Bahan penelitian Persiapan sampel Perawatan endodonti

55 20 Semen spatel SMIC, China 21 Gunting khusus pemotong pita fiber reinforced 22 Lentulo spiral FKG Dentaire, Swiss 23 Plastis instrument SMIC, China 24 LED light curing unit Mr. Light, panjang gelombang: 430-480 nm 25 Enhance bur 26 Bais sebagai penahan gigi ketika melakukan pemotongan mahkota 27 Bur khusus 28 Pot dan pengaduk akrilik 29 Kuas untuk mengoleskan bahan separator Vaseline 30 Cetakan balok akrilik, terbuat dari kaca berukuran 6x3x3 cm sehingga spesimen dapat dimasukkan ke dalam alat uji tekan 31 Spuit 10 ml untuk cetakan penanaman sampel ke dalam akrilik, 32 Water bath, sebagai alat pengganti thermocycling Memmert, Germany 33 Thermometer 34 Alat uji tekan Torseeā€™s Universal Testing Machine, Tokyo Japan

3.5.2 Bahan penelitian

1 Empat puluh gigi premolar mandibula berakar satu yang telah diekstraksi 2 Larutan saline 3 Larutan Saliva ph 6,8 4 NaOCl 5 Kimia Farma, Indonesia , untuk bahan irigasi saluran akar Universitas Sumatera Utara 56 5 Paper point ,untuk mengeringkan saluran akar Dia Dent, France 6 Gutta-percha, sebagai bahan pengisi saluran akar Diadent, France 7 Sealer based resin AH 26 , Densptply 8 Wetting resin Ribbond 9 Flowable resin 3M 10 Polyethylene fiber reinforced post anyaman braided CONTRUCT,KERR Gambar 3.2 11 Polyethylene fiber reinforced post anyaman locked stiched treads RIBBOND, USA Gambar 3.3 Gambar 3.2 Polyethylene Fiber Reinforced Post Anyaman Braided Gambar 3.3. Polyethylene Fiber Reinforced Post Bentuk Anyaman Locked Stiched Treads Universitas Sumatera Utara 57 12 Resin luting cement dual cured ParaCore, Coltene Whaledent 13 Sistem adhesif Self Ecth Parabond, Coltene Whaledent 14 Resin komposit RK Filtek P60 15 Bahan separator Vaseline untuk bahan yang dioleskan pada permukaan cetakan yang berkontak dengan akrilik pada saat penanaman 16 Self curing acrylic untuk penanaman sampel 3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Persiapan sampel

Sampel sebanyak 40 buah gigi premolar mandibula yang telah diekstraksi direndam di dalam larutan saline kemudian dikelompokkan menjadi empat kelompok, kelompok A,B,C,dan D dengan masing-masing terdiri dari 10 sampel. Setiap sampel diukur panjang gigi untuk menentukan panjang kerja yaitu sesuai dengan panjang gigi masing-masing sampel. Kemudian dilakukan pemotongan mahkota gigi dengan disc bur 2 mm di atas batas cemento enamel junction Gambar 3.4. Setelah itu semua sampel ditanam pada balok gips untuk memudahkan dalam pengerjaan sampel.

3.6.2 Perawatan endodonti

Setelah dilakukan pemotongan terhadap mahkota gigi, maka selanjutnya adalah preparasi atap pulpa yang telah terbuka dengan menggunakan bur intan fissure 12 untuk mendapatkan akses yang lurus ke saluran akar. Dinding kamar pulpa dibuat sejajar dengan aksis panjang gigi. Universitas Sumatera Utara 58 Kemudian dilakukan ekstirpasi pada jaringan pulpa yang melekat pada dinding saluran akar dengan jarum ekstirpasi , kemudian diirigasi dengan larutan NaOCl 5. Selanjutnya saluran akar dipreparasi dengan teknik step back menggunakan K-file mulai dari Initial Apikal File IAF sesuai dengan panjang kerja gigi sampai didapatkan MAF Master Apical File, dilanjutkan dengan memakai file satu nomor lebih besar dari file utama dan panjang kerja dikurangi 1 mm. Tindakan ini diulang sampai lebih kurang tiga nomor lebih dan setiap peningkatan nomor selalu diikuti dengan rekapitulasi dan irigasi saluran akar, setelah selesai dikeringkan dengan menggunakan paper point. Kemudian saluran akar diobturasi dengan gutta-percha dan sealer dengan teknik kondensasi lateral. Setelah sealer mengeras, gutta-percha dibuang dengan cara dipreparasi dengan menggunakan peaso reamer sampai disisakan ruang pasak sepanjang 10 mm untuk seluruh sampel Gambar 3.5. Kemudian, sisa gutta-percha Gambar 3.4. Pengukuran Gigi 2 mm di atas CEJ sebagai Ferrule Universitas Sumatera Utara 59 yang masih tertinggal diirigasi dengan menggunakan spuit NaOCl 5 dan keringkan saluran akar dengan paper point.

3.6.3 Pemasangan pasak

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator Pada Sistem Adhesif Untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 51 109

Perbedaan Celah Mikro Pasak Glass Prefabricated Fiber Reinforced Dan Pasak Pita Polyethylene Fiber Reinforced Dengan Menggunakan Sistem Adhesif Total- Etch (Penelitian In Vitro).

5 86 97

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

1 80 80

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

2 66 98

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 22

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 4

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 10

Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

0 0 37

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

0 0 9

CUSTOMIZED DARI BAHAN POLYETHYLENE FIBER REINFORCED DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK

0 1 20