila petugas yang menangani merasa sudah cukup informasi yang diberikan pada saat pengajuan surat banding, maka hal tersebut sudah
tidak perlu dilakukan.
e. Penampungan Sementara
Penampungan sementara diberikan kepada orang-orang yang telah mendapatkan status pengungsi Internasional oleh UNHCR. Proses ini pada
umumnya memakan waktu yang cukup lama sambil menunggu kasusnya masuk ke negara ketiga. Selama dipenampungan mereka mendapatkan hak
untuk memperoleh makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang layak. Bahkan sering kali kegiatan sehari-hari mereka diisi dengan hal-hal positif seperti
Universitas Sumatera Utara
diajarkan berbagai keterampilan, pendidikan bagi anak-anak, dan berbagai macam kegiatan olahraga.
f. Penempatan di Negara ketiga
Penempatan di Negara ketiga merupakan pilihan satu-satunya yang tersedia bagi Indonesia, hal ini karena Indonesia bukanlah peserta Konvensi Status
Pengungsi tahun 1951. Proses penempatan di Negara ketiga ini biasa disebut dengan resettlement in the third country dimulai setelah seorang pengungsi
tersebut sudah berada di tempat penampungan. Proses penempatan ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pihak UNHCR akan memanggil kembali
pengungsi untuk diwawancarai mengkonfirmasi segala hal yang telah dinyatakan di segala tahap wawancara sebelumnya. Hal ini karena apabila
pengungsi berbohong, maka akan berpengaruh terhadap kasusnya sendiri dalam antrian, atau bisa saja dibatalkan statusnya sebagai pengungsi.
C. Tugas dan Peranan United Nation High Commisioner for Refugees UNHCR dalam Perlindungan Pengungsi