Fiber Reinforced Composite sebagai Bahan Pasak Saluran Akar

12 sepanjang akar dengan baik. Polyethylene fiber digunakan untuk meningkatkan mekanikal properti material resin komposit Ayna dkk., 2009.

2.1 Fiber Reinforced Composite sebagai Bahan Pasak Saluran Akar

Fiber Reinforced Composite FRC diperkenalkan sebagai alternatif menggantikan sistem pasak metal. Sistem pasak ini digunakan pada gigi yang dirawat endodonti karena memiliki sifat fisik yang lebih baik dibandingkan cast metal post dan dapat mencegah fraktur vertikal ketika ada beban pengunyahan Sadegi, 2006. Pada tahun 1990-an, FRC mulai sering digunakan di dalam dunia kedokteran gigi dan pertama sekali digunakan untuk memperkuat basis acrylic pada gigi tiruan lepasan, dan dilaporkan lebih unggul dibandingkan metode konvensional. Sebelumnya, gigi tiruan lepasan telah diperkuat dengan bahan metal, tetapi hanya sedikit yang berhasil secara klinis. Kombinasi dari serat penguat dengan resin dimethacrylate dan particulate filler composites membuat FRC cocok digunakan untuk fixed partial denture. FRC juga mulai sering digunakan dalam splinting periodontal, perawatan ortodonti, dan dalam implant. Sebagai tambahan, FRC juga disarankan sebagai penguat dalam restorasi komposit yang luas. Beberapa waktu kemudian, FRC digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki gigi insisivus yang mengalami fraktur dengan menggunakannya sebagai pasak. Sejak saat itu, sistem pasak metal tuang maupun buatan pabrik mulai ditinggalkan Le Bell-Rönnlöf, 2007. FRC adalah material yang terdiri dari serat penguat yang menempel pada polymer matrix. Serat-serat tersebut memberi kekuatan dan kekakuan ketika Universitas Sumatera Utara 13 disatukan oleh polymer matrix , membentuk sebuah fase yang berkelanjutan selama proses penguatan. Fase ini mentransfer tekanan kepada serat-serat tersebut dan melindunginya dari kelembaban rongga mulut. Agar memiliki efek penguatan, serat- serat tersebut harus memiliki flexural modulus yang lebih tinggi dibandingkan matrix polymer Le Bell-Rönnlöf , 2007. Serat penguat dapat berupa serat yang panjang continuous ataupun serat yang pendek discontinuous. Pasak FRC pada saluran akar menggunakan serat penguat yang panjang continuous yang terdiri dari continuous unidirectional fibres serat panjang dalam satu arah dan continuous bidirectional fibres serat panjang dua arah dalam bentuk anyaman Gambar 2.1. Serat dalam bentuk anyaman menambah kekerasan pada polymer yang berperan sebagai crack stopper Le Bell-Rönnlöf , 2007. Gambar 2.1. Gambaran SEM Bentuk Pola Anyaman Pita Fiber Reinforced Resin: A. Continuous Bidirectional Fibre, B. Continuous Unidirectional Fibres Garoushi dan Vallitu, 2006 Kuantitas serat pada FRC mempengaruhi kekuatan dan kapasitas beban. Kuantitas serat umumnya berupa kesatuan unit serat yang memiliki satuan berat B A Universitas Sumatera Utara 14 Wt atau dapat juga dikonversikan ke dalam satuan volume Vol, ketika kepadatan polymer dan serat diketahui. Karena volume serat di dalam polymer matrix mempengaruhi sifat mekanik FRC, maka dianjurkan untuk menyajikan kuantitas serat dalam satuan volume. Persentase volume serat secara manual yang disatukan ke dalam dental resin adalah umumnya dalam kisaran 5-15. Dengan kontrol proses produksi, saat ini satuan volume telah ditingkatkan menjadi 45-65 Le Bell- Rönnlöf, 2007. Serat-serat penguat harus dapat diimpregnasikan dengan baik, artinya resin harus berkontak dengan keseluruhan permukaan serat agar mendapatkan ikatan yang adekuat terhadap polymer matrix. Dengan impregnasi yang baik, akan didapatkan penguatan secara optimal dan distribusi tekanan dari polymer matrix ke serat penguat. Impregnasi yang tidak baik akan menimbulkan beberapa masalah seperti peningkatan penyerapan air sehingga mengarah kepada penurunan sifat mekanis FRC, dan juga diskolorasi FRC dan penghambatan oksigen dari polimerisasi radikal dalam resin. Selain level impregnasi, ikatan pada kontak antara serat dengan matrix bergantung pada interaksi antar komponen, yang dapat berupa mekanikal ataupun kimia. Perlekatan mekanikal bergantung pada morfologi serat. Perlekatan kimia antara polymer dan serat lebih mengarah kepada sifat kovalennya Freilich dkk., 2000. Fiber reinforced composite disemenkan ke saluran akar dengan menggunakan resin semen kemudian dilakukan build-up inti dengan menggunakan resin komposit. Banyak literatur yang melaporkan bahwa sifat biomekanik dari fiber reinforced composite adalah mendekati dentin. Fiber reinforced composite memiliki Universitas Sumatera Utara 15 beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan pasak metal konvensional yaitu memiliki estetik yang baik, berikatan baik dengan struktur gigi, memiliki modulus elastisitas yang hampir sama dengan dentin, dan memiliki resiko yang lebih kecil terhadap fraktur Belli, 2008. Beberapa literatur menyatakan bahwa rigiditas dari pasak harus mirip dengan akar. Modulus elastisitas dari pasak harus menyerupai dengan dentin dengan tujuan agar memungkinkan untuk menciptakan distribusi tekanan secara efektif dari pasak ke struktur akar, mendistribusikan tekanan oklusal dengan baik di sepanjang akar, mengurangi konsentrasi tekanan, dan meningkatkan fracture resistance Sadeghi, 2006

2.2 Klasifikasi Pasak Fiber Reinforced Composite

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator Pada Sistem Adhesif Untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 51 109

Perbedaan Celah Mikro Pasak Glass Prefabricated Fiber Reinforced Dan Pasak Pita Polyethylene Fiber Reinforced Dengan Menggunakan Sistem Adhesif Total- Etch (Penelitian In Vitro).

5 86 97

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

1 80 80

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

2 66 98

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 22

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 4

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 10

Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

0 0 37

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

0 0 9

CUSTOMIZED DARI BAHAN POLYETHYLENE FIBER REINFORCED DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK

0 1 20