Perlindungan pengungsi lebih jauh mencakup proses verifikasi identitas pencari suaka dan pengungsi agar mereka dapat terdaftar dan dokumentasi individual
dapat dikeluarkan. Perlindungan yang dilakukan UNHCR berkaitan dengan
Pasal 22 Konvensi Hak Anak tentang status pengungsi bagi pengungsi anak. Anak-anak sebagai pengungsi atau pengungsi anak, akan lebih dahulu dibantu
dalam pencarian status pengungsi nya.
B. Saran
Saran yang saya berikan berkaitan penulisan ini, seperti: 1.
Perlu adanya peningkatan perlindungan dan penanganan bagi para pengungsi, serta perlunya kerjasama yang lebih baik antara organisasi Internasional
dengan Pemerintah, baik di Negara Penerima maupun Negara Pihak Ketiga untuk memberikan kenyamanan bagi Pengungsi Anak.
2. Perlu adanya sosialisasi lembaga atau organisasi Internasional secara
menyeluruh sehingga prinsip dan asas serta bentuk-bentuk perlindungan terhadap hak-hak dapat dilaksanakan sebagaimana seharusnya, guna adanya
perlakuan yang sama terhadap perlindungan anak. 3.
Para Pengungsi Anak perlu mendapatkan perlakuan yang sama seperti anak- anak pada umumnya.
Universitas Sumatera Utara
16
BAB II Tinjauan Umum Pengungsi dalam Hukum Internasional
A. Pengertian Pengungsi
Terdapat 3tiga istilah yang perlu dijelaskan lebih dahulu untuk menempatkan istilah pengungsi tepat pada tempatnya. Istilah-Istilah tersebut antara
lain ; suaka, pencari suaka, dan pengungsi. Suaka adalah penganugrahan perlindungan dalam wilayah suatu negara kepada orang-orang dari negara lain yang
datang ke negara bersangkutan karena menghindari pengejaran atau bahaya besar. Pada draft yang dibuat oleh UNHCR suaka diartikan sebagai pengakuan secara
resmi oleh negara bahwa seseorang adalah pengungsi dan memiliki hak dan kewajiban tertentu. Pada perlindungan suaka terdapat aspek penting yakni
terdapatnya Prinsip non-refoulement. Prinsip tersebut merupakan aspek penting dan menjadi dasar hukum fundamental dari hukum pengungsi. Konsep dari prinsip
tersebut intinya melarang negara-negara untuk memulangkan mengembalikan mengusir seseorang sekelompok orang diwilayahnya dimana nyawa ataupun
kebebasan mereka terancam.
25
Dasar hukum permohonan suaka berdalih adanya rasa takut atau ancaman terhadap keselamatan diri dari penganiayaan penyiksaan. Alasan tambahan dari
permohonan suaka adalah adanya cukup alasanbukti bahwa yang bersangkutan terancam keselamatannya karena suatu alasan yang telah ditentukan hukum
25
Wagiman.Hukum Pengungsi Internasional. 2012. Sinar Grafika. Jakarta.92
Universitas Sumatera Utara
Internasional, seperti hal-hal bersifat rasial, agama, kebangsaan, keanggotaanya dalam suatu kelompok sosial atau kelompok politik.
Seringkali pengungsi sekaligus merupakan pencari suaka, akan tetapi pencari suaka ada juga yang tidak mendapatkan status pengungsi. Hal tersebut terjadi
karena mereka tidak mempunyai pilihan hidup lain selain keluar dari negaranya. Setiap manusia, memiliki hak inherent untuk hidup yang harus dilindungi oleh
hukum. Tidak seorang pun dapat dengan sewenang-wenang dirampas haknya untuk hidup sehubungan dengan hal itu, orang-orang yang meninggalkan negaranya
akibat tekanan yang mereka terima dari negaranya.
1. Pengertian Secara Umum
Refugee merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang dalam Bahasa Indonesia disebut pengungsi. Pengungsi adalah satu status yang diakui oleh
Hukum Internasional danatau nasional. Seseorang yang telah diakui statusnya sebagai pengungsi akan menerima kewajiban-kewajiban yang ditetapkan serta
hak-hak dan perlindungan atas hak-haknya itu yang diakui oleh Hukum Internsional danatau nasional.
26
26
Sulaiman Hamid. 2002. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 39
Pengertian pengungsi refugee yaitu : “The word refugee is frequently used by the media, politicians and the general public to
describe anyone who has been obliged to abandon his or her usual place of residence. Normally, when the word is used in this general manner little effort is
made to distinguish between people who have had to leave their own country and those who have been displaced whitin their homeland Nor is much attention paid
to the causes of flight. Whether people are escaping from persecution, political
Universitas Sumatera Utara
violence, communal conflict, ecological disaster or proverty, they are all assumed to qualify for the title of refugee.”
27
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI pengungsi diartikan sebagai orang yang mencari tempat yang aman keteika daerahnya ada bahaya yang
mengancam. Dalam terminologi bahasa Indonesia pengungsi tidak mencakup baik geografisnya maupun prasyarat penyebabnya. Dalam Black’s Law Dictionary
pengungsi diartikan sebagai “A person who arrives in a country to settle there permanently; a person who immigrates.” Dalam The Concise Oxpord Dictonary,
pengungsi diartikan sebagai “A person taking refuge, esp. In a foreign country from war or persecution or natural disaster.” Sedangkan dalam Longman
Dictionary of Contemporary English mendefinisikan pengungsi dalam arti “A person who has been driven from his country for political reason or during war.”
Sementara itu, pada Wedbster Ninth New Collegate Dictionary, pengungsi diartikan dengan “ One who flees to a foreign country or power to escape danger
or persecution.” Jika merujuk pada Kamus Bahasa Indonesia diatas, istilah pengungsi berbeda.
28
Dari pengertian diatas, dapat kita ketahui bahwa pengungsi secara umum dapat diartikan pengungsi merupakan orang-orang yang keluarmelarikan diri dari
tempat asalnegaranya karena beberapa alasan seperti ; penganiayaan, kekerasan politik, konflik komunal, bencana alam. Pada umumnya, pengungsi ini banyak
akibat negara asalnya terjadi konflik. Orang-orang yang disebut pengungsi ini melarikan diri dari negara asalnya untuk mendapatkan keamanan dari negara lain
27
Ibid. Hal 40
28
Wagiman.Op.Cit. Hal 97
Universitas Sumatera Utara
yang tidak didapat di negaranya serta agar tidak terlibat dalam konflik yang sedang terjadi di negara asal. Lain hal dengan bencana alam, pengungsi yang
diakibatkan bencana alam mengungsi karena mereka membutuhkan bantuan dari orang-orang ataupun negara-negara lain untuk membantu mereka. Pengungsi
akibat bencana alam, misalnya tsunami sangat membutuhkan bantuan, hal tersebut karena banyak harta, pekerjaan, keluarga mereka yang bisa saja habis dihancurkan
oleh ombak tersebut.
2. Pendapat Para Ahli
a. Malcom Proudfoot
Malcom memberikan pengertian pengungsi dengan melihat keadaan para pengungsi akibat perang Dunia II. Dari komentar Malcom, dapat ditarik suatu
gambaran tenteng pengertian pengungsi sebagai berikut : “ These forced movements, ...Were the result of the persecution, forcible
deportation, or flight of Jews and the political opponent of the authoritarians governments; the transference of ethnic population back to
their homeland or to the newly created provinces acquired by war or treaty; the arbitrary rearrangement of prewar boundaries of sovereign state; the
mass flight of civilians under the terror of bombardment from the air and under the threat or pressure of the advance or retreat of armies over
immense area of Europe; the forced removal of populations from coastal or defense area under military dictation; and the deportations for forced
labour to bolster the German war effort ”
Universitas Sumatera Utara
“ Gerakan-gerakan paksa , ... Apakah hasil penganiayaan , deportasi paksa ,
atau penerbangan dari Yahudi dan lawan politik pemerintah otoriter ; pemindahan penduduk etnis kembali ke tanah air mereka atau ke provinsi baru
yang timbul akibat perang atau perjanjian ; penataan ulang sewenang-wenang batas sebelum perang dari negara yang berdaulat ; perpindahan penduduk
secara besar-besaran akibat adanya serangan udara dan adanya tekanan atau ancaman dari para militer dibeberapa wilayah Eropa ; pemindahan paksa
penduduk dari daerah pesisir atau pertahanan di bawah perintah militer ; dan deportasi tenaga kerja paksa untuk ikut dalam perang Jerman
29
b. Pietro Verri
Dari terjemahan pendapat yang dikemukakan oleh Malcom, pengungsi adalah orang-orang yang terpaksa pindah dari tempat asalnya ke tempat lain.
Orang-orang yang terpaksa pindah ini, seperti yang sebelumnya sudah dikemukakan mempunyai alasan untuk pindah agar mendapatkan keamanan dari
tempat yang baru.
Pengertian Pengungsi menurut Pietro Verri dikutip dari Pasal 1 UN Convention on The Status of Refugees tahun 1951 yang berbunyi “[It] applies to
any person who has fled the country of his nationality to avoid persecution or the threat of persecution.” Dari Pasal tersebut, pietro berpendapat bahwa pengungsi
adalah orang-orang yang meninggalkan negaranya karena adanya rasa ketakkutan akan penyiksaan atau ancaman penyiksaan. Jadi terhadap mereka yang mengungsi
29
Acmad Romsan. Op.Cit hal 36
Universitas Sumatera Utara
masih dalam lingkup wilayahnya wilayah negaranya belum dapat disebut sebagai pengungsi menurut Konvensi Tahun 1951.
30
c. Enny Soeprapto
Pengungsi adalah suatu status yang diakui oleh hukum Internasional danatau nasional. Seseorang yang telah diakui statusnya sebagai pengungsi akan menerima
kewajiban-kewajiban yang ditetapkan serta hak-hak dan perlindungan atas hak- haknya yang diakui oleh Hukum Internasional danatau nasional. Sebelum
seorang pengungsi diakui statusnya sebagai pengungsi, pertama-tama ia merupakan pencari suaka. Status sebagai pengungsi merupakan tahap berikut dari
protes kepergian atau beradanya seseorang di luar negeri tempat tinggalnya dulu. Ia menjadi pengungsi setelah diakuinya status oleh instrumen internasional
danatau nasional.
31
3. Pengertian Pengungsi Dalam Instrumen Internasional dan Regional
32
Berikut ini akan dijelaskan pengertian pengungsi refugee menurut instrumen-instrumen Internasional maupun regional.
a. Instumen Internasional
1 Menurut Statuta UNHCR
Instumen ini disahkan oleh Majelis Umum PBB dalam resolusi 428V, bukn Desember 1959. Secara garis besar Statuta UNHCR ini terdiri dari
tiga bab yaitu :
30
Ibid hal. 37
31
Sri Badini Amidjojo. Perlindungan Terhadap Pengungsi Berdasarkan Konvensi Jenewa 1951. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manuisa RI. 2004
32
Acmad Romsan. Op.Cit hal 37
Universitas Sumatera Utara
a Ketentuan-ketentuan umum
b Fungsi UNHCR
c Organisasi dan Keuangan
Dalam fungsi UNHCR yang disebutkan dalam Statuta, tercermin di definisi yang diberikan terhadap pengungsi dan juga tugas-tugas yang
diemban oleh Badan ini, yaitu ; memberikan bantuan serta perlindungan secara Internasional terhadap orang-orang yang terpaksa pergi
meninggalkan negara asalnya, karena adanya rasa ketakutan yang sangat akan persekusi. Ketakutan itu bisa didasarkan kepada ras, agama,
kebangsaan, juga mungkin karena keanggotaan pada salah satu kelompok sosial ataupun karena pendapat politik. Juga mereka tidak dapat atau
tidak bermaksud untuk melindungi diri dari perlindungan negara tersebut, atau untuk kembali, karena adanya rasa ketakutan akan persekusi.
33
2 Menurut Konvensi Tahun 1951 Tentang Status Pengungsi The 1951
Convention Relating to the Status of Refugees Secara umum pengertian pengungsi dapat dilihat dalam ketentuan Pasal I
A ayat 2 sebagai berikut : “ As a result of events occuring before 1 January 1951 and owing to well
founded fear of being persecuted for reason of race, religion, nationality, membership of particular social group or political opinion, is outside the
country of his nationality and is unable or, owing to such fear, is unwilling to avail himself of protection of thet country; or who, not
having a nationality and being outside the country of his former habitual
33
Acmad Romsan. Op.Cit. hal. 39
Universitas Sumatera Utara
residence as a result of such events, is unable or, owing to such fear, is unwilling to return to it”
Jadi berdasarkan konvensi tersebut, pengungsi merupakan orang-orang yang berada diluar negaranya dan terpaksa meinggalkan negara mereka karena adanya
peristiwa yang terjadi sebelum tanggal 1 Januari 1951 dan adanya rasa takutakan penganiayaan, baik karena ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok
tertentu maupun pendapat politik yang dianut mereka. Rasa takut akan adanya penganiayaan ini menjadi dasar UNHCR untuk menentukan apakah seseorang itu
termasuk dalam kategori pengungsi atau tidak.
34
3 Menurut Protocol Tanggal 31 Januari 1967 tentang Status Pengungsi
Protocol Relating to the Status of Refugees of 31 January 1967 Dalam Pasal 1 ayat 2 Protokol tersebut, pengungsi dapat diartikan
sebagai berikut : “For the purpose of the present Protocol, the term ‘refugee’ shall, except
as regards the application of paragraph 3 of this Article, mean any person within the definition of Article 1 of the Convention as if the words
‘ as a result of events occuring before 1 January 1951 and ...’ and the words ‘ ... a result of such events: in Article 1A 2 were comitted.”
Jadi, adanya perluasan mengenai definisi pengungsi dalam Konvensi 1951 sebagai akibat dari adanya pengungsi baru disepanjang 1950-1960 an. Karena itu,
negara-negara yang ikut dalam protokol ini menerapkan definisi pengungsi menurut Konvensi 1951, namun tanpa adanya batasan waktu.
35
34
Ibid hal 40-41
35
Ibid hal 42
Universitas Sumatera Utara
4 Menurut Deklarasi Perserikatan Bangs-Bangsa tahun 1967 tentang
Asilum Teritorial UN Declaration on Territorial Asylum 1967 Dalam deklarasi Suaka Teritorial tahun 1967 ini, memperluas efektifitas
perlindungan Internasional terhadap para pengungsi. Perlindungan itu dimaksudkan untuk mengembangkan instrumen hukum Internasional untuk
para pengungsi dan juga untuk memastikan bahwa mereka diperlakukan sesuai dengan instrumen-instrumen khususnya yang berkaitan dengan hak
untuk bekerja, jaminan sosial, serta akses terhadap dokumen perjalanan. UN Declaration on Territorial Asylum 1967 ini hanya terdiri dari 4 Pasal.
Deklarasi ini, di bagian Pembukaan, merujuk kepada Pasal 14 Universal Declaration of Human Rights yang menyatakan bahwa :
a Everyone has the right to seek and to enjoy in other countries asylum
from persecution. b
This right may not be revoked in the case of prosecutions genuinely arising from non-political crimes or from acts contrary to the purpose
and principles of the United Nations. Deklarasi tahun 1967 juga merujuk kepada Pasal 13 ayat 2 dari Universal
Declaration of Human Rights yang menyatakan: “Everyone has the right to leave any country, including his own, and to return to his country.”
36
b. Instrumen Regional
Ada beberapa instrumen regional yang secara khusus mengatur tentang pengungsi :
36
Ibid hal 43
Universitas Sumatera Utara
1 Organization of African Unity OAU Convention
Definisi pengungsi menurut OAU masih tetap berpegang kepada definisi yang diberikan oleh Konvensi tahun 1951. Hal ini karena, pengesahan
terhadap naskah Konvensi OAU dilakukan dalam tahun 1969 dengan merujuk kepada Konvensi Tahun 1951 tentang status pengungsi. Akan
tetapi ada tambahan yang merupakan hal yang sesuai dengan karakteristik di Afrika yaitu orang-orang yang terpaksa meninggalkan negara-negara
mereka karena : “owing to external aggression, occupation, foreign domination or events seriously disturbing public order in either part or
the whole of his country of origin or nationality” Dengan demikian, orang-orang yang pergi meninggalkan negara tempat
asal mereka karena adanya bencara perang saudara, kekerasan, dan juga adanya perang, berhak untuk mendapatkan status sebagai pengungsi.
37
2 Menurut Negara-Negara Amerika Latin
Dalam Deklarasi Kartagena, memuat definisi sama dengan yang ada dalam Konvensi OAU. Deklarasi Kartagena ini sangat penting, disamping
Konvensi 1951 dan Konvensi OAU, karena telah memberikan rekomendasi, bahwa definisi pengungsi yang dipergunakan di kawasan
harus memasukkan orang-orang yang pergi meninggalkan negara mereka dengan alasan jiwanya terancam, keamanan, serta kebebasan karena
adanya kekerasan, agresi pihak asing, konflik internal, pelanggaran HAM yang berat, ataupun karena adanya hal-hal lain sehingga ketertiban umum
37
Ibid hal 44
Universitas Sumatera Utara
terganggu. Secara lengkap rekomendasi itu dituangkan dalam poin berikut :
“To reiterate that, in view of the experience gained from the massive flows of the refugees on the Central American area, it is necessary to
consider enlarging the concept of the refugee, bearing in mind, as far as appropriate and in the light of the situation prevaling in the religion, the
precedent of the OAU Convention article 1, paragraph 2 and the doctrine employed in the reports of the Inter-American Commission on
Human Right. Hence the definition or concept of a refugee to be recommended for use in the region is one which, in addition to containing
the elements of the 1951 Convention and the 1967 Protocol, includes among refugees person who have fled their country because their lives,
safety or freedom have been threatened by generalized violence, foreign aggresion, internal conflicts, massive violation of Human Right or other
circumstances which have seriously disturbed public order”
38
B. Syarat Pengungsi
1. Pengaturan tentang Pengungsi
Ada beberapa Insrumen Internasional yang mengatur standar baku terhadap perlakuan untuk para pengungsi. Pengaturan tersebut antara lain:
a. Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi dan Protokol tahun 1967 tentang
Status Pengungsi
39
38
Ibid hal 46
39
Ibid hal 87
Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar, Konvensi tahun 1951 dan Protokol tahun 1967 mengandung 3tiga ketentuan, yaitu:
1 Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan definisi, siapa saja yang
tidak termasuk dalam pengertian pengungsi 2
Ketentuan yang mengatr tentang status hukum pengungsi termasuk hak-hak dan kewajiban-kewajiban pengungsi di Negara mereka
menetap 3
Ketentuan lain yang berkaitan dengan penerapan instrumen pengungsi baik dari sudut prosedur administratif maupun diplomatik
b. Konvensi tahun 1954 Convention Relating to the Status of stateless
Person
40
Konvensi ini mengatur tentang orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraaan. Konvensi ini hanya berlaku terhadap orang-orang
yang pada saat itu belum menerima bantuan perlindungan dari lembaga- lembaga atau badan-badan dan PBB. Konvensi ini tidak berlaku terhdap
orang-orang yang telah diakui sebagai warga negara oleh sebuah badan yang berwenang dalam negara itu, sehingga orang itu memiliki hak-hak
dan kewajiban-kewajiban yang sama dengan warga negara di negara itu. c.
The Convention on the Reduction of Statelessness
41
Konvensi ini secara garis besar mengatur tentang pengurangan terhadap jumlah orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Konvensi ini
juga mengatur tentang hilangnya status kewarganegaraan dari orang-
40
Ibid hal 90
41
Ibid hal 92
Universitas Sumatera Utara
orang yang tidak memiliki warga negara melalui perkawinan, berakhirnya perkawinan, atau karena mendapatkan status kewarganegaraan lainnya.
d. The Fourth Geneva Convention Relative to the Protection of Civilian
Persons in Time of War 1949
42
Konvensi ini merupakan Konvensi keempat dari 3tiga Konvensi Jenewa lainnya yang mengatur tentang perlindungan korban perang. Di dalam
Konvensi ini yang berkaitan dengan pengungsi diatur dalam Bagian II, berjudul “Aliens in the Territory of a Part to the Conflict”. Dalam Pasal
44 disebutkan bahwa negara yang bertikai tidak boleh memperlakukan para pengungsi yang tidak mendapatkan perlindungan dari suatu negara
seperti musuh dari negara mana ia bermusuhan. e.
The United Nations Declaration on Teritorial Asylum 1967
43
Setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan di negara lain karena adanya persekusi dan juga merupakan hak setiap orang untuk
kembali dan pergi meninggalkan negaranya, maka disahkanlah Deklarasi Suaka Teritorial. Deklarasi Suaka Teritorial ini sangat penting bagi
pengungsi mengingat diantara mereka itu mungkin saja terdapat orang- orang yang mencari suaka Asylum Seekers
2. Status dan Syarat Pengungsi
Status Pengungsi merupakan KetetapanDeclarator yang hanya menyatakan apa yang sebenarnya sudah ada. Ini berbeda dengan konstitutp yang menciptakan
status yang baru. Dengan kata lain, seseorang tidak menjadi pengungsi sebab
42
Ibid hal 93
43
Ibid
Universitas Sumatera Utara
pengakuan akan tetapi pengakuan ada karena orang tersebut sudah pengungsi. Kriteria untuk dapat disebut sebagai pengungsi adalah :
a. Has a well founded fear of persecution because of hisher : race, religion,
nationality, membership in a particular social group or politican opinion b.
Is outside hisher country of origin c.
Is unable or unwilling to avail hilmherselft of the protection of that or to return there for fear of persecution country
Selain itu juga, terdapat 2dua terminologi pengungsi, yaitu: a.
Mandate Refugee Pengungsi Mandat Hal tersebut didasarkan oleh faktor apabila suatu negara belum menjadi
peserta pada Konvensi 1951. Status penetapan pengungsi dilakukan oleh wakil-wakil UNHCR yang berada di negara tersebut dan untuk hal yang
demikian dinamakan pengungsi mandate karena penetapannya ditentukan oleh UNHCR.
b. Convention Refugee Pengungsi Konvensi
Pada pengungsi Konvensi, prosedur penetapan status diserahkan kepada negara yang sudah menjadi peserta Konvensi tersebut dan tetap
bekerjasama dengan UNHCR setempat. Biasanya negara tersebut membentuk suatu panitia khusus yang terdiri dari instansi-instansi yang
ada hubungannya dengan masalah pengungsi.
44
44
Wagiman. Op.Cit hal 139
Universitas Sumatera Utara
Penentuan seseorang menjadi pengungsi sebenarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam 2 tahap, yaitu:
a. Penemuan atau penetapan yang menentukan bahwa dari fakta yang ada
memang orang tersebut adalah refugee b.
Fakta dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dalam Konvensi 1951 dan Protokol 1967. Setelah itu dihubungkan apakah yang bersangkutan
memang merupakan pengungsi atau tidak. Pada awalnya, status orang yang mengungsi bukan lah pengungsi tetapi
pencari suaka. Pencari suaka merupakan orang yang telah mengajukan permohonan untuk mendapat perlindungan namun permohonannya sedang dalam
proses penentuan. Apabila permohonan pencari suaka diterima, maka ia akan disebut sebagai pengungsi, dan status tersebut memberikannya hak serta
kewajiban sesuai dengan undang-undang negara yang menerimanya.
45
45
Persentase permohonan pencari suaka diterima sangat beragam dari satu negara ke negara
lain, bahkan untuk satu negara yang sama. Setelah menunggu proses selama bertahun-tahun, para pencari suaka yang mendapatkan jawaban negatif tidak dapat
dipulangkan ke negara asalnya yang membuat mereka terlantar. Para pencari suaka yang tidak meinggalkan negara yang disinggahinya biasanya dianggap
sebagai imigran tanpa dokumen. Pencari suaka, terutama mereka yang permohonannya tidak diterima, semakin banyak yang ditampung di rumah
tendensi.
http:jrs.or.idrefugee diakses pada tanggal 11 April 2016 pukul 17.29
Universitas Sumatera Utara
Pencari suaka yang telah terdaftar kemudian dapat mengajukan permohonan status pengungsi, melalui prosedur penilaian yang mendalam oleh UNHCR, yang
disebut sebagai Penentuan Status Pengungsi atau Refugee Status Determination RSD, prosedur ini antara lain
46
a. Registrasi atau Pendaftaran Para Pencari Suaka
:
Sebelum melalui tahap ini, petugas UNHCR memberikan berupa formulir isian dan memberikan briefingpengarahan mengenai proses yang akan
dilakukan oleh para pencari suaka. Formulir isiannya sendiri memiliki banyak versi, dan briefing yang diberikan dilakukan dan didampingi oleh seorang
interpreter terpercaya berdasarkan kebutuhan pada saat registrasi. Dalam tahap registrasi, para pencari suaka dicatat seluruh detailnya, mulai dari nama,
asal, suku, agama, warga negara, bahasa yang digunakan, tanggal keberangkatan dari negara asalnya, tempat transit, data keluarga, alasan lari
dari negaranya, dan lainya. Setelah tahap ini selesai, UNHCR akan memberikan Attestation Letter yaitu suatu surat yang menerangkan bahwa
orang tersebut sedang mengikuti proses penentuan status pengungsi. Attestation Letter yang dikeluarkan UNHCR ini berkaitan dengan prinsip
non-refoulement, yaitu sebuah prinsip tentang suatu negara tidak boleh mengembalikan orang yang diduga pengungsi ke negara dimana orang
tersebut akan dipersekusi atau dianiaya. Attestation Letter yang dikeluarkan berupa Asylum seeker certificate, hal ini dikarenakan tahap ini masih
merupakan tahap awal. Jangka waktu sertifikat ini biasanya bervariasi. Untuk
46
http:lettredecreance.blogspot.co.id201305proses-penentuan-status-pengungsi.html diakses pada
tanggal 11 April 2016 pukul 17.30
Universitas Sumatera Utara
mereka yang berkategori minor, wanita, atau orang tua, atau golongan yang termasuk dalam golongan rentan vulnerable, biasanya mereka mendapatkan
tahap wawancara lebih cepat. Akan tetapi untuk golongan biasa, mereka akan mendapatkan sertifikat dengan jangka waktu 2 bulan. Setelah 2 bulan, mereka
diminta kembali datang ke UNHCR untuk mendapatkan sertifikat pembaharuan dari sertifikat yang telah mereka terima serta mendapatkan
kepastian tanggal wawancara tahap awal tersebut.
b. Wawancara Interview
Wawancara tahap awal, atau dapat disebut dengan first instance interview adalah wawancara yang dilakukan oleh seorang petugas UNHCR untuk
menggali leih dalam mengenai status orang pencari suaka sebelum diberikan rekomendasi untuk diterima atau ditolaknya kasus. Pertanyaan yang diajukan
bersifat detail, dan petugas UNHCR sudah menyatakan bahwa segala pernyataan yang diajukan selama proses wwancara bersifat rahasia dan tidak
ada pihak lain yang tahu kecuali UNHCR sendiri. Proses wawancara ini biasanya memakan waktu yang cukup lama, yaitu berkisar 4-5 jam.
c. Penentuan Status Pengungsi
Proses penentuan status pengungsi atau biasa disebut dengan proses Refugee Status Determination RSD, adalah suatu tahap dimana petugas UNHCR
telah selesai melakukan proses wawancara tahap awal, maka petugas tersebut bertanggung jawab terhadap penyelesaian kasus hingga memberikan laporan
dan rekomendasi apakah kasus mereka ditolakditerima oleh UNHCR. Dalam
Universitas Sumatera Utara
tahap ini, petugas menulis semacam laporan yang telah ditentukan formatnya oleh UNHCR pusat di Geneva, yang tebalnya mencapai minimal 10 halaman
untuk satu kasus dan ditulis dalam bahasa Inggris. Dalam tahap ini juga, mereka menggali segala informasi yang didapat pada tahap wawancara, dari
informasi Country of Information CoI, berita-berita terbaru tentang wilayahdaerah konflik asal para pencari suaka, serta pedoman dari UNHCR
pusat mengenai beberapa hal tertentu. Selain itu, untuk beberapa kasus, para petugas sering bekerjasama dengan petugas-petugas lain yang ada di belahan
dunia, yang pernah menangani kasus atau pencari suaka tersebut pernah mencari suaka di negara lainnya.
d. Pemberian StatusPenolakan Kasus
Setelah petugas menyelesaikan suatu kasus, maka petugas tersebut akan memberikan rekomendasi kasus tersebut kepada petugas yang lebih tinggi
untuk dilakukan peninjauan kembali. Seringkali diperiksa mulai dari inti kasus tersebut, alasan, dan dasar pemberian rekomendasi, bahkan hingga
grammar dan titik koma penulisannya. Ini bertujuan untuk menciptakan rekomendasi yang berkualitas. Setelah ditinjau kembali, maka petugas yang
lebih tinggi jabatannya akan memanggil petugas yang mengerjakan kasus tersebut untuk mengetahui lebih detail lagi alasan kasus tersebut dapat
diterima atau ditolah, dan setelah itu barulah penyelesaian. Bagi mereka yang dinyatakan diterima kasusnya dan dinyatakan layak
sebagai pengungsi Internasional, maka mereka akan diberikan status pengungsi Internasional. Pihak UNHCR akan memberi kabar terhadap orang
Universitas Sumatera Utara
yang baru ditetapkan sebagai pengungsi Internasional dan memintanya datang ke UNHCR untuk menukar attestation letter mereka yang tadinya berupa
asylum seeker certificate menjadi refugee certifiate. Sedangkan bagi mereka yang ditolak kasusnya, UNHCR mempunyai hak
untuk tidak memberi alasannya, dan mereka yang ditolak kasusnya berhak mengajukan banding yang jangka waktunya selama 1 bulan. Permintaan
banding diberikan secara tertulis, disertai alasannya. Pada umumnya, mereka yang mengajukan banding akan memberikan fakta baru atau cerita lainnya
dengan harapan status mereka akan dipikirkan kembali oleh UNHCR. Apabila permintaan banding diterima, maka UNHCR akan memberikan
jadwal baru bagi mereka untuk kembali melakkan interview tambahan atau appeal interview, akan tetapi wawancara atau interview tersebut bukanlah hal
yang wajib. Apabila petugas yang menangani merasa sudah cukup informasi yang diberikan pada saat pengajuan surat banding, maka hal tersebut sudah
tidak perlu dilakukan.
e. Penampungan Sementara
Penampungan sementara diberikan kepada orang-orang yang telah mendapatkan status pengungsi Internasional oleh UNHCR. Proses ini pada
umumnya memakan waktu yang cukup lama sambil menunggu kasusnya masuk ke negara ketiga. Selama dipenampungan mereka mendapatkan hak
untuk memperoleh makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang layak. Bahkan sering kali kegiatan sehari-hari mereka diisi dengan hal-hal positif seperti
Universitas Sumatera Utara
diajarkan berbagai keterampilan, pendidikan bagi anak-anak, dan berbagai macam kegiatan olahraga.
f. Penempatan di Negara ketiga
Penempatan di Negara ketiga merupakan pilihan satu-satunya yang tersedia bagi Indonesia, hal ini karena Indonesia bukanlah peserta Konvensi Status
Pengungsi tahun 1951. Proses penempatan di Negara ketiga ini biasa disebut dengan resettlement in the third country dimulai setelah seorang pengungsi
tersebut sudah berada di tempat penampungan. Proses penempatan ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pihak UNHCR akan memanggil kembali
pengungsi untuk diwawancarai mengkonfirmasi segala hal yang telah dinyatakan di segala tahap wawancara sebelumnya. Hal ini karena apabila
pengungsi berbohong, maka akan berpengaruh terhadap kasusnya sendiri dalam antrian, atau bisa saja dibatalkan statusnya sebagai pengungsi.
C. Tugas dan Peranan United Nation High Commisioner for Refugees UNHCR dalam Perlindungan Pengungsi
United Nations High Commisioner for Refugees UNHCR memiliki kewenangan yang lebih luas dibandingkan IRO. Kewenangan UNHCR mencakup
pengungsi yang ada sebelumnya sebagai akibat dari Perang Dunia II, dan juga pengungsi yang baru muncul kemudian setelah pendirian UNHCR.
47
Status penetapan pengungsi dilakukan oleh wakil-wakil UNHCR.
47
Acmad Romsan. Op.Cit. hal. 164
Universitas Sumatera Utara
1. Sejarah dan Perkembangan UNHCR
United Nations High Commisioner for Refugees UNHCR merupakan badan yang menggantikan lembaga penanganan pengungsi yang sebelumnya yaitu IRO
International Refugees Organization. IRO merupakan badan yang pertama kali didirikan untuk menangani pengungsi, namun eksistentsi lembaga ini sangat
singkat yaitu mulai 1947 sampai dengan 1952. Atas dasar itu, masyarakat Internasional berpendapat bahwa kehadiran lembaga baru yaitu UNHCR pada
waktu itu akan bernasib sama. UNHCR pada awalnya hanyalah membantu memberikan perlindungan keamanan, makanan, serta bantuan medis dalam keadaan
darurat. Selain itu, juga membantu dala mencarikan solusi bagi pengungsi untuk jangka waktu yang lama. Termasuk untuk membantu mengembalikan merka ke
negara asalnya, atau mencarikan negara baru untuk mereka sehingga dapat memulai hidup yang baru.
48
2. Tugas dan Peran UNHCR secara Umum
Fungsi UNHCR diatas, ditegaskan oleh Goodwin Gill “UNHCR has a uique statutory responsibility to provide internastional protection to refugee and,
together with government, to seek permanen solution to their problem.” Macam- macam fungsi perlindungan dijelaskan dalam Statuta UNHCR , termasuk
pengawasan terhadap instrumen-instrumen hukumnya. Badan ini secara periodik memberikan laporan hasil kerjanya dihadaan sidang Majelis Umum PBB.
PBB telah membentuk badan UNHCR guna memenuhi hak-hak para pengungsi sebagaimana tertuang dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
48
Wagiman. Op.cit hal.188
Universitas Sumatera Utara
DUHAM. Pada butir kedua DUHAM disebutkan hak-hak tersebut mencakup hak untuk hidup, hak untuk mendapat kebebasan dan keamanan pribadi, dimana kondisi
ini tidak mereka dapat di negaranya dan juga tidak mampu diberikan oleh pemerintah. Terhadap para pengungsi tersebut, UNHCR memiliki fungsi utama
untuk memberikan perlindungan Internasional, memberikan solusi jangka panjang bagi persoalan pengungsi serta mempromosikan hukum pengungsi Internasional.
Lembaga UNHCR memiliki prosedur dalam pemberian bantuan yang berkaitan dengan pemenuhan Hak Asasi Manusia HAM berupa perlindungan
Internasional. Secara umum konsep ini berisikan pencegahan pemulangan kembali, bantuan dalam memproses pencarian suaka, bantuan dan nasihat hukum, pemajuan
penyelenggaraan keamanan fisik bagi pengungsi, pemajuan dan bantuan pemulangan kembali secara sukarela, dan membantu para pengungsi untuk
bermukim kembali. UNHCR bertugas untuk memimin dan mengkoordinasi langkah-langkah
Internasional dalam pemberian perlindungan bagi pengungsi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan pengungsi akibat kondisi perang ataupun konflik.
UNHCR juga memberikan keamanan serta menjamin bahwa setiap orang berhak mencari suaka dan tempat yang aman di wilayah lain ataupun di Negara lain.
Bentuk tugas UNHCR Dalam menangani status pengungsi adalah : a.
AdvocacyPembelaan UNHCR memberikan pembelaan serta perlindungan bagi pengungsi,
pencari suaka, pengungsi regional dan orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaran. Dalam pencarian suaka, UNHCR bekerja dalam struktur
politik ekonomi dan sosial nasional, yang secara langsung mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
kehidupan pengungsi dan orang lain yang menjadi perhatian untuk membawa kebijakan. Dalam situasi pengungsian paksa, UNHCR berusaha
bekerjasama dengan pemerintah dan penguasa lain, mitra non-pemerintah, dan masyarakat luas, untuk mengadopsi praktik untuk menjamin
perlindungan dari orang-orang yang menjadi perhatian UNHCR.
b. AssistancePertolongan
UNHCR membantu menyediakan bantuan darurat seperti air bersih, sanitasi, perawatan kesehatan, barak pengungsian, serta barang-barang
bantuan lainnya, seperti selimut, alas tidur, barang rumah tangga, dan bantuan makanan. Bantuan penting lainnya seperti pendaftaran pengungsi,
bantuan dan saran pada aplikasi suaka, pendidikan, konseling, bagi orang- orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena Negara asal
mereka sedang dalam keadaan perangkonflik maupun bencana alam. UNHCR juga terlibat dalam program integrasi atau reintegrasi lokal
bersama dengan pemerintah dalam proyek-proyek yang menghasilkan pendapatan yang bertujuan untuk pemulihan infrastruktur dan bantuan
lainnya.
c. Suaka dan Migrasi
Banyak orang di seluruh belahan dunia yang berjuang utuk mencari suaka ke Negara lain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan terlepas
dari konflik Negara asalnya. UNHCR bekerjasama dengan pemerintah di seluruh belahan dunia untuk membantu mereka merespon beberapa
Universitas Sumatera Utara
tantangan terkait dengan orang-orang yang mencari suaka. Akan tetapi, banyak diantara mereka secara illegal berjuang untuk mencari suaka ke
Negara lain.
d. Solusi Berkelanjutan
Ada 3tiga solusi terbuka untuk pengungsi UNHCR agar dapat membantu repatriasi, integrasi lokal, atau membangun pemukiman di Negara ketiga
dalam situasi yang tidak memungkinkan bagi seseorang untuk kembali ke Negara asalnya atau tetap di Negara mereka mengungsi. Akan tetapi solusi
ini tidak berhasil untuk beberapa juta pengungsi dan sejumlah besar pengungsi internal di belahan dunia. UNHCR juga berupaya untuk mencari
solusi lain bagi para pengungsi.
e. Siaga Terhadap Keadaan Darurat
UNHCR menyediakan keadaan darurat sipil dan rehabilitasi jangka panjang bagi pengungsi untuk mempersiapkan dan menanggapi keadaan darurat.
UNHCR juga telah mengumpulkan orang-orang dengan berbagai keterampilan yang siap bergerak kapan dan dimana pun. Untuk
mempertahankan kesiapsiagaan, UNHCR telah mengembangkan program pelatihan yang diadakan secara berkala yang mempersiapkan relawan
UNHCR dalam perencanaan pembangunan tim, sistem operasional keuangan atau administrasi, kemitraan operasional, komunikasi dan
keterampilan negosiasi keamanan, koordinasi informasi dan telekomunikasi, dan perlindungan kemanusiaan.
Universitas Sumatera Utara
f. Perlindungan
Pengungsi tidak mendapat perlindungan dari Negara mereka sendiri,oleh karena itu UNHCR memberikan perlindungan bagi orang-orang yang tidak
memiliki kewarganegaraan termasuk menjamin hak-hak rang yang ingin mencari suaka. Di banyak Negara, staff UNHCR bekerjasama dengan mitra
lain di berbagai lokasi, mulai dari camp-camp kecil dan terpencil hingga ke kota-kota besar. Mereka juga memberikan perlindungan serta
meminimalkan kekerasan di tempat pengungsian ataupun di Negara suaka.
Dalam resolusi UNHCR tahun 1950 terdapat suatu seruan agar semua negara anggota PBB memberikan kerjasamanya kepada UNHCR dalam melaksanakan
kedua mandat UNHCR, yaitu memberikan perlindungan Internasional kepada pengungsi dan mencari solusi permanen bagi masalah pengungsi. Implementasi dari
seruan ini adalah bila ada yang mengaku pengungsi atau pencari suaka masuk ke suatu negara, maka negara tersebut melaksanakan Resolusi UNHCR 1950 dengan
maksud kerjasama, yaitu dengan memberitahukan kepada UNHCR kalau ada yang mengaku bahwa dia pengungsi atau pencari suaka. Sehingga tidak dapat semata-
mata dilihat dari sudut keimigrasian. Resolusi tersebut dalam praktek lapangan sudah dianut oleh berbagai bangsa, resolusi ini sudah menjadi hukum kebiasaan
Internasional, jadi pantaslah bila semua negara, baik peserta maupun bukan peserta mematuhinya.
49
49
Sri Badini. Op.Cit. hal 41
Negara-negara yang tidak meratifikasi tidak bisa menjadikan ketidak-ikutsertaan dalam suatu perjanjian Internasional menjadi alasan untuk
menghindar dari kewajiban yang berasal dari hukum kebiasaan Internasional yang
Universitas Sumatera Utara
sudah diformulasikan atau ditransformasikan di dalam perjanjian Internasional itu.
50
3. Kedudukan dan Peran Lembaga UNHCR di Indonesia
Bagi Negara bukan peserta seperti Indonesia, resolusi yang bersifat anjuran ini tidak memiliki kekuatan yuridis namun resolusi ini sudah berlangsung lama.
Dan fakta ini di lapangan menunjukkan bahwa Indonesia telah bekerja sama dengan UNHCR sejak tahun 1975, sehingga hal ini menunjukkan bahwa resolusi tersebut
telah menjadi hukum kebiasaan Internasional, seperti halnya terjadi bagi negara bukan pihak lainnya.
UNHCR berkantor di Indonesia sejak 1979. Waktu itu ribuan pengungsi Vietnam berdatangan ke Indonesia. Banyak kasus pengungsi di berbagai negara dan
di Indonesia ditangani oleh UNHCR seperti pengungsi dari berbagai negara yang menetap maupun menjadikan Indonesia sebagai negara transit. Kantor regional
UNHCR di Jakarta bekerjasama dengan pemerintah Indonesia dalam memproses pencari suaka dan pemohon pengungsi di Indonesia, dan guna mendapatkan
perlindungan Internasional. Untuk kasus-kasus permohonan pengungsi di Indonesia, pihak pemerintah
aka membawanya ke pihak UNHCR. Untuk selanjutnya lembaga tersebut melakukan serangkaian prosedur tetap guna penetuan status pengungsi pemohon.
Para pemohon diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan perlindungan Internasional. Pihak UNHCR akan memberikan izin tinggal di Indonesia dengan persetujuan
50
I Wayan Parthiana. Hukum Perjanjian Internasional Bagian 2.Mandar Maju. Bandung. 2005 hal 294
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Indonesia sampai dengan mendapatkan penempatannya. Dalam melaksanakan tugasnya, UNHCR bekerjasama dengan mitra kerja yang berdomisili
atau memiliki perwakilan di Indonesia. UNHCR melaksanakan program-program bantuan kepada pengungsi. Bantuan tersebut berupa bantuan makana, kesehatan,
konseling serta kebutuhan lainnya yang diperlukan. Jika dijelaskan dengan bagan mengenai kedudukan dan tugas pokok UNHCR dapat digambarkan sebagai
berikut:
51
51
Wagiman.Op.Cit. Hal. 190 United Nations High Commisioner for
Refugees UNHCR
A subsidiary organ of The United Nations General Assembly
Primary mandate Responsibility is the protection of refugees
and solution to the problem of refugees
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Masalah Pengungsi adalah masalah klasik, karena keberadaannya dan terjadi dalam setiap peradaban manusia. Keberadaan pengungsi juga sudah ada
sejak zaman dahulu, bahkan mengenai pengungsian juga diceritakan dalam ajaran-ajaran agama, selain itu juga dalam sejarah perpindahan penduduk dari
Inggris ke Amerika, pengungsian akibat perang, dan lainnya.
4
Penanggulangan masalah pengungsi sebetulnya telah lama menjadi perhatian Perserikatan Bangsa-
Bangsa PBB. Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah suatu organisasi Internasional yang bersifat Global yang terpenting masa kini.
5
Salah satu tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tercantum dalam Pasal 1 Piagam PBB adalah mengusahakan
mengusahakan kerjasama Internasional dalam memecahkan permasalahan yang bersifat ekonomi, sosial, kebudayaan dan kemanusiaan serta mengajukan dan
mendorong penghormatan hak asasi dan kebebasan dasar manusia.
6
Pada Tahun 1946 PBB telah mengesahkan pembentukan sebuah badan khusus speciallized
agency yaitu Internastional Refugee Organization IRO yang mengambil alih peran “ The United Nations Relief an Rehabilitation Agency UNRRA”.
7
United Nation High Commissioner for Refugees yang merupakan Komisi Tinggi untuk PBB ini bermarkas di Jenewa, Swiss. Badan ini didirikan pada
4
Achmad Romsan,dkk. 2003. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional: Hukum Internasional dan Prinsip-Prinsip Perlindungan Internasional. Jakarta : UNHCR. Hal 55
5
F. Sugeng Istanto. Hukum Internasional. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. 1998 hal 127
6
Achmad Romsan,dkk. Op.Cit. hal 130
7
Ibid hal. 163
Universitas Sumatera Utara
tanggal 14 Desember 1950, bertujuan untuk melindungi dan memberikan bantuan kepada pengungsi berdasarkan pemintaan sebuah pemerintah atau PBB, kemudian
untuk mendampingi para pengungsi tersebut dalam proses pemindahan tempat menetap mereka ke tempat yang baru.
8
United Nation High Commissioner for Refugees, disingkat dengan UNHCR, didirikan sehubungan dengan meningkatnya
jumlah manusia yang meninggalkan negara asalnya karena khawatir akan memperoleh tekanan-tekanan hidup yang diakibatkan perbedaan-perbedaan
dengan pihak pemegang kuasa, diantaranya perbedaan ras, agama, dan pendirian politik.
9
Perlindungan pengungsi yang diberikan oleh UNHCR, dimulai dengan memastikan bahwa pengungsi dan pencari suaka terlindung dari refoulement
yakni dari pemulangan kembali secara paksa ke tempat asal mereka dimana hidup atau kebebasan mereka terancam bahaya atau penganiayaan. Perlindungan
pengungsi lebih jauh mencakup proses verifikasi identitas pencari suaka atau pengungsi agar mereka dapat terdaftar dan dokumentasi individual dapat
dikeluarkan. Bagi mereka yang mendapatkan status pengungsi, UNHCR akan mencarikan satu dari tiga solusi jangka panjang yang memungkinkan:
Penempatan Negara Ketiga, Pemulangan Sukarela apabila konflik di negara asal telah berakhir, atau integrasi lokal.
10
Di Indonesia, penanganan masalah pengungsi masih diberikan mandat kepada UNHCR. Hal tersebut karena Indonesia belum menjadi Negara Pihak dari
8
https:id.wikipedia.orgwikiKomisioner_Tinggi_PBB_untuk_Pengungsi diakses pada 01 Maret
2016 17:14
9
M. Hutauruk, S.H., 1989. Kenallah PBB. Jakarta : Erlangga. Hal. 23
10
http:www.unhcr.or.ididtentang-unhcr diakses 01 Maret 2016 18:39
Universitas Sumatera Utara
Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi dan Protokol 1967.
11
Walaupun Indonesia belum menjadi Negara Pihak dalam Konvensi dan Protokol tersebut,
data sampai dengan akhir Februari 2015 sejumlah 4400 pengungsi yang sebagian besar datang dari Afganistan 40, Myanmar 17, Palestina 8, dan
Somalia 7 terdaftar di UNHCR Jakarta.
12
Penanganan dan Perlindungan yang diberikan oleh UNHCR kepada pencari suaka, pengungsi, atau pengungsi dalam negeri itu sendiri serta orang-orang yang
tidak memiliki kewarganegaraan. Diantara orang-orang tersebut, UNHCR memberikan perhatian besar kepada para wanita, ibu yang tidak didampingi
suaminya, anak-anak di bawah 18 tahun, orang tua atau manula, serta orang cacat.
13
Anak-anak sebagai golongan yang rentan, perlindungannya diatur dalam Hukum Internasional, yaitu Konvensi Hak Anak. Konvensi dalam praktek
pembuatan perjanjian Internasional biasanya digunakan untuk perjanjian- perjanjian yang para pihaknya mencakup sebgaian besar negara-negara di dunia
atau bisa disebut perjanjian multilateral. Konvensi umumnya memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat Internasional untuk partisipasi secara luas
dan pada umumnya konvensi berisikan ketentua, kaedah, dan prinsip hukum umum yang berlaku ke seluruh masyarakat Internasional.
14
11
Konvensi Hak Anak adalah perjanjian yang mengikat secara yuridis dan politis diantara berbagai
http:www.unhcr.or.ididunhcr-ambassador-id diakses 01 Maret 2016 18 :48
12
http:www.unhcr.or.ididsiapa-yang-kami-bantupengungsi diakses 01 Maret 2016 18:49
13
http:www.unhcr.or.ididsiapa-yang-kami-bantu diakses pada 01 Maret 2016 19:08
14
Kholis Roisah. Hukum Perjanjian Internasional Teori dan Praktek. Setara Press. Malang. 2015 hal. 6
Universitas Sumatera Utara
negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan anak-anak.
15
Dalam Konvensi Hak Anak, memberikan definisi anak secara umum sebagai manusia
yang umurnya belum mencapai 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam
perundangan nasional.
16
a. Non Diskriminasi
Ada 4empat Prinsip yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak, yaitu :
Prinsip non-diskriminasi artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam Konvensi Hak Anak harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa
pembedaan apapun. Prinsip ini tercermin dari prinsip universalitas HAM. Dalam Pasal 2 ayat 1 Konvensi Hak Anak, menyatakan bahwa
negara peserta akan menghormati dan menjamin hak-hak yang dinyatakan dalam konvensi tanpa diskriminasi.
b. Yang terbaik bagi anak best interests of the child
Maksudnya adalah, dalam setiap tindakan yang menyangkut anak, maka apa yang terbaik bagi anak haruslah menjadi pertimbangan yang utama.
Prinsip ini berada dalam Pasal 3 ayat 1 Konvensi Hak Anak, dimana semua tindakan yang menyangkut anak-anak, kepentingan terbaik anak
haruslah menjadi pertimbagan utama. c.
Kelangsungan Hidup dan Perkembangan Anak Survival and Development
Hal ini bahwa, hak anak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus diakui dan bahwa hak anak atas kelangsungan hidup dan
15
Ima Susilowati, dkk. Pengertian Konvensi Hak Anak. UNICEF. Hal 2
16
Ibid hal 3
Universitas Sumatera Utara
perkembangannya harus dijamin. Prinsip ini mencerminkan prinsip indivisibility HAM. Hal ini juga diatur dalam Pasal 6 ayat 2 Konvensi
Hak Anak, bahwa negara akan menjamin sampai batas maksimal kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Segala potensi yang akan
membahayakan anak,harus diminimalisir dari semua lingkungan kehidupan anak, baik di rumah maupun sekolah.
d. Penghargaan terhadap pendapat anak respect for the views of the child
Maksudnya bahwa, pendapat anak, terutama jika menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya , perlu diperhatikan dalam setiap
pengambilan keputusan. Prinsip ini mengacu pada Pasal 12 Konvensi Hak Anak. Dalam Pasal 12 ayat 1 Konvensi tersebut menyatakan
bahwa negara peserta akan menjamin hak anak yang berkemampuan untuk menyatakan secara bebas pandangannya sendiri dengan
mempunyai nilai yang sesuai dengan usia dan kepentingan dari anak yang bersangkutan.
17
1 Negara-negara perserta akan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
menjamin bahwa seorang anak yang sedang mengusahakan status Pengungsi Anak Child Refugees merupakan kelompok yang paling rentan
yang patut mendapatkan perlakuan serta perhatian khusus. Perlindungan terhadap pengungsi anak telah diatur dalam Konvensi Hak Anak 1989 yaitu dalam Pasal
22 Konvensi Hak Anak. Pasal 22 Konvensi Hak Anak 1989 menyatakan :
17
Ibid hal 6-7
Universitas Sumatera Utara
pengungsi atau yang dianggap seorang pengungsi sesuai dengan undang- undang dan prosedur-prosedur Internasional dan Nasional yang berlaku
apakah akan didampingi atau tidak didampingi oleh orangtuanya atau oleh orang lain, memperoleh perlindungan yang layak dan bantuan
kemanusiaan dalam menikmati hak-hak yang berlaku yang ditetapkan dalam Konvensi yang sekarang dan dalam piranti-piranti kemanusiaan atau
hak-hak asasi Internasional lainnya dimana negara-negara yang bersangkutan itu merupakan peserta.
2 Untuk tujuan ini, negara-negara peserta akan mengadakan bila dianggap
tepat, kerja sama dalam setip usaha yang dilakukan PBB dan lembaga- lembaga antar-pemerintah dan non-pemerintah lainnya yang layak bekerja
sama dengan PBB untuk melindungi dan membantu anak seperti itu dan untuk mencari orangtuanya atau anggota-anggota keluarga lainnya dari
setiap anak pengungsi, guna mendapat informasi yang diperlukan bagi penyatuan dengan keluarganya. Jika tidak ada orangtua atau anggota-
anggota keluarga yang dapat ditemukan, anak yang bersangkutan akan diberikan perlindungan yang sama seperti setiap anak lain yang sementara
atau secara tetap kehilangan lingkungan keluarga karena alasan apapun, seperti yang dinyatakan dalam Konvensi yang sekarang.
18
Dari Pasal 22 tersebut, dapat kita ketahui bahwa peran dari negara-negara peserta sangat penting dalam pemenuhan hak-hak pengungsi anak. Pengungsi
anak yang berada dalam tanggung jawab negara-negara perserta diberikan bantuan serta perlindungan yang layak. Negara-negara perserta juga dapat
18
Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989
Universitas Sumatera Utara
mengadakan kerjasama dengan organisasi yang berkaitan untuk memberikan bantuan dan perlindungan kepada pengungsi anak. Walaupun demikian, Pasal 22
tersebut belum menjelaskan secara rinci mengenai hak-hak pengungsi anak serta bentuk-bentuk perlindungan yang akan diberikan yang akan diberikan negara-
negara peserta untuk pengungsi anak. Hal tersebut dapat menimbulkan perbedaan perlakuan antara negara-negara yang menjadi tempat pengungsi anak berada.
Banyak hal dan permasalahan yang dilalui oleh pengungsi anak, mulai dari perjalanan hingga sampai ke tempat pengungsian. Bahkan setelah sampai di
pengungsian pun masih muncul berbagai masalah mulai dari kekurangan pangan, tempat, serta kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Pengungsi Anak Suriah
misalnya, anak-anak tersebut harus tidur di tenda-tenda darurat, kolong jembatan, ataupun di bawah pohon, serta di atas tanah basah.
19
Pada dasarnya anak-anak baik pengungsi anak maupun yang tidak, memiliki hak-hak yang mendasar yang melekat pada dirinya, seperti hak untuk menikmati
kesehatan Pengungsi anak juga
memiliki hak yang sama dengan anak-anak yang lain. Pengungsi anak juga berhak menikmati masa anak-anak mereka seperti anak pada umumnya. Hak-hak anak
yang terdapat dalam Konvensi Hak Anak juga seharusnya dinikmati oleh anak- anak yang berada di pengungsian.
20
, mendapatkan taraf hidup yang layak
21
, mendapatkan pendidikan
22
, hak bermain
23
, serta hak untuk terbebas dari eksploitasi
24
19
. Anak-anak berhak
http:arrahmahnews.com20160225mimpi-buruk-anak-anak-pengungsi-suriah diakses pada
tanggal 01 Maret 2016 20:49 gambaran anak-anak suriah di beberapa negara akibat konflik yang mencengkram negara mereka
20
Pasal 24 Konvensi Hak anak
21
Pasal 27 Konvensi Hak Anak
22
Pasal 28 Konvensi Hak Anak
23
Pasal 31 Konvensi Hak Anak
Universitas Sumatera Utara
untuk mendapatkan perlindungan khusus terutama pengungsi anak yang terlantar akibat bencana alam maupun bencana buatan bencana buatan seperti perang dan
konflik antar negara. Anak-anak maupun pengungsi anak juga berhak untuk berkumpul kembali dengan orang tua maupun keluarganya. Berkumpul dengan
keluarga, terutama bagi anak-anak pengungsi akan sedikit mengobati kesunyian ataupun kesepiannya apabila selama di tempat pengungsian tidak bersama dengan
orang tua ataupun keluarganya. Banyak anak-anak yang datang ke tempat pengungsian tanpa didampingi oleh orang tuanya melainkan orang-orang dewasa
yang bersama-sama dengan pengungsi anak membawa mereka ke tempat pengungsian.
B. Rumusan Masalah