Penggunaan pita polyethylene fiber reinforced composite sebagai pasak Pasak fiber polyethylene dan konsep monoblock

19 memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah dibandingkan carbon fiber post Saatian, 2006. c Quartz fiber post Pasak jenis ini memiliki estetis yang baik karena bersifat translusen dan menyalurkan transmisi cahaya. Pasak jenis ini memiliki sifat yang biokompatibel, mudah diperbaiki apabila dibutuhkan perawatan endodonti ulang, radiopaque, memiliki tensile strength, flexural strength, dan compressive strength yang tinggi, dan juga memiliki modulus elastisitas yang mirip dengan dentin Glazer, 2002.

2.2.2 Penggunaan pita polyethylene fiber reinforced composite sebagai pasak

customized. Pasak customized polyethylene fiber merupakan salah satu jenis pasak yang yang direstorasi oleh operator sendiri. Penggunaan pita polyethylene Fiber Reinforced Composite sebagai pasak customized memerlukan semen luting resin dan resin komposit Gambar 2.5. A B C D E F Universitas Sumatera Utara 20 Gambar 2.5. Prosedur Pembuatan Pasak Pita Polyethylene Fiber Reinforced RIBBOND: A. Aplikasi Etsa dan Bonding ; B. Semen Luting Resin Masuk ke dalam Saluran Akar; C. Pengukuran Pita Polyethylene; D. Pita Polyethylene Masuk ke dalam Saluran Akar; E. Light Cure; F. Build-up core Belli, 2008 Sistem adhesif modern sangat mendukung untuk melindungi dan memperkuat struktur gigi yang tertinggal karena restorasi adhesif menciptakan preparasi yang minimal sehingga dapat memelihara struktur gigi yang sehat. Untuk itulah penggunaan fiber polyethylene semakin berkembang untuk meningkatan daya tahan terhadap resin dan komposit bonding. Permintaan pasien terhadap restorasi estetis pun semakin meningkat sehingga dunia kedokteran gigi mulai meninggalkan amalgam dan semakin memperluas penggunaan fiber polyethylene Ayna dkk., 2009. Gambar 2. 6. Sistem Pasak Customized dengan Menggunakan Pita Fiber Reinforced Resin: A. Resin Komposit dan Fiber Polyethylene Dikondensasi ke dalam Saluran Akar ; B. Restorasi setelah Build-Up Gluskin, 2002 Penggunaan Ultra High Molecular Weight Polyethylene UHMWP semakin populer. UHMWP dapat digunakan untuk bulid-up pasak dan inti endodonti bahkan Universitas Sumatera Utara 21 dapat beradaptasi dengan dinding saluran akar tanpa memerlukan pelebaran saluran akar tambahan setelah perawatan endodonti Gambar 2.6

2.2.3 Pasak fiber polyethylene dan konsep monoblock

Anyaman fiber ini memiliki modulus elastisitas yang hampir sama dengan dentin dan menciptakan sistem monoblock dentin-pasak-inti yang dapat mendistribusikan tekanan di sepanjang akar dengan baik Belli, 2008. Mulai dari bahan pasak, sealer , sistem adhesif, semen luting dan restorasi inti dan mahkota memiliki sifat yang sama yaitu berbasis resin. Modulus elastisitas semua komponen mendekati modulus elastisitas dentin sehingga tekanan terdistribusi dengan baik. Gambaran sistem pasak customized dari pita polyethylene fiber dapat terlihat dari model gigi trasparan Gambar 2.7. Gambar 2.7. Sistem Pasak Adhesive Customized setelah Polimerisasi pada Model: A. Inti yang C B A Universitas Sumatera Utara 22 Dibentuk dari Pita Polyethylene Fiber dengan Resin Komposit, B. Pasak Individu yang Menggunakan dari Pita Polyethylene dengan Luting Resin Semen, C. Gutta- Percha Belli, 2008 Fiber polyethylene memiliki banyak kegunaan klinis diantaranya digunakan sebagai splint periodontal, bridge untuk gigi anterior, retainer ortodonti, dan juga dapat digunakan sebagai persiapan untuk restorasi mahkota porselen baik pada gigi anterior maupun gigi posterior Gambar 2.8. Fiber polyethylene terdiri atas dua jenis yaitu leno-weave polyethylene fibers Ribbond® dan braided polyethylene fibers Construct, Kerr dan yang paling sering digunakan adalah Ribbond Gambar 2.9 Belli, 2006; Gluskin, 2002; Ayna dkk., 2009. Gambar 2.8. Penggunaan Pita Fiber Polyethylene: A. Splinting Gigi Avulsi atau Mengalami Trauma; B. Retainer Post Orthodontic Ganesh dan Tandon, 2006 B A Universitas Sumatera Utara 23 Adapun beberapa kelebihan dari pasak polyethylene fiber reinforced composite adalah sebagai berikut, yaitu : a. Material pasak polyethyelene fiber reinforced composite Polyethylene fiber diperkenalkan di pasaran pada tahun 1992. Material ini merupakan fiber pengikat dan memiliki sifat memperkuat stuktur dentin yang tersisa yang terdiri dari fiber glass atau fiber polyethylene. Beberapa penelitian menunjukkan fiber polyethylene memiliki kekuatan yang jauh lebih tinggi dibanding fiber glass sehingga membutuhkan gunting khusus untuk memotongnya Terry, 2003 Setiap pabrik membuat fiber reinforced composite dengan komposisi fiber yang berbeda-beda. Volume fiber yang terkandung biasanya 50-70 Vol. Kandungan jumlah fiber ini mempengaruhi kekuatan mekanikal Freilich dkk., 2000. Pita dari polyethylene fiber ini adalah suatu bahan dengan bentuk anyaman yang sangat kuat yang disebut locked-stitched threads yang efektif menyalurkan tekanan melalui A B Gambar 2.9. Susunan Arsitektur Pita Fiber pada Gambaran Scanning Electron Microscope SEM: A. Leno-Weave Polyethylene Fibers, B. Braided Polyethylene Fibers B A Universitas Sumatera Utara 24 anyaman tanpa menyalurkan tekanan kembali ke resin Gambar 2.10. Anyaman pita ini sangat fleksibel dan mudah beradaptasi pada kontur lengkung gigi Ganesh dan Tandon, 2006. b. Retensi pasak yang maksimal Fraktur gigi adalah salah satu penyebab kegagalan restorasi pasak dan inti. Stabilitas core dan retensi pasak sangat penting dalam mencegah kegagalan restorasi gigi yang dirawat endodonti. Sistem pasak yang ideal sebaiknya menggantikan kehilangan struktur gigi dan memberikan retensi yang adekuat dan mendukung inti sehingga dapat mendistribusikan tekanan oklusal dengan baik ketika melakukan aktivitas fungsional dan parafungsional untuk mencegah fraktur pada akar. Sistem pasak polyethylene fiber reinforced menggunakan anatomi internal, area permukaan dan ketidakteraturan bentuk saluran akar untuk meningkatkan ikatan dengan dentin, untuk memperbaiki integritas struktur dentin radikular yang tersisa dan meningkatkan retensi dan resistansi terhadap pergerakan Terry, 2003. c. Konservasi struktur gigi Sistem cast post tradisional dan prefabricated post sering membutuhkan pembuangan daerah undercut untuk jalan masuk dan adaptasi terhadap dinding Universitas Sumatera Utara 25 saluran akar. Hal ini dapat menyebabkan pembuangan struktur dentin yang lebih banyak. Pengurangan dentin tersebut dapat memperlemah gigi dan menjadi faktor terjadinya fraktur akar horizontal maupun vertikal. Polyethylene fiber post memberikan pemeliharaan terhadap struktur saluran akar dan merupakan suatu metode yang dapat digunakan dalam perawatan saluran akar yang memiliki konfigurasi tidak teratur karena sistem pasak ini tidak membutuhkan pembentukan jalan masuk. Sebagai tambahan, sistem pasak ini dapat digunakan dengan preparasi yang minimal karena sistem ini mempergunakan undercut dan permukaan yang tidak teratur untuk meningkatkan ikatan. Pemeliharaan struktur dentin ini mengurangi kemungkinan terjadinya fraktur pada gigi selama kegiatan fungsional maupun jika terjadi traumatic injury Terry, 2003. d. Estetik yang optimal Ketika faktor estetik menjadi salah satu fokus maka pertimbangan pemilihan material restorasi yang tepat merupakan hal yang sangat penting. Light transmission properties dari tradisional prefabricated atau cast metal post menunjukkan perbedaan dari gigi asli. Cahaya akan diblok seluruhnya oleh metal post yang akan menyebabkan bayangan pada daerah submarginal. Bila menggunakan restorasi all- ceramic, warna dan opasitas dari metal post akan menciptakan diskolorasi dan bayangan pada gingiva dan servikal gigi. Sifat optik sekunder dari polyethylene fiber post memungkinkan sifat optik cahaya untuk melewati gigi dan material restorasi untuk merefleksikan, membiaskan, mengabsorbsi, dan meneruskan cahaya sesuai dengan kepadatan optik dari kristal Universitas Sumatera Utara 26 hydroxyapatite, enamel rod, dan tubulus dentin. Untuk itu, dalam menciptakan harmonisasi yang optimal dengan gigi di sekitarnya, bahan polyethylene fiber post dapat secara langsung memperngaruhi restorasi akhir di atasnya Terry, 2003. e. Modulus Elastisitas Yang Mendekati Dentin Modulus elastisitas didefinisikan sebagai kekakuan relatif dari suatu material restorasi di dalam kisaran elastis. Desain restorasi yang ideal untuk suatu sistem pasak membutuhkan modulus elastisitas yang mendekati dentin yaitu 14-18 GPa Belli, 2008. Tradisional metal post memiliki modulus elastisitas yang tinggi yaitu 200 GPa Gluskin, 2002 Polyethylene fiber post memiliki modulus elastisitas 1.397 GPa dan apabila bergabung dengan flowable resin dan adhesif resin, modulus elastisitas meningkat menjadi 23.6 GPa Belli, 2008. Modulus elastisitas semen resin dual cure 18 GPa. Modulus elastisitas resin komposit 16 GPa.Gluskin, 2002 Jaringan keras gigi memiliki modulus elastisitas, sehingga penambahan material restorasi dengan modulus elastisitas yang berbeda dapat mempengaruhi kekakuan gigi-restorasi secara kompleks dan menghasilkan tekanan interfasial Gluskin, 2002. Tekanan interfasial yang dihasilkan oleh perbedaan modulus elastisitas dapat menghasilkan thermal, mekanikal, atau strain shrinkage pada material restorasi Terry, 2003. Sistem pasak ini memiliki beberapa keuntungan yang baik terhadap mekanisme kompleks antara polimerisasi shrinkage dan adhesi. Karena modulus elastisitas resin semen adalah rendah, komposit akan merenggang untuk mengakomodasi sifat modulus gigi. Faktor-faktor ini mengurangi dan Universitas Sumatera Utara 27 mendistribusikan tekanan ke struktur dentin yang tersisa, mengurangi kemungkinan pemisahan pasak atau fraktur akar, yang meningkatkan keberhasilan klinis dari suatu restorasi kompleks Belli, 2008. f. Flexural dan tensile strenght yang menyerupai struktur akar Desain dan material restorasi mempengaruhi resistansi terhadap fraktur pada gigi yang dirawat endodonti dengan sistem pasak-inti. Karakteristik sistem pasak adalah harus memiliki sifat biomekanikal yang sama dengan jaringan gigi. Bahan penguat yang digunakan untuk pasak polyethylene fiber meliputi jalinan fiber polyethylene yang diberi perlakuan dengan cold-gas plasma. Fiber penguat ini meningkatkan aspek mekanis dari kompleks gigi-restorasi dengan meningkatkan kekuatan flexural dan tensile. Beberapa tipe jalinan sudah digunakan pada berbagai jenis manufaktur, dan hal ini dapat mempengaruhi kekuatan, stabilitas, dan durabilitas. Leno weave dari RIBBOND® USA dilaporkan mampu menahan pergeseran di bawah tekanan lebih banyak dari jalinan sederhana dan meminimalkan perjalanan crack micro di dalam matriks resin menjadi crack stoper yang dapat mengakibatkan kegagalan restorasi Gambar.2.11 Belli, 2008. Universitas Sumatera Utara 28 Jaringan fiber ini memberikan distribusi tekanan yang efisien dengan mengabsorbsi stress pada kompleks restorasi, dan mengarahkan kembali tekanan di sepanjang aksis panjang struktur akar yang tersisa sehingga meminimalisasi resiko fraktur akar Terry, 2003. g. Adaptasi internal yang mempengaruhi terjadinya initial crack Luting semen konvensional misalnya zinc oxyphosphate hanya mengisi ruang kosong antara pertemuan restorasi tanpa melekat ke permukaannya. Penggunaan bahan luting dual-cure dengan polyethylenen fiber post memiliki interaksi fisik dan kimia yang baik dengan material dan dentin yang meningkatkan kontinuitas adhesif interfasial. Penggunaan semen resin di antara sistem adhesif dan bahan reinforcement memastikan kontak yang lebih kuat dengan bahan dentin bonding karena viskositas yang lebih rendah dan menghasilkan peningkatan adaptasi morfologi intraradikular. Modulus elastisitas yang rendah akan berperan sebagai buffer elastis yang mengkompensasi tekanan polimerisasi shrinkage , menghilangkan pembentukan celah, dan mengurangi kebocoran mikro. Apabila modulus elastisitas Gambar 2.11. Uji Tensile pada Balok Resin Komposit yang dengan impregnasi Pita Polyethylene Fiber yang Menunjukan Kemampuannya sebagai Crack Stopper Belli 2008 Universitas Sumatera Utara 29 rendah, komposit akan merenggang untuk mengakomodasi sifat modulus gigi Kishen, 2006. Viskositas resin semen yang lebih rendah dapat meningkatkan kemampuan wettability sehingga menghasilkan adaptasi interfasial internal yang lebih sempurna yang mengurangi pembentukan ruang kosong yang dapat memperlemah permukaan Terry, 2003. Terbentuknya ruang kosong tersebut akan menjadi awal dari terbentuknya initial crack yang mana ketika tekanan terus diterima maka crack propagation akan diteruskan yang akhirnya menjadi fraktur. h. Perlekatan atau integrasi adhesif Sistem polyethylene fiber post memberikan perlekatan yang merata pada saluran dentin internal radikular sehingga meningkatkan resistansi terhadap fatigue dan fraktur serta peningkatan retensi dan pengurangan kebocoran mikro dan infiltrasi bakteri. Integrasi adhesif antara kelima komponen sistem pasak ini permukaan dentin akar, semen luting, intraradikular pasak, build-up core, dan crown memberikan integritas struktural bagi rehabilitasi intraradikular Terry, 2003. Semua komponen ini memiliki sifat yang sama secara adhesif, sehingga konsep ini disebut sebagai tehnik monoblok Tay dan Pashley, 2007

2.3 Perlekatan Fiber Polyethylene dengan Komposit

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator Pada Sistem Adhesif Untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 51 109

Perbedaan Celah Mikro Pasak Glass Prefabricated Fiber Reinforced Dan Pasak Pita Polyethylene Fiber Reinforced Dengan Menggunakan Sistem Adhesif Total- Etch (Penelitian In Vitro).

5 86 97

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

1 80 80

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

2 66 98

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 22

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 4

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 10

Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

0 0 37

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

0 0 9

CUSTOMIZED DARI BAHAN POLYETHYLENE FIBER REINFORCED DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK

0 1 20